Akibat mengalami kecelakaan, Alusha tak hanya kehilangan wajah namun juga kehilangan kehidupan yang selama ini menempel sebagai jati dirinya, kehilangan sosok saudari, ibu, dan orang-orang terdekat yang sekarang mengira dirinya sudah tiada dan hanya...
Maaf Jika ada kesamaan dalam nama tokoh, alur dan latar tempat. Ini murni dari pemikiran saya.
*gambar hanyalah ilustrasi yang digunakan demi mempermudah pembaca untuk membayangkan suatu objek dari suatu bagian cerita*
°°°°°°°°°°
Bab 22/Ada Sesuatu Yang Spesial/
"Semakin berusaha diperbaiki, maka semakin besar pula rasa sakit dari luka yang dahulu ditanam."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
----------
Sesampainya di rumah, Alusha langsung turun dari mobil membawa se-plastik penuh berisi es krim pemberian bapak-bapak penjual es krim tadi. Saking fokusnya gadis itu dengan es krim nya sampai-sampai ia melupakan benda yang sedari tadi berusaha direbutnya dari Marshal.
"Lihat, sekarang dia lupa sama dompetnya, padahal tadi dia yang meraung-raung minta supaya benda ini segera di kembalikan," oceh Marshal meskipun Alusha sudah tak lagi berada di dalam mobil.
Saat tangannya meraih dompet itu, pergerakannya terhenti seirama dengan pandangannya yang penuh mengarah pada benda milik Alusha yang saat ini sedang ia pegang. "Gelangnya ... ternyata bukan dibuang, tapi dijadikan gantungan di dompetnya," ucap Marshal dengan suara lirih.
Di satu sisi, Alusha yang sibuk mengoceh girang karena mendapatkan banyak es krim mengarahkan langkah kakinya menuju kamar Bella.
"Emang sih, awalnya aku jaim kalau dibayarin Marshal, tapi kalau tau akhirnya bakalan dapat banyak es krim kayak gini ya bersyukur banget lah!" ucapnya penuh antusias.
Ketika sampai di depan pintu kamar Bella, wanita itu mengetuk pintu sebanyak tiga kali, berharap ada seseorang yang mau membukakan pintu tersebut untuknya.
"Mau ngapain lo ke kamar gue?" tanya Bella dari dalam bilik kamar tanpa ingin membuka pintu kamarnya untuk Alusha.
Alusha menghembuskan napasnya perlahan, sebelum akhirnya menjawab. "Tadi aku sama Marshal beli es krim, Bapak penjualnya baik banget tau, dia kasih kita banyak es krim enak."
"Gue nggak suka es krim murahan!" ketus Bella berhasil menyentil hati Alusha.
"Aku tau ... aku cuma mau kamu juga ngerasain ini bareng kita," lirih Alusha namun masih bisa didengar oleh Bella.
"Gue nggak mau! Gue tau lo bersikap baik kayak gini karena suatu tujuan. Gue nggak peduli sama tujuan lo itu!" ketus Bella.
Dari balik pintu, Alusha tersenyum tipis, ternyata Bella mengetahui niatnya yang sebenarnya, Alusha sangat ingin bisa kembali dekat dengan gadis yang saat ini masih berdiam diri di dalam kamar tanpa ingin membukakan pintu untuknya.
Tak lagi mendengar suara Alusha dari balik pintu, Bella mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup rapat. "Asal lo tau Alusha, semakin lo berusaha memperbaiki semuanya, semakin luka yang dulu lo tanam tumbuh menjadi lebih besar dan jauh lebih menyakitkan," lirihnya menggenggam kuat sapu tangan yang dulu pernah Alusha berikan padanya.