Bittersweet 20 - Tidak mungkin ingkar

678 42 3
                                    

Sembari memperhatikan Dilan yang hingga saat ini belum siuman, mata Dinda berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sembari memperhatikan Dilan yang hingga saat ini belum siuman, mata Dinda berkaca-kaca. Kini masalah biaya tagihan operasi Dilan dan biaya perawatan Dilan sudah ia lunasi sampai hari ini dan sampai beberapa hari ke depan. Di satu sisi ia merasa lega, tapi di sisi lain ia merasa hina dan kotor. Selama 1 minggu ke depan, ia adalah milik Elgard. Ia harus melakukan apa pun yang Elgard mau tanpa terkecuali.

"Sayang, maafin Mama. Mama enggak punya pilihan lain."

Dinda meraih tangan Dilan kemudian mendaratkan kecupan disana.

"Dilan bangun dong. Mama janji Mama akan belikan apa saja yang Dilan mau."

Dinda menangis.

"Mama sekarang punya uang, jadi enggak perlu nunggu Mama gajian kalau Dilan mau sesuatu."

Dinda membekap mulutnya sendiri, meredam tangisnya. Ia hanya punya Dilan di dunia ini dan ia tidak tahu apakah ia bisa melanjutkan hidup jika Tuhan mengambil Dilan darinya.

Ceklek!!

Buru-buru Dinda mengusap kasar air matanya kala mendengar pintu terbuka. Dinda menoleh, Hera lah yang ternyata sudah datang untuk bergantian menggantikannya menunggui Dilan.

"Sorry Din rada telat. Lo udah mau jalan ya?"

Dinda menggelengkan kepala, "Mendadak perut gue sakit jadi gue izin malem ini." Bohong Dinda. Ia belum menceritakan kekacauan yang terjadi di klub malam yang disebabkan oleh Elgard dan juga tentang dirinya yang sudah di pecat. Yang Hera tahu Dinda masih bekerja di sana.

"Lo izin lagi? Kenapa lo enggak bilang gue?"

"Gue udah WA lo tapi ceklis satu."

Buru-buru Hera mengecek ponselnya, "Anjir kuota gue ternyata abis, gue lupa mau isi."

Dinda tersenyum. "Lo istirahat aja, Ra. Gue belum pengen tidur."

Hera mendudukkan diri di tepian ranjang. "Lo belum cerita gimana hari pertama lo di 99's club. Aman, Din?"

Dinda tersenyum hangat menutupi kebohongannya dari Hera. "Aman Ra. Lagian kan kalau ada yang macem-macem, ada bodyguard yang jagain gue."

Hera bernapas lega. Syukurlah.

"Terus gimana tagihan rumah sakit? Lo minta keringanan lagi?"

Dinda menganggukkan kepala menutupi kebohongannya.

Hera bernapas lega. Syukurlah mereka masih di beri keringanan.

"Gue lagi usahain minjem duit ke perusahaan, meskipun enggak gede tapi setidaknya lumayan lah buat nyicil. Tapi ya gitu prosesnya lumayan ribet dan lama."

"Ra. Enggak perlu. Gue enggak mau ngerepotin lo."

"Sssttt! Gue enggak merasa direpotkan sama sekali, Din. Justru gue sedih dan merasa bersalah kalau enggak bisa bantu lo. BPKB mobil gue, sertifikat rumah, semuanya udah di gadai buat pengobatan Mama, dulu."

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang