Bab 24~Hujan dan Tangis~

11 1 3
                                    

Maaf Jika ada kesamaan dalam nama tokoh, alur dan latar tempat. Ini murni dari pemikiran saya.

*gambar hanyalah ilustrasi yang digunakan demi mempermudah pembaca untuk membayangkan suatu objek dari suatu bagian cerita*

°°°°°°°°°°

Bab 24/Hujan dan Tangis/

"Jika badai sepertinya mampu mencabut pohon dari akarnya apakah dia juga bisa mencabut luka dari hati manusia?"

"Jika badai sepertinya mampu mencabut pohon dari akarnya apakah dia juga bisa mencabut luka dari hati manusia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------

Alesha menghela napas lega ketika berhasil melarikan diri dari pertanyaan Marshal. Tangannya diletakkan di dada, menghitung berapa laju kecepatan jantungnya berdetak.

Dering ponsel berhasil menarik perhatian Alesha. Dengan cepat wanita itu mengeluarkan benda pipihnya yang berdering dari dalam tas bermerek miliknya.

"Nona Alesha, Nyonya Denayu saat ini sedang demam, apakah anda bisa mengunjunginya siang ini di rumah sakit?" tanya ners Lia dari sambungan telepon.

Mendengar kabar itu, tanpa memberikan jawaban apapun lagi pada ners Lia, Alesha langsung mematikan sabungan teleponnya, ia harus segera melihat kondisi Denayu sekarang. Disaat mobil Alesha melaju dengan sangat cepat, Marshal keluar dari gedung kantornya, pria itu menyatukan kedua alisnya karena entah kenapa rasa penasaran masih mengganjal dihatinya.

*****

"Gang Lencana Merah I, ini alamatnya udah bener kan ya?" ucap Bella sembari matanya membaca tulisan pada kertas bertuliskan alamat yang ditulis oleh Alesha tadi pagi.

Bella mulai kembali melangkahkan kakinya menyusuri gang sempit lengkap dengan tembok beton di sisi kanan dan kiri jalan. "ini jalan lebih cocok di jadiin wahana uji nyali ketimbang akses jalan si," cibir Bella melangkahkan kakinya dengan penuh kehati-hatian sebab, banyak lubang pada jalanan yang masih terdapat genangan air hujan di dalamnya.

"Mana anjing galaknya? Katanya banyak anjing galak disini? Jangan-jangan gue dikibulin lagi sama si Alusha!" cerocos Bella.

Bella terus melangkahkan kakinya menyusuri gang sempit dan sepi itu, matahari yang awalnya bersinar terang perlahan mulai tertutup awan gelap.

"Ini masih jauh? Gue tebak tokonya nggak ramai pelanggan, orang g*la mana coba yang mau ngelewatin jalan serem kayak gini?" cicit Bella.

Disisi lain, Alusha sudah menunggu lewatnya Bella, namun gadis itu tak kunjung muncul. "ini udah jam berapa? Mana hari udah semakin gelap, itu anak mampir kemana dulu sih?" ucap Alusha yang dengan sabar menunggu kemunculan Bella di Gang Lencana Merah II.

/POV BELLA/

"Nomor yang Anda tuju, sedang dalam panggilan lain."

"Ckk, gini amat punya abang yang selalu sibuk!" kesal Bella yang sudah hampir lima kali menelpon nomor Marshal, namun tak ada satupun yang di angkat.

I'M NOT PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang