FA. Bab 46

2.8K 108 1
                                    

Mengendarai motor sportnya, netra hazel itu menelisik di sepanjang jalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mengendarai motor sportnya, netra hazel itu menelisik di sepanjang jalanan. Siapapun orang yang lewat akan ia perhatikan, begitu pun dengan kendaraan yang berlalu lalang menjadi target Fadel mencari sang istri. Rumah-rumah dan bangunan-bangunan juga banyak ia datangi hanya sekedar bertanya tentang Aisyah.

Kali ini tanpa para sahabatnya, Fadel sudah menyibukkan diri mencari keberadaan istrinya. Mata panda dengan wajah kusam menjadi saksi betapa khawatir dan tidak tenangnya seorang Fadel. Bahkan, untuk menyelam alam mimpi pun ia tak bisa.

Semalaman, selepas berbicara dengan sang ibu, Fadel memilih kembali mencari Aisyah. Gadis yang selalu ia kasari dan ia sakiti, kini menjadi alasannya merasakan apa itu rasa takut.

Takut akan kondisi gadis itu dan takut jika ia tidak bisa menemukan gadis itu.

Setelah mendapat kabar bahwa Niko menemukan tempat dimana Aisyah diculik, Fadel langsung tancap gas malam itu juga. Namun, sayang seribu sayang, mereka tak bisa menemukan jejak apapun. Sepertinya, si pelaku memang cerdas dalam bermain petak umpet.

Sedang di landa rasa cemas, di tengah jalanan sepi tepatnya, motor Fadel berhenti mendadak karena seorang pria tiba-tiba berdiri di depan menghalangi motornya melaju.

Dengan kesal, ia membuka helm full facenya lalu turun dari motor, mendekati pria berpakaian serba putih itu. Sorot tajam ia keluarkan.

"Lo kalo mau main jangan di jalanan!! Gue tabrak, mampus lo!!" Fadel berteriak keras.

Pria berpakaian serba putih itu mengatupkan dua tangan di depan dada. Dengan tampang bersalah pria itu berkata. "Maafkan saya, mas. Saya salah, saya benar-benar minta maaf. Tadi, saya refleks karena mau menghentikan masnya."

"Lo gak tau apa kalo yang lo lakuin tadi itu bahaya!! Bukan hanya nyawa lo yang melayang gue tabrak, tapi motor gue bisa lecet!!" Disaat seperti ini, kenapa malah memikirkan nasib motornya?

Pria itu menunduk masih dengan posisi yang sama. "Sekali lagi saya minta maaf, mas. Saya salah. Apa masnya ada yang luka?"

"Lo bego apa gimana?!! Seharusnya yang di tanya begitu itu lo, bukan gue!!" Fadel menunjuk wajah orang didepannya.

Pria itu menggaruk tengkuknya. Ia mendadak ngeblank karena panik dan takut.

"Saya minta maaf ya, mas. Saya akui saya salah," ucapnya penuh penyesalan.

"Emang lo yang salah!!"

"Iya, mas. Saya yang salah."

Fadel mendengus kesal, mengatur nafasnya yang memburu karena marah. Lagi pusing-pusingnya memikirkan keberadaan sang istri. Eh, malah bertemu dengan orang menjengkelkan.

"Emm... mas?"

Fadel melirik tajam pria itu. Sedang, orang itu meneguk salivanya. Hanya dengan lirikan mata, mampu membuat detak jantungnya berdegup kencang karena takut. Bagaimana tidak, lihatlah penampilan Fadel. Pakaian serba hitam, tato di leher dan tangan yang nampak. Di tambah, wajah sangar yang di dukung dengan rambut awut-awutan. Siapa coba yang tidak takut melihat penampilan Fadel bak preman penguasa jalanan itu?

Fadel & Aisyah (our destiny) - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang