Bittersweet 13 - "Aku merindukanmu"

923 41 5
                                    

Dengan mata berkaca-kaca Dinda mendengakan dengan seksama apa yang Hera sampaikan di seberang telepon sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan mata berkaca-kaca Dinda mendengakan dengan seksama apa yang Hera sampaikan di seberang telepon sana.

"Jadi motor gue laku berapa, Ra?"

"2,5 juta jual BU."

Dinda menghela napas dalam.

"Berarti masih kurang banyak. Ra."

"Terus Bayu bilang apa?"

"Dia enggak ada uang segitu. Tabungan dia cuma cukup buat bayar seperempatnya aja."

"Terus lo ambil?"

"Gue enggak tega, Ra. Biaya hidup di Jepang kan mahal terus dia juga masih ada tunggakan, lo tahu itu kan."

"Gue bingung harus nyari dimana lagi buat nutupin biaya rumah sakit anak gue, Ra."

Dinda menahan tangis dengan membekap mulutnya. Pihak rumah sakit sudah menagih biaya operasi dan juga perawatan Dilan untuk beberapa hari ini tapi hingga saat ini Dinda belum bisa membayarnya.

Rumah sakit ini memang tergolong untuk kelas menegah ke atas. Kala itu ia pernah bernegosiasi dengan pihak rumah sakit agar Dilan dipindahkan ke rumah sakit lainnya yang biaya perawatannya lebih murah, tapi karena surat-surat yang Dinda miliki tidak lengkap dan karena kenyataan yang tak mengizinkan, Dilan tak bisa pindah.

Ya, perawatan canggih dan modern yang dimiliki rumah sakit ini lah yang diperlukan Dilan selama Dilan di rawat secara intensif itu tidak di miliki pihak rumah sakit lain rujukan Hera. Dan jika tetap memaksa untuk mengurus surat untuk kepindahan pun membutuhkan biaya yang juga tidak sedikit apalagi ini mendadak.

Setelah panggilan diakhiri, Dinda menangis dengan membekap mulutnya sendiri. Beruntung lah tidak ada satu pun orang yang berlalu lalang mengingat hari sudah malam dan jam besuk sudah habis.

Dan tanpa Dinda tahu, dari balik tembok Elgard bisa mendengar jelas apa yang tadi Dinda dan seseorang diseberang telepon sana bicarakan. Ya, saat tiba di lantai dasar, secara tidak sengaja Elgard mendengar suara seseorang yang begitu familiar. Setelah ditelisik lebih lanjut, ternyata orang itu adalah Dinda dan secara tidak sengaja Elgard pun mendengar perbincangan itu.

Tadinya Elgard tidak ingin percaya begitu saja pada ucapan Pak Ali, tapi nyatanya ia mendengarnya sendiri bahwa anak korban tabrak lari bernama Dilan itu adalah benar anak kandung Dinda. Ternyata Dinda sedang kesulitan mencari uang hanya untuk membayar biaya perawatan putranya.

***

Sejak Dilan dilahirkan ke dunia ini, saat dalam keadaan tidur, Dinda selalu memeluknya. Begitu juga dengan malam ini dan seterusnya, ia akan selalu memeluk Dilan, mencurahkan kasih dan sayangnya pada Dilan karena hanya Dilan lah satu-satunya yang berharga yang ia miliki di dunia ini. Ia rela melakukan apa pun untuk Dilan meski harus di tukar dengan nyawanya sekalipun.

"Dilan, Nak. Kamu enggak kasihan sama Mama, hmm?"

"Ini adalah hari ke 7 Dilan kayak gini, enggak bangun-bangun. Apa Dilan enggak capek tidur terus?"

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang