24. Perjanjian

100 6 22
                                    

Lisa terbangun, dia keluar dari kamarnya, melihat ke sekeliling rumah yang sunyi dan sepi.

Dia turun melewati tangga, terlihat ruangan yang sangat luas tapi tidak ada orang satupun disana.

Berjalan perlahan sambil menatap sendu setiap sudut ruangan itu.

Tak sadar, Lisa meneteskan air matanya.

Rasanya berat saat Lisa menarik nafasnya, dadanya terasa sesak.

Lisa mengingat semua yang telah terjadi dalam hidupnya, mengingat perkataan psikiater itu, mengingat kondisi perusahaan Appanya yang hampir bangkrut itu, semua itu membuat Lisa sakit.

Andai aku bisa membantu Appa, aku pasti akan menjadi anak yang berguna...

Rose bangun dan perlahan keluar dari kamarnya, dia melihat kebawah dan melihat Lisa yang berdiri dibawah sana, diruangan yang sangat luas itu.

Ruangan luas yang hanya terdapat Lisa disana, Rose memperhatikan Lisa, matanya berlinang air mata, senyum tipis terlukis diwajah Rose.

Andai aku disuruh pilih, membuat kamu bahagia atau aku memiliki keluarga yang bahagia, aku akan memilih membuat kamu bahagia, Lisa.

Rose kembali memasuki kamarnya.

Lisa mengambil tasnya dan menggunakan sepatu, ia membuka pintu rumah lalu perlahan berjalan keluar.

Melihat langit yang gelap disertai dengan bulan dan bintang-bintang yang cantik, Lisa berjalan menjauh dari rumahnya.

Lisa duduk disalah satu tempat, sambil memperhatikam sekelilingnya yang sepi dan tidak ada orang sama sekali.

Lisa duduk disalah satu tempat, sambil memperhatikam sekelilingnya yang sepi dan tidak ada orang sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku menyukai gelap malam..." Ucapnya pelan.

Lisa menikmati suasana sunyi itu, dia merasa tenang sekarang, dia merasa bahwa dirinya aman, sangat aman.

.

.

Pagi telah tiba, kini Rose dan Lisa sarapan sebelum berangkat sekolah.

Jennie dan Jisoo tentu sudah berangkat bekerja, tanpa sarapan.

Dimeja makan, hanya terdapat Lisa dan Rose disana, mereka berdua belum berbicara apapun, hanya menikmati sarapan yang sedang mereka makan.

Sampai akhirnya Rose membuka suara, "Lisa"

"Ya"

"Kamu yakin dengan menempelkan poster ini akan berhasil?"

"Rose, kita coba saja dulu ... berhasil atau tidak itu urusan nanti, jangan terlalu khawatir dengan itu."

Rose mengangguk pelan dan menarik nafas berat.

Setelah selesai sarapan, mereka berangkat sekolah dengan membawa beberapa lembar poster.

Tentu mereka berbeda arah, karena mereka bersekolah di sekolah yang berbeda.

I MUST BE PERFECT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang