19 - Flashback. (2)

9 5 0
                                    

Happy reading! Don't forget to click the 🌟!

*

"Pak! Stopp!" Anicel menepuk bahu laki-laki paruh baya yang ada di depannya untuk segera menghentikan motornya.

Begitu motor tersebut berhenti tepat di depan gerbang sekolah yang udah tertutup rapat itu, Anicel turun lalu menyerahkan helm dan segera membayar ojol--ojek online -- yang udah nganter dirinya itu.

"Makasih, ya, Pak!"

Anicel menghelai nafas panjang. Ia menatap gerbang yang udah tertutup rapat dari 5 menit lalu, beneran disiplin banget sekolahnya.

Anicel menatap arloji yang ada di lengan kirinya sebentar karena setelahnya ia dikagetkan oleh dua manusia penjaga sekolah, alias bagian keamanan. Dirinya beneran benci banget sama bagian keamanan di sekolah ini.

"Weh, telat lagi, Dek?"

Udah setengah tahun lamanya Anicel jadi siswi di sekolah ini. Manusia yang bertanya padanya sekarang juga udah dirinya tandai.

Kakak kelas tingkat akhir bernama Jaka itu beneran udah jadi sasaran Anicel buat balas dendam. Gimana ga dendam, dari awal dirinya masuk ke sekolah udah bikin kesel masalah bola basket yang ditempeli permen karet. Eh malah ternyata anak keamanan juga, ya double dendamnya.

Anicel tentunya menjawab dengan sopan. "Saya baru pertama kali telat, Kak."

Jaka tertawa sebentar, manusia lain yang berada di sebelah Jaka menegur. "Nuduh orang lagi lo."

Anicel menatap manusia lain yang berada di sebelah Jaka itu, nampak tak asing tapi asing. Dirinya harus sampe menyipitkan matanya memastikan mengenal orang tersebut.

"Apa?" yang diperhatikan Anicel membuka suaranya. Rasanya bener ini orang yang nyusahin Anicel dulu.

Anicel mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Asa. "Oh, Asa, ya?"

"Iya.." Asa menatap telunjuk yang mengarah kepadanya itu. "Turunin jari lo."

Yang ditegur segera menarik tangannya kembali lalu nyengir beberapa saat. "Maaf, hehe. Saya beneran ga boleh masuk?"

Asa menatap arloji di tangan kirinya lalu berpikir beberapa saat, setelahnya ia menggeleng. "Telat 8 menit. Boleh masuk, tapi ke ruang keamanan, ya."

LAH, JANCOK!

Anicel menunjukkan senyuman pasrahnya, ia mengangguk dengan patuh dan sopan. "Baik, Kak." ya walaupun dalam hati dirinya misuh.

Sepanjang perjalanan menuju ruang keamanan, lorong beneran sepi karena semua siswa dan guru udah memulai jam pelajarannya. Anicel malu, sih, tapi lumayan juga jadi ga usah ikut pelajaran peminatan, hehe.

Anicel menatap punggung manusia di depannya, beneran lebar dan cocok untuk dijadikan sandaran. Dirinya tau ini kurang ajar, tapi beneran tipe dia banget.

"Punggung gue rasanya kaya ditusuk, jangan terlalu tajem lihatinnya." tegur Asa yang berjalan di depan Anicel.

Bangke. Anicel ada malu sedikit, tapi ditutup sama ekspresinya yang polos dan lugu. Tentunya menggambarkan wajah anak kelas 10, deh.

ANICELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang