Happy reading! Don't forget to click the 🌟!
*Asaran menatap pintu berwarna putih bersih di depannya. Sebenarnya hari ini dirinya ga ada niatan beraktivitas selain rebahan di ranjangnya, tapi panggilan telfon dari teman kecilnya—Ruby—menggagalkan niatan tersebut.
Jadilah di weekend hari ini, Asaran mengunjungi rumah orang tua Ruby. Katanya mau ditemenin belanja, dari pada nanti dimarahin ayahnya mending nurut aja.
Sekarang di ruang tengah Asaran lagi nunggu Ruby buat siap-siap. Ia ga ada hentinya menatap pintu kamar Ruby, pengin cepet-cepet selesai dan kembali pulang untuk rebahan.
Pintu kamar Ruby akhirnya terbuka, Asaran kira emang udah selesai dandannya, tapi ternyata matanya dikagetkan sama penampilan Ruby.
Asaran seketika mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dirinya ga mau dianggap laki-laki mesum.
“Belum selesai juga?” tanya Asaran.
Ruby baru pake tank top putihnya dan mau ngambil sweater di kamar sebelah. “Bentar, gue cari outer dulu.”
Asaran mengelus dada, beneran kaget banget.
“Asa, sebenarnya lo udah punya pacar belum, sih?” Ruby keluar dengan tampilan udah rapi, ia bertanya sambil mengecek isi sling bag yang akan dibawanya.
Asaran menggeleng malas. “Bukan urusan lo.”
Mendengar jawaban tersebut, Ruby menghentikan kegiatannya. Kali ini kedua manik matanya menatap serius Asaran. “Urusan gue. Kita bakal nikah di masa dep—“
“Gue ga pernah setuju soal rencana itu, Ruby. Stop bahas hal itu.” Asaran beranjak keluar dari rumah orang tua Ruby itu. Mending dirinya nunggu di mobil aja tau gitu.
Selama menemani Ruby belanja, Asaran cuma diam. Sesekali dirinya mengangguk menjawab pertanyaan Ruby. Sebenarnya guna Asaran di sini itu sebagai tenpat penitipan paperbag belanja.
Udah ada sekitar 5 paperbag menggantung di kedua lengan Asaran. Kadang Asaran bingung kok bisa perempuan kalo belanja pasti banyak dan lama banget. Heran.
“Asa, lo tau? Gue ga punya temen di rumah.”
Asaran menaikan satu alisnya mendengar penuturan Ruby barusan. “Kenapa?”
Ruby menghelai nafas panjang. “Ga tau juga. Perasaan gue udah berusaha ramah, kenalan juga sama orang sekitar komplek. Tapi tetep aja ga ada yang mau temenan sama gue.”
“Coba ajak main.” saran Asaran.
Ruby menggeleng malas. “Takut gue malah dicuekin. Minggu kemarin pas gue beli bubur ayam, gue dikatain ‘gatel’ sama cewek lain. Padahal gue cuma mau beli bubur doang.”
“Kok bisa?”
Ruby menaikan kedua bahunya, ia melingkarkan tangannya pada lengan Asaran. “Gue ga tau salah apa.”
Asaran menautkan kedua alisnya. Agak kepancing sedikit emosinya, tapi masa iya Ruby dikatain gitu tanpa sebab.
“Tapi kayanya gue pernah lihat cewek yang ngatain gue.” sambung Ruby membuat jiwa penasaran Asaran sedikit tergerak.
“Siapa?”
Ada jeda beberapa saat sebelum Ruby akhirnya membuka suaranya. “Eum.. cewek yang waktu itu ada di rumah orang tua lo.”
Asaran kembali bertanya-tanya. “Yang mana? Kan ada dua.”
Yang ditanya menggaruk tengkuknya bingung. “Yang bawa anak kecil, mungkin?”
![](https://img.wattpad.com/cover/369549721-288-k539168.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANICEL
Teen FictionCrush? Rata-rata orang mempunyai seseorang yang dikaguminya, begitu juga Anicel. Anicel yang hanya bisa mengagumi seseorang dari update-an sebuah postingan, tapi entah kenapa banyak kebetulan hadir di saat ia bertemu cowok menyebalkan. "Orang tua lo...