Waktu terus berputar, matahari mulai terbenam berganti dengan bulan yang akan melaksanakan tugasnya menghiasi langit malam dengan cahaya cantiknya.Empat jam berlalu usai kesadarannya menghilang. Dua jari Fadel bergerak perlahan bersamaan dengan kesadaran yang mulai datang.
Matanya mengerjap pelan, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk. Denyutan di kepala membuatnya meringis seraya berusaha mengambil posisi duduk.
Keningnya penuh dengan bulir keringat. Badannya terasa lemas, Fadel menyapu sekeliling kamar kemudian menghela napas berat begitu sadar bahwa dirinya jatuh pingsan.
Dengan gemetaran, Fadel berdiri meski kepalanya masih berdenyut nyeri. Ia menahan rasa sakit itu sembari berjalan ke kamar mandi. Fadel mengulur tangannya menyentuh darah yang mengering di antara bibir atas dan hidungnya yang ia lihat dari pantulan cermin.
Segera Fadel membersihkan darah tersebut. Selesai menyelesaikan rutinitas di kamar mandi, kini dirinya berganti posisi duduk bersandar di atas ranjang. Jarinya sibuk memijat kepala dengan tatapan kosong.
"Kapan rasa sakit ini menghilang, Ya Allah? Hamba tidak ingin mengeluh, tetapi hamba tidak sekuat itu. Apa hamba mampu melewati hari demi hari bersama dengan rasa sakit ini?"
🤵🧕
"Maaf ya, Bu... saya gak bisa mengantar sampai ke Indonesia. Urusan saya disini masih belum selesai."Aisyah menoleh sebentar ke arah Niko sebelum kembali menatap keramaian di depan.
"Iya, nggak apa-apa. Saya mengerti. Sebelumnya, terimakasih karena sudah mau repot-repot memesan tiket untuk saya."
Niko tersenyum tipis. Ia berdiri satu meter dari Aisyah seraya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana.
"Seharusnya saya yang berterimakasih." Niko menatap gadis itu dengan tulus. "Terimakasih, Bu."
Sebelah alis Aisyah terangkat melirik laki-laki itu sekilas. "Kenapa malah berterimakasih sama saya?" tanyanya heran.
Niko memutar kembali tubuhnya menghadap ke depan, ikut menatap keramaian orang-orang di bandara Frankfurt.
"Terimakasih..., karena bersedia menemui Fadel setelah dua bulan gak ada kabar. Saya yakin, Fadel pasti sangat senang bertemu kembali dengan istri tercintanya."
Mendengar itu, senyuman Aisyah tak bisa di sembunyikan lagi. Debaran di dada menandakan betapa gugupnya gadis itu di sertai dengan rasa senang yang memenuhi hatinya saat ini.
"Ya Allah, hamba mohon... permudahkan lah jalan hamba. Semoga ini yang terbaik."
🤵🧕
15 jam lebih berada di udara, akhirnya yang di tunggu-tunggu telah tiba. Aisyah keluar dari bandara Soekarno-Hatta dan langsung di sapa oleh sopir taksi yang sudah di pesankan oleh Niko. Laki-laki itu ternyata sudah menyiapkan semuanya, Aisyah tak perlu lagi repot-repot mencari taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fadel & Aisyah (our destiny) - ON GOING
Ficción GeneralHarap bijak dalam membaca❤️🔥 ⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Nour Aisyah Adzkiya, wanita sholehah berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai dosen ini terpaksa menerima perjodohan dari orangtua angkatnya untuk menikah dengan anak mereka yang 4 tahun...