Bab 5 ~Sebuah Pengakuan~

53 37 6
                                    

Maaf Jika ada kesamaan dalam nama tokoh, alur dan latar tempat. Ini murni dari pemikiran saya.

°°°°°°°°°°

Bab 5 /Sebuah Pengakuan/

"Semua jawaban berasal dari pertanyaan, dan semua pertanyaan selalu mempunyai jawaban. Tapi, jika kepercayaan yang dipertanyakan, apakah kejujuran mampu menjadi jawaban?"

 Tapi, jika kepercayaan yang dipertanyakan, apakah kejujuran mampu menjadi jawaban?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------

Alesha menatap sendu pada batu nisan di sebuah Tempat Pemakaman Umum, tangannya mengusap dengan perlahan permukaan batu yang tertulis nama sang Ayah di atasnya.

"Ayah, apa Alesha sudah cukup hebat sekarang?" tanya Alesha.

"Ayah selalu bilang, aku harus mengalahkan Alusha untuk menyaingi kesempurnaannya. Aku menang sekarang! Alusha udah ikut sama Ayah, tapi... Alesha nggak senang, Ayah...."

"Ayah jangan marah ya, sama Alesha. Ibu udah benci Ale, Ayah jangan ikut-ikutan benci sama Ale, Ale udah nggak punya siapapun lagi sekarang," datar Alesha.

Alesha melepas kelopak demi kelopak dari bunga mawar yang ia pegang. "Ayah tau? Tadi Ale ke rumah sakit buat jenguk Ibu. Ibu histeris pas lihat Ale, Ale serem ya Ayah?"

"Alusha pasti bahagia ya sekarang? Karena dia udah sama Ayah, Alusha kan putri kesayangan Ayah."

Alesha terkekeh kecil, wanita itu menepuk pelan keningnya, kemudian berkata. "Eh, lupa. Alusha kan emang selalu bahagia, dia selalu berhasil dapetin semuanya, dia anak emas, dia sempurna, dia kebanggaan orang tua. Kemampuan Alesha jauh dibawah dia."

Alesha berdiri, ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. "Alusha emang lebih baik ikut sama Ayah, sekarang udah waktunya Alesha yang bahagia. Ini semua juga karena Ayah, Ayah akar dari semuanya. Ayah juga pantas berada di bawah sana."

"Alesha pergi. Ayah tidur yang nyenyak ya di dalam tanah. Jangan mimpi buruk," ucap Alesha segera pergi meninggalkan area Pemakaman Umum.

Diluar, hujan turun dengan sangat deras, seakan berhasil mengulur waktu di balik awan kelabu. Alusha terlalu asyik membuat pot keramik sampai-sampai ia tak sadar jika jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.43 yang artinya sebentar lagi adalah batas waktu dirinya diperbolehkan masuk ke dalam mansion.

"Koh, ini sudah bisa digunakan kan? Tidak akan rapuh kan?" tanya Alusha memperlihatkan hasil buatannya pada Koh Liam.

"Jika dipanaskan sekali lagi mungkin daya tahannya akan semakin bertambah, apa kamu sudah mau pulang?" tanya Koh Liam yang juga tak sadar jika waktu semakin larut.

Alusha mengangguk. "Aku harus segera pulang, jika tidak, tidurku tidak akan berselimut hangat malam ini."

Koh Liam mengerutkan alisnya. "Maksudmu?"

I'M NOT PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang