26 - Pastiin atau lupain?

16 5 0
                                    

Happy reading! Don't forget to click the 🌟!

*

"Ah, gue baru inget!"

Suara mengagetkan Asaran membuat Sean yang lagi fokus main game pun ikut kaget. Game berjualan seblak di ponselnya harus ia hentikan dan kini menatap Asaran.

"Inget apa? Kerjaan lo yang belum selesai?" tanya Sean.

Asaran menggeleng. Dari kemarin dirinya berusaha mengingat memori masa sekolahnya, karena seingatnya dulu ada siswi yang namanya Cella. Makanya kemarin pas baca username instanya Anicel ngerasa ga asing.

"Kita dulu ga satu sekolah, jadinya gue bingung mau cerita gimana." balas Asaran.

Sean kini menautkan kedua alisnya kesal. "Kirain ada apa sampe bikin gue kaget. Ya udah cerita aja, masalah gue ngerti atau ga urusan belakangan."

Asaran kini mendengus. Walaupun kesal, tetep aja Asaran bakal cerita apapun ke Sean.

Bagi Asaran, Sean itu udah kaya keluarga dekatnya. Apapun masalah dan solusi pasti Sean selalu ngerti, psikolog aja kalah. Asaran kadang bingung dapet teman modelan Sean ini dulu gimana, ya?

"Gue pernah bilang kalo ga asing sama Anicel, kan?"

Sean mengangguk menyahuti ucapan Asaran dengan serius. Dirinya inget ucapan Asaran waktu di kebun belakang, ga mungkin dirinya lupa.

Asaran melanjutkan ucapannya. "Kayanya dia emang adik kelas gue dulu. Pas gue tanya dari sekolah mana, dia jawab Harapan Alam, satu sekolah sama gue."

"Kok bisa?" kali ini Sean nanya, siapa tau Asaran salah orang.

Asaran menghelai nafas panjang, sambil meminum jus mangga yang ada di gelasnya. "Username dia kemarin Cella, gue jadi kepikiran tiba-tiba."

Sean menatap lawan bicara dengan seksama, kalo dulu dirinya satu sekolah sama Asaran mungkin bisa bantu, tapi sayangnya beda.

Melihat Asaran yang tiba-tiba banget jadi mikirin orang, Sean bingung. "Lo mau nyari orang yang namanya Cella itu, kah?"

Mendengar pertanyaan Sean, Asaran terdiam memikirkan kembali kenapa dirinya tiba-tiba pengin tau. "Mungkin.. Iya."

Mendengar penuturan Asaran, Sean mengerjapkan matanya beberapa kali. Banyak hal yang belum Sean tau soal masa lalu Asaran.

***

"Udah berapa banyak hari ini?"

Pertanyaan Ansar cukup membuat Anicel menghelai nafas capek. Masalahnya udah lewat empat hari ini, rumahnya selalu di datangi paket aneh tergeletak di depan pintu masuk rumah.

Paket-paket tersebut di tujukan untuk Anicel. Awalnya Anicel kira dari temannya, tapi pas dilihat isinya cuma kertas bertuliskan ujaran kebencian terhadapnya. Gimana Anicel ga bingung?

Selama satu hari Anicel bisa mendapat teror paket sebanyak enam buah, udah kaya punya penggemar berat aja. Padahal Anicel bukan artis.

Anicel mengumpulkan paket-paket aneh tersebut dan membakarnya di halaman belakang.

Ansar ikut andil dalam penyelidikan siapa manusia yang berani meneror adiknya, kini ia menghelai nafas capek.

"Aku udah pasang cctv depan pintu, seenggaknya kita tau dulu siapa yang nganter paketnya." ujar Ansar. Ia menatap adiknya dengan penuh perasaan khawatir.

Dua hari lalu harusnya Ansar udah berangkat ke luar negeri, tapi karena kejadian ini, ia menundanya. Lebih baik menyelesaikan masalah adiknya dulu dari pada nanti makin parah.

ANICELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang