Ini part 38 nya
"Ini rumah siapa ko?" Tanyaku.
"Rumahku, Papi suruh kredit." Jawabnya sembari menarik tubuhku ke atas pangkuannya. Kini aku merasakan batang kejantanan miliknya menempel di liang senggamaku. Aku mungkin akan sengaja mengulur waktu untuk menikmati kemewahan ini. Fei menarik sabun cair dan menumpahkannya di buah dadaku, lalu mengusapnya.
"Besar banget rumahnya." Pujiku.
"Hmnnn,,, sama kayak tetek kamu." Godanya seraya memainkan puting susuku dengan jari.
"Kokoh suka?" Tanyaku sembari membusungkan dadaku. Fei membasuh buah dadaku dengan air, sehingga sabun itu luntur oleh air. Namun Fei enggan menghisap putingku, ia malah memutar-mutarnya. Sehingga tubuhku sedikit menggelinjang kegelian.
"Enak diginiin?" Tanya Fei yang memilin puting susuku.
"Hmnnn,,, Koh,,, boleh tanya nggak?" kataku seraya merangkul lehernya. Kini tangannya tak dapat menyentuh buah dadaku lagi, namun tangan nakal itu beralih ke bongkahan pantatku.
"Tanya apaan." Posisi wajahku begitu dekat, bahkan hanya maju satu centi saja bibirku sudah bertemu dengan bibirnya yang merah.
"Kokoh sudah main ginian sama berapa orang sih?" Tanyaku.
"Mmnnn,,, berapa ya?" Ia sepertinya berpikir. Tak mungkin sinyo polos sudah banyak mengawini cewek. "Kalau pertama sih, waktu aku masih SMA."
"Haaahhh,,, masih SMA." Aku pura-pura terkejut. "Sama siapa? Pacarnya."
"Bukan, sama guruku." Jawabnya santai.
"Haaahh,,, guru. Masak!!!" Aku terkejut, Fei bahkan meniduri gurunya sebelum aku. "Bohong!"
"Eh, nggak percaya. Waktu itu aku disuruh ngerjain tugas tambahan diruangannya. Tapi dia malah duduk di pangkuanku kayak kamu ini." Ceritanya dengan santai.
Entah, rasa penasaran atau apapun itu. Aku malah bertanya, "terus ngapain aja."
"Ya dia buka bajunya terus suruh aku netek." Ungkapnya seraya menjauhkan sedikit badanku agar memberi ruang untuk bibirnya yang meraih puting susuku. "Kayak gini."
Fei memutar lidahnya diputing susuku. Rasa geli kembali menjalar melewati setiap denyut darahku. "Auhhhh!" Desisku tak terbendung lagi.
"Rasanya gimana?" Tanya Fei padaku. Aku kebingungan harus menjawab apa—dan yang pasti enak tentunya.
"Geli-geli gimana gitu. Hahaha," aku tersengeh karena aku tak dapat menggambarkan apa yang kurasakan.
"Masa' sih gitu aja." Fei tak percaya.
"Iya emangnya gimana?" Aku menimpali.
"Kamu desah-desah gitu." Ungkapnya.
"Hahahaha," aku terkekeh geli. "Ayok koh, udah malem."
"Ayok kemana?" Fei pura-pura bodoh.
"Ihh, kokoh nih." Ucapku seraya menggesekan liang senggamaku ke batang kejantanannya. Aku rasakan urat-urat yang timbul begitu kokoh menerpa liang senggamaku. "Ayookkk, cepet koh. Udah jam sembilan."
"Mnnn,,, emangnya mau ngapain kita." Sial! Fei mengerjaiku. Ia enggan melakukan aksinya, Ia malah duduk diam menatap wajahku yang sudah terangsang.
"Masukin," celetukku penuh keberanian. Memang, diriku yang jalang tak pelik lagi menyembunyikan segala jenis kemaluanku.
"Masukin aja sendiri." Fei tetap terdiam ditempatnya.
"Uhhhh,,, kokoh nih." Aku mengangkat sedikit pantatku. Ternyata batang kejantanan Fei terlalu tegang sehingga ujungnya tegak tanpa harus kusentuh. Alhasil, dengan sekali dorongan batang kemaluannya memasuki rongga rahimku. "Mmnnn,,, ssshhhhh,,, auhhhh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandul
عاطفية21+ Khusus dewasa. Cerita tentang seorang wanita bernama Mariana. Sungguh menyedihkan hidupnya?