FA. Bab 25

3.2K 95 2
                                    

Pagi harinya seperti biasa Aisyah kesulitan membangunkan Fadel untuk sholat subuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya seperti biasa Aisyah kesulitan membangunkan Fadel untuk sholat subuh. Alhasil dia terkena semprot kata-kata makian dari Fadel.

Sekarang Aisyah tengah berkutat di dapur. Karena ada urusan mendadak, Aisyah terpaksa tidak sarapan di rumah dan hanya menyiapkan bekal untuknya dan Fadel. Selesai memasak dan menyiapkan bekal, Aisyah bergegas masuk ke dalam kamar untuk berpamitan pada sang suami.

Ceklek.

"Mas." panggil Aisyah dengan menyembulkan kepalanya melihat ke dalam kamar.

Fadel yang sedang memakai ikat pinggangnya menoleh. Ia mengangkat satu alisnya seolah bertanya untuk apa Aisyah memanggilnya.

Aisyah meneguk salivanya gugup melihat penampilan Fadel. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya malah ngeblank lupa dengan apa yang ingin dia katakan tadi.

Bagaimana tidak mau gugup dan ngeblank kalau melihat Fadel hanya menggunakan celana jeans tanpa mengenakan baju. Alhasil otot-otot dada dan perutnya terpampang jelas dimata Aisyah.

Melihat Aisyah yang hanya diam seraya menatap lekat tubuhnya, Fadel pun menyeringai. Ia tahu apa yang ada di pikiran Aisyah saat ini. Dengan pelan Fadel mendekati Aisyah hingga tepat berdiri di depan istrinya.

"Kenapa ngeliatin tubuh gue segitunya? Suka hm? Mau sentuh ini?" tanya Fadel menunjuk perutnya yang terdapat delapan kotak roti sobek.

Aisyah yang mendengar suara berat Fadel pun tersadar lalu menggeleng kuat kepalanya. Dia menunduk tak berani menatap Fadel karena ketahuan sudah berani melihat tubuh sikspek suaminya.

"Kenapa nunduk? Bukannya lo mau liat ini? Ayo liat terus." ujar Fadel membuat Aisyah menggeleng pelan. Wajah gadis itu sudah memerah bak kepiting rebus.

Dengan senyuman iblis, Fadel membungkuk sedikit lalu mendekati telinga Aisyah yang tertutup hijab.

"Lo tergoda ya? Pengen sentuh tubuh gue hm? Tapi... sorry. Gue gak sudi di sentuh sama lo. Najis!" bisik Fadel dengan tersenyum miring lalu kembali menegakkan tubuhnya.

Aisyah yang mendengar bisikan Fadel hanya bisa meremas baju gamisnya. Dadanya seperti terhantam batu besar saat kata 'najis' itu di ucapkan suaminya sendiri.

"Gak usah sok sedih gitu. Gak usah banyak drama lo!" sarkas Fadel membuat Aisyah mendongak menatapnya.

"Mas Fadel kenapa jahat banget?" lirih Aisyah dengan wajah sendu.

Fadel tersenyum smirk. "Harus gue jawab ya? Kayaknya lo udah tau alasannya sebelum gue jawab. Apa mau gue ulangi sekali lagi hm?"

"Gue. benci. dan. muak. lihat. wajah. lo." Fadel mengeja kalimatnya penuh penekanan.

Aisyah mengepalkan tangannya untuk meredakan rasa sakit dihati. Kenapa suaminya tega melukai hatinya? Apa salah Aisyah?

"Kalo begitu tampar, pukul, atau bila perlu bunuh saja saya mas, supaya mas Fadel tidak terlalu lama menyimpan benci dihati yang malah membuat mas menjadi orang yang kejam seperti ini." ucap Aisyah pelan.

Fadel & Aisyah (our destiny) - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang