27 - Penuh plot twist.

12 5 0
                                    

Happy reading! Don't forget to click the 🌟!






*





“Cukup sekian motivasi dari saya, semoga kalian bisa masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan. Saya Asaran Multa, Pamit undur diri. Terima kasih semua!”

Dengan membungkuk sopan, Asaran melambaikan tangannya, tak lupa juga senyum yang menghiasi wajahnya. Semua siswa yang dikumpulkan dalam aula, bersorak tepuk tangan dengan meriah.

Asaran melangkahkan kaki menuju bagian belakang aula, dirinya langsung disambut sama guru BK-nya dulu.

“Bagus, Asa. Bapak bangga sama kamu!”

“Makasih, Pak.” Asaran memeluk gurunya itu dengan hangat. Image Asaran di sekolah dulu tentunya sangat baik, ga heran kalo dikenal banyak guru.

Rini selaku wali kelas Asaran dulu juga ikut hadir. Menyapa anak murid kesayangannya itu. “Udah lulus, toh, Asa?”

Yang ditanya mengangguk, mencium punggung tangan gurunya itu. “Udah, tahun lalu.”

Arno selaku guru BK yang masih berhubungan sama Asaran, merangkul bahu Asaran. “Asa cumlaude, loh!”

Rini menutup mulutnya, harusnya udah ga heran karena emang anak pintar. “Keren banget! Ibu bangga sama Asa!”

Asaran nyengir, menatap wanita paruh baya di depannya penuh semangat. “Berkat Bu Rini juga selalu ngajarin saya. Makasih, Ibuuu!!”

Asaran memeluk gurunya itu penuh rindu. Rini udah kaya ibu sendiri baginya.

Jauh di belakang, ada Sean yang terdiam kaget melihat sifat Asaran yang ga pernah dirinya lihat sebelumnya. Ternyata temannya itu punya sifat kaya anak-anak.

Sean mengangkat ponselnya, mengabadikan perubahan sifat Asaran yang asing baginya. “Lucu juga kaya bocah.”

Setelah selesai sesi berpelukan dengan guru-guru, Asaran menemui Sean yang lagi santai di kantin sambil melahap cilor.

Asaran mendengus kesal menghampiri Sean. “Dicariin malah asik jajan.”

Sean dengan senyum secerah matahari pagi, menatap Asaran di sebelahnya. “Gue ga dipeluk juga, Sar?”

Mendengar ucapan Sean, ekspresi Asaran langsung mendatar. Dirinya ga tau kalo ada Sean di tempat tadi. “Lo kalo mau gue pukul, bilang dari tadi.”

Yang diancam cengengesan, menyodorkan satu plastik cimol yang dibeli sebelumnya. “Makan dulu, lah. Abis ini mau langsung balik rumah?”

Asaran mengambil tempat duduk di samping Sean, memakan cimolnya. “Keliling dulu, bantuin gue pastiin sesuatu.”

Helaian nafas malas terdengar dari Sean, ini bukan sekolahnya, tapi kenapa dirinya yang diajak. Perasaan teman Asaran tadi banyak banget yang ikut, kenapa dirinya ikut keseret.

Hari ini classmeet diadakan di sekolah Harapan Alam. Asaran hadir karena undangan sebagai motivator adik kelas, teman-teman kelas Asaran dulu juga pada datang karena mau main aja. Udah dapet izin juga dari Bu Rini selaku wali kelas.

Intinya hari ini sekolah ramai, ga cuma dari lingkungan sekolah aja muridnya, dari luar sekolah pun banyak.

Ga heran tiap tahun emang selalu meriah, ngundang guest star terkenal juga. Tentunya iuran murid juga lancar.

Asaran dan Sean berjalan beriringan, melihat tiap kelas yang udah didekor dengan apik untuk lomba kebersihan kelas. Tema yang diambil juga keren-keren, dulu Asaran ga pernah ikut serta hias kelas kaya gini. Dirinya sibuk ngurusin acara karena jadi panitia.

ANICELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang