23 - Sinting.

14 5 0
                                    

Happy reading! Don't forget to click the 🌟!

*

“Yer, ciuman rasanya gimana?”

Manusia yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Anicel jelas kaget. Malah syok berat. Yerchim ga tau kenapa bisa dapet pertanyaan kaya gitu.

Kalo cuma berdua ga masalah, ini di kamar Yerchim ada tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan, apa ga dikira lagi kumpul kebo di siang yang terik ini.

Kenapa bisa tiba-tiba ngumpul di kamar Yerchim? Jawabannya, ga tau. Iya, Yerchim sebagai pemilik kamar aja ga tau kenapa bisa tiba-tiba tiga manusia asing dan satu kakaknya ada di kamarnya gitu aja tanpa pemberitahuan.

Kalo diinget-inget hari sebelumnya Yerchim ga ngelakuin hal salah apapun, membuat keributan juga ga ada. Ya walaupun beberapa hari sebelumnya hampir mau ngajak baku hantam, tapi kan ga terjadi.

Yerchim awalnya cuma mau tidur siang dengan tenang, tapi gagal. Tiba-tiba empat spesies manusia memasuki kamarnya sambil ngobrol udah kaya orang bener.

Mereka berempat—Anicel, Asaran, Sean dan Jave—memasuki kamar dengan banyak makanan di tangan. Ekspresi mereka juga kaget begitu lihat Yerchim yang ga kaya orang sakit.

“Lah, katanya lo sakit?” suara Anicel membuat orang di sekitarnya terdiam.

Jave selaku kakaknya juga bingung sejak kapan Yerchim sakit? Ini para teman Yerchim dapet kabar dari siapa? Perasaan dirinya di rumah dari tadi ga denger keluhan apapun dari yang bersangkutan.

Yerchim terdiam sejenak sambil bertanya-tanya. “Gue cuma sariawan??”

“Anjengg! Pak Kael bilang lo izin gegara sakit parah!” kesal Anicel. Tempat makan berisi brownies di tangannya kini udah ia lempar ke ranjang Yerchim dengan kesal.

“Ya gue emang sakit, tapi ga sakit parah juga! Pak Kael hiperbola, anjir!” balas Yerchim.

Yerchim memandang sekitar, bisa dilihat tiga manusia berjenis kelamin laki-laki berdiri sambil mengusap dada. Mereka lega gegara dirinya ga mati apa gimana?

Atensi Yerchim terfokus pada kakaknya. “Sampe Kak Jave ikutan naik juga?”

Jave mengangguk sambil menghelai nafasnya. “Mereka bilang kamu sakit tapi aku ga tau. Jadi aku ikut naik.”

Ekspresi Yerchim langsung kecut dan ga suka. “Ga usah sok perduli.” Gumam Yerchim membuat manusia di sekitarnya pura-pura ga denger.

Mereka ga mau ikut campur masalah keluarga orang lain. Toh keluarga mereka juga sama aja, ga bisa saling membantu.

“Udah, kalian pulang lagi aja. Gue ga mati, aman. Makasih makanannya.” Yerchim mengusir ketiga temannya itu, tapi ga mempan.

Asaran dan Sean memilih duduk di sofa yang ada di kamar Yerchim itu, sedangkan Anicel memilih rebahan di sebelah Yerchim sambil makan brownies yang dibawanya.

Jave sendiri ikut duduk di ranjang sambil memperhatikan adiknya. Bahaya kalo ditinggal sedangkan di sini ada dua laki-laki asing.

Yerchim ternganga ga percaya sama orang-orang di kamarnya. Bikin dirinya ga jadi tidur kalo gini. “Anjeng, kamar gue bukan basecamp!”

ANICELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang