Happy Reading! Don't forget to click the 🌟!
*
"ARGHH PERASAAN GUE UDAH BANYAK USAHA DEH! KAPAN DIHARGAINYA!"
Yerchim menatap punggung sahabatnya itu yang lagi mengeluarkan unek-unek dalam hatinya. Ya pemandangan kaya gini udah biasa di lihatnya.
Anicel membalikkan badannya menatap Yerchim yang terduduk di sofa hotel sambil memakan ice cream coklat itu. "Menurut lo, apa yang kurang dari gue?"
Yerchim mengehentikan tangannya yang hendak menyerok ice cream dengan sendok itu, ia menatap kedua manik mata sahabatnya yang merah karena nangis tadi. "Kurang tinggi aja, Cel."
Kedua mata Anicel memutar malas, "Jangan sama kaya Asaran, deh. Yang lain, Yer!"
Yerchim kembali berpikir. "Emang kurang apaan, njir?" ia menggaruk kepalanya bingung. "Kurang pinter?"
"Gue pukul lo, Yer!"
Udahlah Yerchim ngomong juga semua serba salah, capek kadang dirinya menghadapi sesama cewek. "Lo mau gue jawab dari sudut pandang mana, Cel?"
"Sudut pandang ibu gue." balas Anciel.
Yerchim menahan mulutnya buat ga mengumpat, ia bukan ibunya, mana bisa menilai dari sudut pandang tersebut. Aneh banget bocah di depannya.
Tapi tetep aja, Yerchim menghelai nafasnya dengan penuh sabar. "Kalo gitu, lo kurang berbakti. Udahlah, sebagai anak perempuan emang selalu salah kalo di rumah, jangan terlalu di pikirin, Cel."
"Ya lo ga pernah tau rasanya jadi gue."
Mendengar penuturan Anicel barusan, tatapan mata Yerchim berubah, mood makan ice cream nya udah ilang karena kalimat barusan. "Lo juga ga bakal pernah tau rasanya jadi gue."
Rasanya Anicel salah bicara barusan, hampir semua orang di sekitarnya emang sensitif soal keluarganya tapi kadang ia lupa fakta tersebut. "Bukan gitu maksud gue."
Yerchim memutar bola matanya malas. "I know, tapi, stop berharap orang lain berubah jadi yang lo mau, Cel. Kepribadian emang ga pernah bisa diubah kalo ga dari diri sendiri."
Yerchim menghelai nafasnya dulu, melihat ekspresi Anicel yang terfokus padanya membuatnya sedikit kesal. "Termasuk ibu lo, cara didik dia itu keras dan ga bakal pernah puas sama apapun yang diraih anaknya."
Anicel memicingkan kedua matanya menatap sahabatnya. "Lo seakan anak asli ibu gue, tau segalanya."
Yang dibilang gitu langsung beranjak meninggalkan sofa menuju kulkas. "Gue temenan sama lo ga cuma satu tahun ataupun dua tahun, udah sepuluh tahun kita temenan, Cel."
Yerchim meninggalkan Anicel sendiri di kamar hotel, ia sebaiknya turun untuk melihat makan siang apa yang disediakan hari ini.
Anicel menunduk, ga ada yang salah sama ucapan Yerchim yang salah cuma perasaannya doang. Ini kayanya mau kedatangan tamu bulanan aja jadi sensitif sama ucapan orang lain.
Selang satu jam berlalu, Yerchim baru balik sambil bersenandung ria. Udah kenyang makan siang, sekarang mau makan jajan yang lain.
Yerchim sebagai pemilik kamar pun memasuki kamarnya itu, tapi tentu aja manusia yang diharapkan udah pergi dari lingkungannya malah masih menetap sambil memakan ice cream miliknya di depan laptop.
"Gue kira udah balik." celetuk Yerchim berjalan melewati Anicel yang sedang fokus menonton kartun.
Yang merasa diomongin itu pun menoleh, Anicel melihat Yerchim yang sibuk membongkar tas ransel. "Lo di sini sampe kapan, Yer?"
![](https://img.wattpad.com/cover/369549721-288-k539168.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANICEL
Novela JuvenilCrush? Rata-rata orang mempunyai seseorang yang dikaguminya, begitu juga Anicel. Anicel yang hanya bisa mengagumi seseorang dari update-an sebuah postingan, tapi entah kenapa banyak kebetulan hadir di saat ia bertemu cowok menyebalkan. "Orang tua lo...