POV makan malam di rumah Hana
Tidak seperti makan malam di rumah keluarga lain di rumah ini seperti biasa Hana hanya makan malam seorang diri untung saja bi Ningsih mau ia ajak makan malam setidaknya masih ada bi Ningsih yang menemaninya makan.
Di hati kecilnya sebenarnya ia ingin merasakan makan malam seperti keluarga orang lain. keluarganya memang lengkap tapi serasa tidak ada, orang tuanya terlalu sibuk akan pekerjaan entah alasan apa sehingga mereka lebih mementingkan untuk mencari uang daripada mementingkan anaknya. Bukannya mereka sudah sangat berkecukupan lalu untuk apalagi orang tuanya sampai bekerja keras mencari uang.
"Bi bukannya ayah sama ibu udah jadi bos ya bi, terus buat apalagi mereka kerja keras sampai gak memperdulikan Hana? Bukannya mereka bisa menyuruh bawahannya untuk menghandle perusahaan?" Ucap hana kepada bi Ningsih.
"Non Hana yang sabar ya non mungkin tuan sama nyonya bekerja keras agar masa depan non Hana terjamin" ucap bi Ningsih sambil melihat ke arah Hana.
"Ia bi memang masa depan Hana akan terjamin mungkin tapi tetap saja tidak bisa membeli masa kecil Hana yang kurang kasih sayang, tidak bisa membeli momen-momen berkumpul seperti keluarga lain bi"ucapnya lagi dengan nada sendu.
"Non Hana yang sabar ya suatu saat pasti non Hana bisa merasakan momen-momen seperti keluarga lain" ucap Bi Ningsih kepada Hana.
"Semoga saja ya bi" ucap hana dengan pelan.
Makan malam pun selesai akhirnya Hana memutuskan untuk segera naik ke kamarnya untuk menikmati dinginnya angin malam di balkon kamarnya.
Sudah menjadi hal yang biasa ia lakukan berdiam seorang diri balkon kamarnya sambil bermonolog dengan dirinya sendiri.
"Kira-kira kapan Hana bisa seperti yang lain Hana juga ingin merasakan sarapan bersama, makan malam bersama, pergi liburan, dianter ke sekolah, diucapin selamat ulang tahun, dam masih banyak hal lagi yang Hana pengen" monolognya kepada diri sendiri.
"Kenapa harus Hana yang berbeda? kenapa harus Hana yang tidak sama? kira-kira bahagia seperti apa di depan sana mengapa harus melewati jalan yang sesulit ini? Reward besar apa yang nanti bakal Hana dapet jika Hana bisa melewati ini semua? Dari dulu Hana nungguin hal itu terjadi jika bisa tolong disegerakan tuhan hana sudah mulai lelah" Monolognya lagi sampai melihat ke jalan depan kompleks nya.
Ketika ia melihat ke jalan depan kompleks nya ia menemukan seorang remaja sepertinya sedang berjalan kaki bersama ayah dan ibunya mungkin saja mereka keliling kompleks untuk menikmati dinginnya angin malam ini.
"Jika orang tuaku tidak sibuk mungkin aku bisa merasakan seperti dia malam hari seperti ini keliling kompleks untuk menikmati dinginnya angin malam sambil membeli ronde di depan kompleks sana" Ucapnya sambil memandangi gadis yang berjalan bersama orang tuanya itu yang menentang kresek berisikan ronde.
Akhirnya ia memutuskan untuk turun ke bawah, melihat gadis yang menentang kresek berisikan ronde tadi ia juga kepikiran akan membeli ronde di depan kompleks perumahan yang ia tinggali.
Ia pun segera keluar dengan setelan baju tidur dan tak lupa jaket sweater karena di luar sana pasti udaranya akan dingin.
"Loh non Hana mau kemana malam-malam seperti ini" Ucap mang asep yang kebetulan sedang berada di depan rumahnya.
"Oh ini mang mau ke depan kompleks, Hana mau membeli ronde di depan kompleks sana" ucapnya pada mang asep.
"Tunggu sebentar saya keluarkan mobil ya non" Ucap mang Asep karena mobil sudah ia masukkan ke garasi.
"Tidak usah mang lagian ini masih jam 8 malam jalanan masih belum sepi Hana sendiri saja, lagian Hana juga ingin menikmati udara dingin" ucapnya Hana.
"Yaudah hati-hati ya non kalau ada apa-apa segera telfon saya"ucap mang Asep dan diangguki oleh Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Is Fair
Teen FictionGadis cantik dengan segudang lukanya, hidup yang penuh dengan jalan terjal, pendakian,bebatuan entah kebahagiaan apa di ujung sana hingga jalannya harus sesulit ini. Hidup itu adil? ya tentu saja hidup itu adil bagi setiap manusia yang selalu bersyu...