Sebulan menginap di rumah sakit, akhirnya Fadel bisa bernafas lega setelah diperbolehkan untuk pulang. Keluar dari area rumah sakit, laki-laki itu menghirup banyak-banyak oksigen guna menghilangkan aroma obat-obatan yang selalu mengganggu nafsu makannya.Meski begitu ia harus datang sebulan dua kali sesuai perintah Zena. Alasannya? Tentu saja karena penyakit liver yang ia derita. Padahal Fadel tidak membutuhkan pengobatan apapun. Toh, ia tidak peduli jika hidupnya akan berakhir.
Menarik dalam-dalam nafasnya, Fadel menatap langit cerah di siang hari. Lalu...
"AISYAH, I LOVE YOU!!" Entah setan mana yang merasukinya sampai berteriak begitu kencang hingga berhasil menarik perhatian orang-orang yang berlalu-lalang disana.
Senyum-senyum sendiri bak orang gila dan tanpa memusingkan tatapan beragam para manusia di sekitar, Fadel berlari kecil menuju taksi online yang sudah menunggunya.
Sebelum menemui sang istri ia harus membersihkan badannya terlebih dulu untuk menghilangkan aroma rumah sakit yang menempel di tubuhnya. Jangan sampai Aisyah curiga. Menjalani pengobatan tanpa kehadiran sang istri mampu mendatangkan kerinduan yang amat dalam. Satu hal yang selalu Fadel pikirkan setelah keluar dari rumah sakit yaitu bertemu Aisyah.
Sebulan lebih di rumah sakit, selama itu pula Fadel sedikit demi sedikit belajar agama dengan bantuan Adnan. Banyak rencana yang Fadel siapkan untuk memulai lembaran baru dengan sang istri.
Bahkan, ia masih berharap meski Aisyah mengatakan benci. Ia yakin kata benci yang terucap bukanlah berasal dari lubuk hati Aisyah yang paling dalam. Tidak apa kan jika ia berpikir positif? Setidaknya itu bisa mengurangi luka di hati.
Sesampainya di rumah, Fadel langsung memasuki kamarnya. Ia terdiam seketika kala melihat pemandangan bak kapal pecah di balik pintu kamar. Helaan nafas keluar begitu kasar saat mengingat siapa yang menciptakan pemandangan itu.
"Gue gak boleh kayak gini. Mau sampai kapan lo bersikap kekanakan begini, Del. Ingat kata Adnan, cobalah bersikap dewasa." Fadel menggumam seraya berjongkok lalu memungut kertas-kertas yang berserakan.
Sepertinya ia terpaksa menunda menemui Aisyah hingga malam nanti. Sekarang fokusnya teralihkan untuk membersihkan dan merapikan kamar. Untung saja, ruang tamu telah di bersihkan para inti Vortex. Jika tidak, kemungkinan besok dirinya bisa menemui sang istri.
Hampir selesai, netra hazelnya tak sengaja menangkap sebuah kotak box misterius berukuran sedang di sudut kamar dekat tempat sampah. Ia mengernyit menatap lekat kotak box itu. Karena tak mau terjebak dalam rasa penasaran, Fadel pun mengambil kotak itu membawanya duduk di tepi ranjang.
"Apa nih? Perasaan gue gak pernah punya barang kayak gini." Tangannya membolak-balikkan benda persegi itu dengan tatapan bingung.
"Buka aja kali ya."
Jeda lima detik setelah kotak box itu terbuka. Matanya mengerjap bingung, namun detik kemudian matanya membola kaget dengan apa yang ia lihat.
"Ini..." dengan jantung dag-dig-dug ser, tangan bergetar itu mengambil salah satu foto. Ia amati dalam-dalam seraya otaknya memutar kembali kenangan masa lalu yang hampir menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fadel & Aisyah (our destiny) - ON GOING
General FictionHarap bijak dalam membaca❤️🔥 ⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Nour Aisyah Adzkiya, wanita sholehah berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai dosen ini terpaksa menerima perjodohan dari orangtua angkatnya untuk menikah dengan anak mereka yang 4 tahun...