Akibat mengalami kecelakaan, Alusha tak hanya kehilangan wajah namun juga kehilangan kehidupan yang selama ini menempel sebagai jati dirinya, kehilangan sosok saudari, ibu, dan orang-orang terdekat yang sekarang mengira dirinya sudah tiada dan hanya...
Maaf Jika ada kesamaan dalam nama tokoh, alur dan latar tempat. Ini murni dari pemikiran saya.
°°°°°°°°°°
Bab 21/Rumah Tanpa Kunci/
"Selera setiap orang itu berbeda, tapi bukan tingkat mayoritas penyuka nya yang menjadi tolak ukur sesuatu itu menjadi istimewa melainkan... Momen berharganya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
----------
Sesampainya di rumah, Alusha langsung turun dari mobil dengan membawa se-plastik penuh berisi es krim pemberian bapak-bapak penjual es krim tadi. Saking fokusnya wanita itu dengan es krim nya, Alusha sampai melupakan benda yang sedari tadi berusaha direbutnya dari Marshal.
"Lihat, sekarang dia melupakan dompetnya, padahal tadi dia yang meraung-raung minta agar benda ini segera di kembalikan," oceh Marshal meskipun Alusha sudah tidak lagi berada di dalam mobil.
Saat tangannya meraih dompet di dalam dasbor, pergerakannya terhenti seirama dengan pandangannya yang penuh mengarah pada benda milik Alusha yang saat ini sedang ia pegang. "Gelangnya... ternyata bukan dibuang, tapi dijadikan gantungan di dompetnya," ucap Marshal yang baru menyadari hal itu.
Di satu sisi, Alusha yang sibuk mengoceh girang karena mendapatkan banyak es krim mengarahkan langkah kakinya menuju kamar Bella.
"Emang sih, awalnya aku sok jaim kalau dibayarin Marshal, tapi kalau tau akhirnya bakalan dapat banyak es krim kayak gini ya bersyukur banget lah!" girang Alusha.
Ketika sampai di depan pintu kamar Bella, wanita itu mengetuk pintu sebanyak tiga kali, berharap ada seseorang yang mau membukakan pintu tersebut.
"Mau ngapain lo ke kamar gue?" tanya Bella dari dalam bilik kamar tanpa ingin membuka pintu kamarnya untuk Alusha.
Alusha menghela napasnya perlahan, sebelum akhirnya menjawab. "Tadi aku sama Marshal beli es krim, Bapak penjualnya baik banget tau, dia kasih kita banyak es krim enak."
"Gue nggak suka es krim murahan!" ketus Bella berhasil menyentil hati Alusha.
"Aku tau... aku cuma mau kamu juga ngerasain ini bareng kita," lirih Alusha namun masih bisa didengar oleh Bella.
"Gue nggak mau! Gue nggak peduli sama usaha lo buat bisa akrab sama gue!" ketus Bella.
Dari balik pintu, Alusha tersenyum tipis, ternyata Bella mengetahui niatnya yang sebenarnya, Alusha sangat ingin bisa kembali dekat dengan gadis yang saat ini masih berdiam diri di dalam kamar tanpa ingin membukakan pintu untuknya.
Tak lagi mendengar suara Alusha dari balik pintu, Bella mengarahkan pandangannya ke arah pintu kamarnya yang masih tertutup rapat. "Asal lo tau Alusha, semakin lo berusaha memperbaiki semuanya, semakin luka yang dulu lo tanam tumbuh menjadi lebih besar dan jauh lebih menyakitkan," lirihnya menggenggam kuat sapu tangan yang dulu pernah Alusha berikan padanya.