Happy Reading! Don't forget to click the 🌟!
*
Asaran mematikan putung rokok yang masih utuh terampit di jari telunjuk dan tengahnya, ia beranjak bangun dari kursinya lalu menatap manusia yang berdiri dengan ekspresi datar di ambang pintu balkonnya.
"Selamat datang, Papah." sapa Asaran tentu dengan ekspresi ramahnya.
Ayah Asaran, Bashir. Ia menghelai nafas panjang melihat kebiasaan anak sulungnya itu. "Asaran, Papah ga suka kamu ngerokok gitu."
Asaran menggaruk tengkuknya, "Aku berusaha ngurangin, Pah."
"Ada Graya di rumah, jangan sampe papah lihat kamu ngerokok lagi dan kasih tau temen kamu juga." ujar Bahsir.
Asaran mengangguk paham, walaupun ibunya ga masalah tapi kalo ada ayahnya mending ga usah aneh-aneh lagi dirinya. Asaran yang hendak kembali duduk pun mengurungkan niatnya.
"Papah ada urusan lagi sama aku? Ga biasanya Papah deketin aku duluan." Asaran udah paham sifat ayahnya itu.
Kalo ga ada urusan sama sekali ga mungkin ayahnya bakal menghampiri dirinya, beda lagi kalo ada hal penting, pasti dirinya yang diseret.
Makanya Asaran mengurungkan niatnya yang tadi mau duduk kembali, sekarang ekspresi ayahnya kembali serius.
"Minggu depan kosongin jadwal kamu, Papah mau ngajak kamu ketemu teman lama."
"Lah itu kan teman Papah, kenapa aku harus ik--"
"Papah ga mau nerima apapun alasan kamu, kosongin aja jadwal kamu."
Setelahnya Bashir beranjak masuk kembali meninggalkan anaknya itu yang masih terdiam di tempatnya.
Asaran menghelai nafas pasrah, ia kembali duduk sambil memikirkan ucapan ayahnya yang selalu aja mengharuskan dirinya mengikuti ucapannya.
Asaran menutupi kedua mata dengan lengannya, "Efek pengangguran kayanya."
***
"Lecek amat muka lo, lagi ada masalah ekonomi?" pertanyaan Yerchim emang kadang nyeleneh, tapi kali ini dengan kesadaran penuh Anicel mengangguk. "Emang iya."
Yerchim yang melihat anggukan kepala sahabatnya itu pun kaget. "Bjir, gue bercanda, Cel, kok malah lo ngangguk."
"Emang beneran anjir, gue ga punya duit." balas Anicel.
Yerchim tersenyum lalu merangkul bahu sahabatnya itu dengan penuh semangat. "Nah udah saatnya lo ikut gue part time! Yuk!"
Anicel yang mendengar ajakan Yerchim auto menjauhkan diri, kedua matanya memicing. "Ah ga mau! Gue ga mau part time dengan cara nyari sugar daddy kaya lo!"
"Heh bajingan betul!" Yerchim mengatur nafasnya dulu lalu kembali berbicara baik. "Makanya don't judge someone by it's cover, Cel. Gue ngajak lo part time di minimarket deket kampus sebelah, gue ga nyuruh lo nyari daddy."
"Lah lo part time di situ?" Anicel beneran ga tau apa-apa soal hidup Yerchim selain penyuka duren--duda kaya nan keren-- ternyata jago juga nyari duit.
Yerchim menggeleng. "Ga sih, gue kemarin liat selebaran dibutuhkan pekerja part time minimarket sana aja."
"Anjengg, gue kira lo part time di sana juga!" seru Anicel, nyesel dirinya abis ngebatin memuji Yerchim. Sekarang ia ingin menarik perkataan dalam hatinya lagi soal Yerchim.
Yerchim nyengir, "Gue mah part time di kafe deket hotel Daisy sana, lumayanlah lihat cowok cakep pada check in hotel."
"Nyebut, Yer!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ANICEL
Fiksi RemajaCrush? Rata-rata orang mempunyai seseorang yang dikaguminya, begitu juga Anicel. Anicel yang hanya bisa mengagumi seseorang dari update-an sebuah postingan, tapi entah kenapa banyak kebetulan hadir di saat ia bertemu cowok menyebalkan. "Orang tua lo...