18 - Baby sitter.

8 5 0
                                    

Happy Reading! Don't forget to click the 🌟!



*



"Di sini bukan playground. Bawa adik kamu keluar dari kelas saya."

Anicel melunturkan senyumannya, tubuhnya refleks membungkuk sedih. "Pak, tapi saya--"

"Bawa keluar atau kamu tidak usah mengikuti kelas saya."

Anicel mengangguk. "Baik, Pak. Maaf." Ia menggandeng tangan Dara yang kecil itu lalu menariknya keluar dari kelas. Situasi sulit.

Anicel menatap adiknya yang juga menatapnya. Dalam hati Anicel kadang membatin, 'apa gue buang aja, ya?'

Tapi tentu ga Anicel lakukan, bisa-bisa kena pasal pembuangan anak. Dirinya juga masih waras!

Anicel memutar otaknya, dari semua teman-temannya harusnya ada salah satu yang punya jadwal kosong hari ini.

Begitu teringat. "Dila!"

Anicel bergegas menghubungi manusia bernama Dila, tentunya untuk sekedar menjaga Dara dua jam.

'Halo, Dila?'

'Halo, Kak? Kenapa?'

'Kosong ga sekarang?'

'Kosong, sih. Kenapa?'

'Nah, gue titip Dara! Please!'

Anicel memasuki ruang kelasnya kembali setelah menghubungi dan menyerahkan Dara pada teman satu ukm nya itu. Semoga semua baik-baik aja selama dua jam kedepan.

Setelah kelas berakhir, Anicel buru-buru keluar mencari keberadaan Dara dan Dila yang ternyata lagi jajan ke depan. Jauh banget gila dari gedung fakultasnya.

Anicel hampir kehilangan nafasnya kalo terus-terusan lari, untungnya bisa secepat kilat sampe di gerbang masuk kampus. Atensinya tertuju pada dua manusia yang lagi ketawa sambil memainkan kicir angin.

"Dilaa!"

Yang dipanggil jelas menghentikan tawanya, Dila dengan sadar melambaikan tangan kanannya ke Anicel yang berada di seberang jalan.

Anicel bergegas menyeberang jalan menghampiri dua manusia yang masih asik bermain itu. "Gila jauh banget."

Dila mengangguk. "Lagian aneh banget bawa anak kecil ke kampus."

"Ga boleh, kah?" balas Anicel yang digelengi Dila. Dila beranjak dari duduknya. "Walaupun ga ada peraturan tertulisnya, sih. Tapi masih mending ga diusir pak satpamnya tadi."

Anicel nyengir. "Hehe, btw, thanks, ya. Untung ada lo."

Dila mengacungkan jempolnya, kali ini gantian dirinya yang harus masuk kelas. "Gue masuk, ya. Ada kelas, nih."

"Oke. Semangat kelasnya!"

Anicel menggendong adiknya yang ternyata udah berat banget. Sebenarnya emang udah saatnya Dara masuk sekolah, tapi siapa yang bakal ngurus?

"Kaa, panass!"

Dengan sigap Anicel membawa Dara berteduh di halte bus terdekat. Untunga kosong, jadi bisa bebas duduk di mana aja.

Anicel menghelai nafas panjang, abis ini dirinya masih ada kelas lain. Harus dititipin ke siapa lagi?

Anicel menatap layar ponselnya, menatap setiap kontak yang dirasa bisa dirinya mintai tolong. Dan berhentilah ia disatu nama yang pernah menolongnya dalam krisis ekonomi.

Tanpa pikir panjang lagi, Anicel menghubungi kontak tersebut dan untungnya langsung tersambung.

'Halo?'

ANICELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang