Pukul20:00
Gadis 17 tahun itu memasuki rumah sepi yang hanya menyisakan satu manusia didalamnya sedang manusia-manusia lain sibuk dengan dunianya masing masing."Bi Ningsih hana pulang bi" ucapnya sambil berjalan ke dapur rumah itu.
"Wah sudah pulang ya non salamnya mana kok gak ada" ucap wanita patu baya itu
"Hehe lupa bi, assalamu'alaikum hana pulang"
"Waalaikumsalam non gelis" ucap bi Ningsih kemudian tak lupa dengan senyum tulusnya.
"Ayah sama ibu belum pulang bi" tanya hana
"Belum non apa mungkin nyonya dan tuan lembur lagi ya non" ucap bi Ningsih
Lagi lagi hana hanya bisa menghela nafas, pikirannya bahkan sudah menolak untuk memikirkan apa yang sebenarnya orang tuanya lakukan di luar sana hingga mereka tidak betah di rumah.
"Mungkin iya bi, padahal hana uda beliin martabak kesukaan ibu di perjalanan pulang dari rumah oma tadi tapi ibu ternyata lagi-lagi belum datang ya" ucapnya lesu
Sedangkan bi Ningsih hanya menatap kasihan pada anak majikannya ini yang sedari kecil sudah sering ditinggalkan oleh orang tuanya dengan alasan karena mereka bekerja.
"Yasudah kalau begitu martabak ini buat bibi dan pak satpam di depan ya bi, hana ingin segera beristirahat saja" ucapnya sambil menyerahkan box martabak yang isinya masih lengkap.
"Kita makan sama-sama saja ya non" ucap bi Ningsih
"Tidak usah bi lagipula hanya sudah makan di rumah kakek tadi hana langsung istirahat saja" ucapnya dan di angguki oleh bi Ningsih.
Hana pun segera menuju ke kamarnya yang bertempatan di lantai dua di rumah tersebut.
"Lagi-lagi hana kalah sudah berapa banyak kekalahan yang hana terima, hana ingin sekali saja kemenangan berpihak pada hana" monolognya sembari masuk ke dalam kamar.Di dapur rumah itu ada bibi dan satpam yang sedang menikmati martabak pemberian hana sembari membahas anak majikannya itu.
"Kasihan sekali non hana, padahal dia gadis baik tapi entah kenapa nyonya dan tuan seakan-akan enggan untuk menganggap kehadirannya."
"Benar sekali Ningsih aku juga turut prihatin pada nona muda di rumah ini" ucap asep yang merupakan satpam rumah ini.
Sedangkan orang yang dibicarakan mereka sedang melamun di balkon kamarnya dengan ditemani angin malam yang sejuk.
"Kira-kira selain uang apa yang bisa membeli waktu, karena jika uang ibu dan ayah sudah punya banyak uang" ucapnya
"Kira-kira kapan hana punya keluarga yang lebih mementingkan waktu kebersamaan daripada uang? Kira-kira kapan hana bisa menikmati hari weekend dan berlibur bersama ayah dan ibu? Kira-kira kapan hana bisa di antar ke sekolah oleh ayah? Kira-kira kapan hana bisa mendapatkan kemenangan itu." Sambungnya
Entah siapa yang mendengar semua keluh kesahnya ia tidak perduli, karena ini sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu berbicara dengan dirinya sendiri di malam hari sembari ditemani oleh angin malam.
"Tapi menurut hana hidup ini adil mungkin di akhir cerita hana nanti hana akan mendapatkan ending cerita yang bahagianya tak terkira kalaupun prediksi hana meleset hana akan tetap pulang kepada tuhan dalam keadaan tenang" ucapnya kemudian.
Dan akhirnya ia memutuskan untuk segera tidur karena selain waktu yang sudah hampir tengah malam ia juga sudah mulai kedinginan karena hembusan angin malam.Hana terbangun dari tidurnya karena ia merasakan haus, setelah ia melihat jam dinding ternyata ini sudah pukul 00:30 tengah malam. Ia sempat berpikir apakah orang tuanya sudah pulang atau belum di tengah malam ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Life Is Fair
Ficção AdolescenteGadis cantik dengan segudang lukanya, hidup yang penuh dengan jalan terjal, pendakian,bebatuan entah kebahagiaan apa di ujung sana hingga jalannya harus sesulit ini. Hidup itu adil? ya tentu saja hidup itu adil bagi setiap manusia yang selalu bersyu...