Bab 2 ~New Face~

60 44 16
                                    

Maaf Jika ada kesamaan dalam nama tokoh, alur dan latar tempat. Ini murni dari pemikiran saya

°°°°°°°°°°

Bab 2 /New Face/

"Orang baik selalu di kenang, orang hebat selalu di depan, lalu orang jahat? Apa orang jahat harus selalu di benci dan di buang?"

"Orang baik selalu di kenang, orang hebat selalu di depan, lalu orang jahat? Apa orang jahat harus selalu di benci dan di buang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------

Hari ini adalah hari dimana Alusha akan melepas perban di wajahnya, perasaan gusar selalu menyelubungi hatinya, apakah Ibu akan tetap mengenalinya nanti ketika wajahnya sudah berubah? Alusha berharap, Denayu masih mengenalinya meski dalam kondisi wajah yang berbeda.

"Suster," panggil Alusha pada Suster Nadia yang setia mengganti infusnya.

"Ya Nona? Apa ada yang perlu saya bantu?" tanya Suster Nadia ramah.

"Menurut kamu, apakah Ibu saya akan tetap mengenali saya setelah perban ini dibuka nanti?" tanya Alusha pelan.

Nadia tersenyum. "Seorang Ibu pasti akan mengenali putrinya dalam kondisi apapun. Nona jangan khawatir, serahkan saja semuanya pada Tuhan."

"Bagaimana jika nanti Ibu tidak mengenali saya? Apa saya masih pantas untuk hidup?" tanya Alusha sedikit melantur akibat efek obat penenang yang baru saja di suntikan di infusnya.

"Hidup dan matinya seseorang itu, sudah di atur oleh Tuhan, Nona tidak perlu khawatir, Tuhan punya skenario yang indah untuk Nona Alusha. Nona tidak boleh patah semangat, saya yakin, Ibu Nona masih bisa mengenali Nona nanti walaupun dengan wajah yang berbeda."

"Semoga saja...."

Alusha terdiam, suasana kembali hening. Alusha tak tertidur karena dosis obat penenang yang diberikan oleh Nadia hanya untuk menghilangkan rasa nyeri akibat terlalu banyak pikiran yang membuat tekanan pada otak Alusha. Nadia menyentuh permukaan tangan Alusha, gadis itu sedikit menoleh ke arah Suster cantik meski dengan susah payah.

Nadia tersenyum, senyum yang begitu tulus terpancar dari wajah cantiknya. "Nona yang kuat ya, nggak ada yang namanya jalan mulus, setiap jalan pasti memiliki batu lonjakannya masing-masing. Nona sangat hebat karena bisa melewati masa-masa sulit seperti ini. Saya yakin, Nona akan lebih kuat menjalani kehidupan Nona untuk kedepannya."

Alusha bisa merasakan permukaan tangannya basah karena air mata, Suster Nadia menangis ketika melihat kondisi Alusha. Ya, dia adalah suster yang dari awal setia merawat Alusha hingga siuman dari komanya.

"Suster nangis?" tanya Alusha.

Nadia langsung menjauhkan tubuhnya dari Alusha, tangannya menghapus kasar air mata yang tanpa permisi membasahi pipi mulusnya. Terkadang, Nadia mendongakkan kepalanya demi menyumbat pembuluh air matanya agar tak kembali menumpahkan cairan bening.

I'M NOT PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang