Bab 10 ~Keluarga Penuh Pelangi~

46 32 11
                                    

Maaf Jika ada kesamaan dalam nama tokoh, alur dan latar tempat. Ini murni dari pemikiran saya.


°°°°°°°°°°

Bab 10 /Keluarga Penuh Pelangi /

"dia selalu minta maaf sama pelangi karena udah bikin pelangi benci sama kehadiran dia. Dia mau pergi tapi nggak bisa. Dia selalu hilang bagaikan asap di ujung gunung."

----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------

Setelah puas menikmati indahnya Taman Greenday, Alusha memutuskan untuk segera pulang ke rumah mengingat matahari yang semakin terik, bekas jahitan operasi plastiknya masih terasa perih jika terpapar sinar matahari dan terkena keringat berlebih.

"Kalau gitu, aku pulang duluan ya, hari semakin panas soalnya," pamit Alusha pada Raka, lama mengobrol membuat keduanya semakin akrab sehingga bisa memanggil satu sama lain dengan panggilan nama langsung atau sebutan aku-kamu.

"Biar aku antar," tahan Raka.

Alusha menoleh, menatap manik teduh milik pria di hadapannya.

"Kalau kamu nggak keberatan, biar aku antar," Raka mengulangi ucapannya namun kali ini dengan nada yang terdengar lebih pelan, jujur saja ia takut jika wanita di hadapannya merasa risih akan sikapnya.

Di atas motor, Alusha menikmati pemandangan-pemandangan pinggir jalan yang jarang sekali ia lihat dari atas motor, karena biasanya ia selalu menaiki mobil jika ingin bepergian.

"Maaf ya, aku bonceng kamu pakai motor."

"Iya nggak papa, aku seneng kok," jawab Alusha.

Sesekali Raka melihat wajah Alusha dari spion motor, wajah wanita yang saat ini tengah ia bonceng benar-benar mengingatkannya pada Vallen. Andai Vallen lah yang ia bonceng saat ini, mungkin Raka akan memastikan wanita itu selalu aman sehingga takkan pernah mengalami kecelakaan hebat yang berhasil membawanya ke pelukan Tuhan.

"Ih, ada permen gulali!" seru Alusha ketika melihat pedagang permen gulali kaki lima dipinggir jalan.

"Kamu mau?" tanya Raka.

"Kamu nggak keberatan kalau kita berhenti sebentar?" tanya Alusha.

"No problem, selagi kamu seneng."

Dengan senang hati Raka meminggirkan motornya tepat disebelah gerobak penjual gulali. Terlihat raut bahagia yang begitu natural dari wajah Alusha. Wanita itu dengan cepat menyampaikan pesanan gulali nya pada Bapak penjual gulali.

"Saya mau gulali nya di bentuk kucing Pak, di kasih pita juga di telinganya."

"Oke Mbak, tunggu sebentar ya."

Awalnya Raka memperhatikan senyum manis yang tercetak pada bibir wanita disebelahnya. Namun ada satu bagian yang mengganggu pandangannya ketika menatap wajah Alusha.

I'M NOT PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang