Happy Reading! Don't forget to click the 🌟!
*
Anicel membuka kedua kelopak matanya, ternyata kebanyakan tidur juga bikin badannya capek. Sekarang pukul 9 pagi dan dirinya baru bangun, hari ini weekend jadinya bebas mau bangun jam berapa aja.Anicel beranjak dari ranjangnya, ia membuka jendela kamar agar udara dari luar masuk mengisi kamarnya yang bisa dibilang cukup luas itu. Ruangan bercat putih bersih itu tampak berantakan karena belum sempat dibereskan.
Cuma manusia kecil yang berani mengacak-acak kamarnya ini, siapa lagi kalo bukan adik bungsunya, Dara. Anicel kadang menahan emosinya begitu melihat Dara menghabiskan parfum nya.
"Hari ini udah saatnya balik ke realita kehidupan anak tengah." Ya maksud Anicel adalah menjadi babu hari ini.
Gadis tersebut segera mengumpulkan baju-baju kotornya, entah itu miliknya, Dara ataupun Ansar. Hari ini harus laundry karena udah numpuk banyak banget baju kotornya.
"Kak Ansar! Aku mau laundry, bajunya Dara yang kotor dikamar tolong ditumpuk dong!" seru Anicel dari lantai atas melihat Ansar yang lagi bersantai di sofa bawah sambil nonton boxing.
Ansar yang mendengar teriakan adiknya itu menoleh lalu membalas, "Yaa, baju aku jangan lupa!"
"Dih, tumpuk sendiri sisanya!"
Anicel masuk kembali ke kamarnya untuk menyapu dan mengganti seprei, gorden dan karpet di kamarnya itu. Setelah kamarnya bersih, ia beranjak membersihkan kamar adik bungsunya, walaupun ga terlalu kotor tapi apa salahnya di bersihin lagi toh.
"Cel, Papah katanya dah transfer, masuk ga?" kali ini Ansar yang teriak dari luar. Anicel yang tentunya lagi sibuk ganti seprei ranjang Dara pun mendengus, ia mengambil ponsel disaku celananya lalu mengeceknya.
Ekspresi wajah Anicel langsung cerah, akhirnya punya uang lagi. Ya tapi kalo dipikir-pikir uang yang dikasih juga bakal dipake buat bayar ukt, anjir sama aja bohong dong.
"Sedih amat keuangan gue."
Setelah setengah hari jadi babu di rumah, semuanya beres. Anicel bangga pada dirinya sendiri. Hal terakhir yang harus dilakukan sekarang adalah mengantar cucian kotor ke laundry.
"Kak, pinjem motor, dong!"
"Yaa, kuncinya di sebelah tv!"
Anicel mengendarai motor dengan santai, menikmati betapa panasnya cuaca siang menjelang sore ini. Udah lama ga keliling, abis dari laundry mending jalan-jalan dulu beli cilok.
"Bang, cilok 10 ribu, yang pedes banget!"
"Siap, Neng!"
Anicel memperhatikan sekitar jalan yang ga terlalu ramai sore ini. Beneran ngerasa asing karena jarang ia lewati.
Setelah mendapat satu bungkus cilok, Anicel menjalankan motornya lagi. Kali ini beneran keliling ngabisin bensin kakaknya itu.
Begitu dipertigaan jalan, kedua mata Anicel menyipit menatap salah satu manusia yang dirasa ia mengenalinya.
"Kek kenal," Anicel dengan segudang rasa kepo, ia menghampiri manusia yang ada di depan tenda mie ayam. Ia menghentikan motornya begitu saja lalu matanya kembali melebar. "Kan bener."
Yang dihampiri menunjukkan ekspresi wajah bingung, ia lantas menautkan kedua alisnya. "Kenapa lo? Mau malak gue?"
Anicel menggeleng, "Kaget aja lo di sini, Sar."
"Gue lagi pengin makan mie ayam, emang ga boleh?" suara Asaran yang nampak ketus itu membuat Anicel ikut sebal.
Anicel menyalakan mesin motornya kembali, "Boleh. Ya udah gue mau pulang. Lo mau ikut nebeng ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANICEL
Teen FictionCrush? Rata-rata orang mempunyai seseorang yang dikaguminya, begitu juga Anicel. Anicel yang hanya bisa mengagumi seseorang dari update-an sebuah postingan, tapi entah kenapa banyak kebetulan hadir di saat ia bertemu cowok menyebalkan. "Orang tua lo...