15 - Lagi?

13 5 0
                                    

Happy Reading! Don't forget to click the 🌟!

*

"Lo mau jadi partner gue lagi ga?"

Yang ditawari jelas dongo, muka Anicel sekarang beneran kalo dijadiin wallpaper hp juga lucu. Lucu buat di pukul maksudnya.

Anicel mengerjapkan mata beberapa kali, tentunya untuk memastikan juga bahwa ucapan barusan beneran dari mulut Asaran langsung apa dirinya halu doang.

"Coba ulang, barusan lo bilang apa?"

Asaran menaikan satu alisnya bingung. "Lo mau jadi partner gue lagi ga, Cebol?"

Anicel sekarang baru percaya, yang barusan beneran bukan haluannya doang. Takutnya kepedean, nanti dirinya dikibulin lagi, anjir.

Dengan muka tengilnya, Anicel kini tersenyum sambil meminum jus alpukatnya yang masih penuh itu. "Partner apaan, nih? Partner tetap?"

"Boleh." jawaban yang ga disangka-sangka keluar dari mulut Asaran. Anicel sendiri keselek jus alpukat sampe batuk bengek.

"Uhukk-! uhukk-! HAH?!"

ANICEL BERCANDA, ANJENGG! NGAPA MALAH DIRINYA PANIK DIJAWAB BEGINI!

Asaran menyodorkan segelas air putih miliknya yang baru diminum beberapa tegukan itu. Kasian sama manusia di depannya, kalo mati kan dirinya jadi tersangka. Ga mau ya dirinya jadi tersangka.

"Apaan?" Anicel memicingkan kedua matanya melihat gelas yang disodorkan Asaran itu.

Dengan santai Asaran menjawab, "Minum, dongo. kalo lo mati, gue yang jadi tersangkanya."

"Ga mau, bekas lo." balas Anciel.

Asaran hampir keselek ludah sendiri mendengar ucapan Anicel. "Ya elah, bekas gue doang. Gue ga rabies, apa lagi HIV. Lo ga bakal kenapa-napa minum ini."

Anicel menggeleng, "Udah ga bengek gue." dan tentunya bertanya soal topik diawal tadi. "Partner buat apa?"

Asaran berpikir beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan dari perempuan aneh di depannya. "Partner.. makan malam..?"

Nggak, ini sebenarnya Asaran juga bingung mau pake alesan apa, tiba-tiba aja pengin ngajak main manusia bertubuh kerdil itu. Kalo diajak kaya biasa pasti ga bakal mau, tapi kalo ada imbalan biasanya mau juga.

"Makan malam bareng keluarga lo? Ih ga mau! Pasti gue bakal muntah, soalnya pasti canggung banget, Sar!" tolak Anicel mentah-mentah. Tanpa perlu dipikir pun udah jelas jawabannya.

Asaran menggeleng. "Nggakk, sama gue doang. Mau ga? Gue lagi pengin makan kwetiau, lo mau temenin gue?"

BJIR? Bersamamu Jadi Indah Rasanya. Kira-kira gitu yang dipikirkan Anicel, tapi langsung dirinya alihkan karena belum pasti.

"Kapan? Terus, imbalan gue apaan?" Anicel tergiur sedikit tapi masih menjaga harga diri. Kapan lagi coba dirinya diajak makan selain sama Yerchim? Bosen!!

"Lusa, gimana? Imbalannya, anything you want." jawaban yang cukup membuat jiwa miskin Anicel meronta-ronta, tapi tetap stay cool.

Sialan. Jadi gini rasanya deket sama laki-laki loyal, kalo ditanyain apapun yang Anicel mau mah, Anicel pengin beli lapangan basket kampus sebelah karena saking luasnya.

Ya tapi masa Anicel mau ngelunjak cuma gegara diajak makan kwetiau?

"Oke. Gue mau imbalan, brownies satu lusin!"

Asaran terdiam beberapa saat, tapi diakhir dirinya mengangguk menyanggupi permintaan tersebut. "Udah cuma brownies?"

"Lah boleh lagi emang?" tanya Anicel.

ANICELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang