Akibat mengalami kecelakaan, Alusha tak hanya kehilangan wajah namun juga kehilangan kehidupan yang selama ini menempel sebagai jati dirinya, kehilangan sosok saudari, ibu, dan orang-orang terdekat yang sekarang mengira dirinya sudah tiada dan hanya...
Maaf Jika ada kesamaan dalam nama tokoh, alur dan latar tempat. Ini murni dari pemikiran saya.
°°°°°°°°°°
Bab 27/Kepergian Alusha/
"Semua itu bukan punya aku, aku kembalikan semuanya sama kamu Marshal."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
----------
"Lo nggak kenapa-kenapa kan, Ris? Lo... baik-baik aja kan?" tanya Dila, begitu mendapati wajah temannya yang kini pucat pasi.
"Dia baik-baik aja, nggak usah lebay gitu," jawab Chelyn datar, yang baru kembali dari dapur sambil membawa segelas lemon tea.
"Mbak Chelyn jahat!" seru Dila, namun dengan cepat Riska membungkam mulutnya.
"Gue nggak papa kok, Dil. Tolong jangan cari masalah sama Mbak Chelyn, hidup keluarga gue sekarang ada di tangan dia..." bisik Riska dengan suara lirih.
Dari jarak yang tidak begitu dekat, Chelyn tampak menyunggingkan senyuman. "Ikuti aja alur permainannya, nanti juga paham sendiri."
---
Alusha dan Bella kini sudah kembali ke mansion dalam keadaan tubuh yang masih setengah basah. Ternyata pemanas di toko Koh Liam tidak berfungsi dengan baik.
"Bella...."
Marshal, yang ternyata sudah menunggu kepulangan keduanya sejak beberapa jam yang lalu, langsung mendekati mereka dengan sigap.
"Dari mana aja kalian?" Marshal mengalihkan pandangannya pada kondisi pakaian mereka yang tampak basah.
"Beli sesuatu tapi sampai basah kuyup? Kalian habis dari mana?!" seru Marshal, mulai merasa khawatir. Bukan berlebihan, tapi sekarang Bella adalah satu-satunya keluarga yang Marshal miliki, ia tak ingin sesuatu terjadi pada adik kesayangannya itu.
"Marshal ... tadi kita–"
"Diam!" Sentakan Marshal berhasil membungkam mulut Alusha, gadis itu urung untuk melanjutkan pembelaannya.
"Gue tahu, pasti ini semua ulah lo kan?"
"Apa?" lirih Alusha.
"Lo dendam sama Bella, itu sebabnya lo bawa dia ke tempat yang nggak jelas," lanjut Marshal, menatap tak senang pada Alusha.
"Marshal...."
Marshal mengangkat satu telapak tangannya, memberi isyarat agar Alusha tetap diam.
"Bang... dia nggak salah, gue tadi cuma–"
"Oh, jadi dia juga udah mulai mencuci otak Lo Bel? Di kasih makan apa aja Lo tadi selama sama dia?" tanya Marshal.
Alusha merasa, jika tetap mendengarkan amarah Marshal hanya akan membuat hatinya terluka, jadi ia memilih untuk pergi ke kamarnya.