FA. Bab 45

3.1K 122 8
                                    

"Nah yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nah yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga."

Fadel melangkah cepat menghampiri para sahabatnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Lama banget sih bos? Lagi manja-manja sama bu Aisyah ya?" Niko menaik turunkan alisnya, menggoda bos Vortex itu.

Fadel melempar bantal sofa yang langsung di tangkap Niko dengan cengiran khasnya.

"Santai dong bos."

"Gak usah basa basi. To the point!" Fadel mengeluarkan sebungkus rokok lalu mengambil satu batang rokok dan membakar ujungnya.

"Oke, gue langsung aja ya. Jadi__"

Ting.

"Bentar!" Fadel merogoh saku jaketnya, mengambil ponsel karena ada pesan masuk.

"Ck. Apa lagi sih bos?" Niko sangat kesal, selalu saja ada yang menganggu. Padahal, dirinya sudah menahan sabar ingin memberikan bukti kejutan untuk Fadel.

Raut wajahnya terlihat serius membaca pesan tersebut, hingga kedua matanya melotot kaget. Fadel mengalihkan tatapannya pada ketiga sahabatnya lalu kembali menatap layar ponselnya.

"Ada apa, Ta?" tanya Steve yang penasaran dengan alasan Fadel terkejut.

"Kenapa sih bos? Itu siapa yang kirim pesan?" Niko pun ikut penasaran.

Fadel berdiri dengan raut panik dan khawatir. "Kita pergi sekarang!!" Suaranya terdengar bergetar.

Steve, Niko dan Fattan mengernyitkan keningnya, mereka bingung. Mengapa Fadel tiba-tiba meminta untuk pergi? Lalu mau pergi kemana laki-laki itu?

"Lo sebenarnya kenapa sih, Ta?" Steve ikut berdiri mendekati Fadel.

"Kita harus pergi sekarang!!" titahnya tegas. Steve bisa melihat sorot khawatir dari dua bola mata hazel milik Fadel.

"Iya, mau pergi kemana? Bos aja ngomongnya gak jelas."

Steve menoleh sebentar pada Niko, kemudian menatap kembali Fadel. "Tenang, Ta. Ayo, duduk dulu." Ia menarik lengan Fadel, mengarahkan untuk duduk kembali.

"Ck. Kita harus pergi, Steve!! Gue gak bisa tenang!!" Suaranya mulai meninggi. Urat leher dan tangannya menonjol, matanya memerah menatap penuh amarah pada sahabatnya itu.

Steve menghela napasnya panjang. "Iya, kita mau pergi kemana? Sekarang lo ceritain dulu yang jelas biar kita mengerti, Ta." Kesabaran Steve mulai habis, sekali lagi Fadel mengatakan hal yang sama kemungkinan amarahnya akan ikut meledak.

Fadel menggusar wajahnya kasar lalu melempar ponselnya ke atas meja. "Baca!" pintanya memaksa.

Niko segera mengambil ponsel itu dan membaca tulisan yang tertera di layar. Fattan bergeser lebih dekat pada Niko. Keduanya begitu fokus hingga sesaat kemudian mereka memberikan reaksi yang sama dengan reaksi Fadel tadi. Steve yang sudah kehabisan kesabaran, segera merampas ponsel dari tangan Niko.

Fadel & Aisyah (our destiny) - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang