20 - She?

12 5 0
                                    

Happy Reading! Don't forget to click the 🌟!


*


Hari senin adalah hari yang paling dihindari oleh hampir semua orang. Bukan cuma anak sekolah dan mahasiswa, para pekerja pun menghindari yang nanya hari senin.

Sama halnya Anicel pagi ini. Di pagi buta yang cerah ini harusnya dirinya masih tertidur memeluk bantal guling sebelum nanti berkutat tajam dengan laptopnya.

Tapi hari ini Anicel harus bangun pagi buta demi menuruti permintaan adik bungsunya. Pagi ini tiba-tiba Dara nangis minta bubur ayam yang biasa dibeli Ansar, emang jam 5 gini udah buka tu tukang bubur?

Anicel mengacak rambutnya kesal. Bayangin aja masih ngantuk berat udah disuruh keluar cari mang bubur, mana udara pagi ini dinginnya ga ngotak.

"Kak Icel bikinin aja mau ga, Dara?"

Dara mengusap air mata yang udah membasahi pipi cubbynya. Ia lantas mengangguk dengan gemas. "Mmau.."

Syukur. Anicel ga perlu keluar dari rumah sepagi buta ini.

Anicel membuka kulkas, ia mencari bahan makanan penting dalam topping bubur ayam. "Lah ayamnya abis?"

Sama aja bohong kalo bubur ayam ga pake ayam. Kaya gini mending beli di mamang bubur dari pada harus beli ayam ke pasar.

Anicel menghelai nafas panjang, ia berpikir sambil menatap Dara yang berada di sebelahnya sambil memeluk boneka winnie the pooh.

"Ka Icel?"

Ah, sialan. Rumah kosong, kakak dan orang tuanya ga ada. Kalo dirinya ninggalin Dara buat keluar sebentar nanti nangis meraung-raung.

Dengan jaket tebalnya, Anicel menggandeng tangan mungil Dara keluar dari rumah. Hawa sejuk dan dingin pagi ini beneran ga pengin Anicel rasain lagi. Kapok dirinya langsung kena flu.

Karena tukang buburnya ada di komplek sebelah, Anicel memutuskan untuk jalan kaki. Karena ga jauh jalan ke komplek sebelah, nanti dirinya bisa mampir bentar ke rumah Kara, temannya.

Ada beberapa tetangga yang lagi pada joging pagi ini, jadi ga sepi-sepi amat lah sekitar. Banyak ibu-ibu lagi senam juga padahal baru mau jam setengah 6. Gila rajin-rajin banget, Anicel kalah aktif kayanya.

"Dingin,"

Anicel menunduk menatap adiknya yang mengeluh dingin. Padahal udah dirinya pakein 3 lapis jaket, masa masih dingin. Emang sih kekebalan tubuh anak kecil sama orang dewasa beda.

Dara menghentikan langkahnya lalu merentangkan kedua tangannya sambil menatap kakaknya penuh harap. "Ka, endong.."

Anicel menggeleng, "Dara berat." Ia menarik tangan adiknya kembali untuk melanjutkan langkahnya. Dara sendiri cemberut tapi tetep nurut melangkahkan kakinya.

Sampe di tukang buburnya, suasana pagi ini udah rame banget. Mang buburnya sampe kewalahan karena antrian lebih dari sepuluh. Gila aja Anicel harus nunggu lama lagi.

"Mangg, bubur dua!" teriak Anicel yang dibalas acungan jempol sama mamangnya. Emang udah bestie-an.

Sambil nunggu buburnya jadi, Anicel ngajak Dara buat mampir ke rumah Kara dulu. Soalnya deket banget cuma loncat dua rumah doang dari gerobak tukang buburnya.

Tentu aja sebelumnya Anicel udah ngasih tau orangnya bakal mampir bentar buat nunggu bubur, jadi sekarang tinggal samperin aja karena orangnya lagi ngajak main kucing di teras.

"Kara!"

Yang dipanggil langsung melambaikan tangan, ia bergegas membuka pagar rumahnya. "Tumbenan udah keluar jam segini. Kak Ansar mana?"

ANICELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang