Part 18

20.9K 269 2
                                    

Part 18

"Hmn, iya kupegang aja ini." Bisik Mas Ricky dari belakang punggungku. Aku merasakan desisan nafas Mas Ricky menyentuh dauh telingaku. Lalu ia mengecup leherku, hal itu membuatku semakin tak beraturan. Aku berusaha sebaik mungkin untuk menahan desahanku. Berkali-kali aku membuang muka agar Mas Ricky tak melihat reaksiku. Reaksi dimana aku membuka sedikit mulutku dan mengeluarkan desahan yang membisu. Reaksi dimana mataku hampir memutih karena rangsangan itu memperdaya otakku.

Wajahku terkunci oleh kecupan bibirnya dileherku. Aku tersadar bahwa kecupan itu mungkin akan memberikan bekas merah. "Mas, jangan mas, nanti merah."

"Ya, nggak lah. Sayang. Aku tahu?" Ungkapnya sembari melepaskan cekatan tangannya. Kini tangannya meremas buah dadaku. Remasan itu membuatku menggelinjang. Dadaku membusung tanpa kendali dariku.

Lalu aku merasakan sesuatu dibawah sana. Jemari Mas Ricky bergerak menemukan sebuah celah. Jemari tengah Mas Ricky bergerak perlahan menyusup di bibir bagian atas vaginaku. Aku masih ingin merasakan apa yang akan diperbuatnya. Jemari telunjuk dan kelingking yang mengapit jari tengah itu juga bergerak ke arah berlawan. Seakan jemari itu membuka paksa bibir vaginaku.

Lalu,,,

Jari tengah mas Ricky mengetuk bagian atas bibir kemaluanku. "Ah, mas. udahan, ah. Tangan mas, bohong." Aku memohon agar Mas Ricky menghentikannya. Bukan tak ingin, namun situasi dirumah sungguh membuatku tak enak. Aku takut ketahuan, jika ketahuan entah jadi apa hubunganku dengan Mas Ricky.

"Hehehe,,, santai aja adek. Pelan-pelan kok." Bisikan itu seakan mengelabuiku. Mas Ricky menggesekan jemarinya menyentuh titik sensitif itu. Aku secara reflek mencengkeram punggun tangan Mas Ricky, namun ketika kucengkeram. Gerakan jemari tengah itu semakin gencar. Aku merasakan ujung jari dan ujung kukunya menyentil biji kelentitku. Gerakannya sangat cepat dan bisa dikategorikan sebagai getaran.

"Auh, udah mas. Ah, kok gitu sih. Mas, masss!" Bisikku tak beraturan, antara tolakan atau desahan, aku tak dapat membedakan.

Aku menunduk dan melihat bagaimana tangan Mas Ricky bekerja di bawah sana. Tangan kekasihku begitu lihat menyentil bagian sensitifku itu. Lalu aku menegakkan tubuhku lagi. Mas Ricky dengan cekatan membuka sandaran tubuhnya.

Aku membuka mulutku lebar-lebar seakan aku berteriak, namun aku tak dapat melakukan itu disini. Wajahku mendongak merasakan getaran yang membuat tubuhku merasakan getir yang tak berujung.

Lalu,,,

Plaaakkk! Plaakkk! Plakkkk! Mas Ricky menepuk selangkanganku tiga kali. Aku bergenjut karena Mas Ricky mengagetkanku.

"Ah, katanya adek gak mau. Kok kelojotan sih." Bisik Mas Ricky. Kini ia tak lagi terfokus di biji itu. Ia mencolek bagian bibir kewanitaanku dan memutarnya dengan ketiga jarinya.

"Auh, mas, mas nakal!"

"Tapi enakkan?" Ia bertanya.

Aku malu untuk menjawab. Aku hanya membuang mukaku sembari tersenyum tersipu. Lalu wajahku kembali merengas. Mataku tertutup dan bibirkh terbuka merasakan jemari mas Ricky memijat liang kemaluanku.

Ia mengobel bagian selangkanganku itu dengan ritme bergantian. Terkadang pelan namun menekan, terkadang cepat tapi tak terlalu ditekan. Dan yang paling membuatku mabuk kepayang ketika Mas Ricky menekannya dan memutarnya dengan cepat. Lalu diakhiri dengan tepukan di bibir vaginaku. Ketika itu terjadi, aku bahkan mengangkat pinggulku dan menyandarkan tubuhku ke tubuh Mas Ricky.

"Uh, mas."

"Enak ya?" Ia bertanya, namun jawaban apa yang harus kukatakan. Aku begitu terpaku dengan gerakan jari yang membuat birahiku meloncat.

"Sudah, tolong, nanti." Semakin aku berkata jangan, gerakan jari Mas Ricky semakin kencang. Aku merasakan rasa geli di bagian selangkangan. Wajahku mendongak dan tubuhku terdorong ke arah Mas Ricky. Namun mas Ricky cukup tegar menahan tubuhku. Putaran jemarinya membuat pijakanku hilang. Entah, seberapa lembab liang senggamaku saat itu. Aku tak berani menunjukan raut wajahku kepada Mas Ricky. Bibirku setengah terbuka dengan geligi yang sesekali mengigit bibirku sendiri. Rasanya sungguh diluar dugaan. Aku pernah melakukannya sendiri, namun kini berbeda. Mas Ricky telah memperdaya tubuhku ke dalam jurang birahi yang tak terbalaskan.

"Mas, aahh,,," ungkapku sembari membalikan badanku. Kutatap sekilas wajahnya yang penuh raut kemenangan. Lalu, dengan sigap kurangkul lehernya dan bibir kami bertautan. Dengan ganas aku melumat bibirnya.

Ia memiringkan kepalanya dan menyandarkannya di lenganku. Tangan kanannya menyelip di pinggangku dan tangan tangan kiri berada di mengorek selangkanganku. Tanganku memegang pergelangan tangannya dan bersiap menariknya jika Mas Ricky memasukan jemarinya ke liang senggamaku.

"Mnnn,, dek, mas nggak tahan." Ucapnya sembari bangkit. Tangannya ditarik dari liang kewanitaanku. "Ih, adek basah banget."

Aku hanya tersenyum tersipu sembari mencium pipinya. Lalu wajahku tenggelam di pundaknya. Aroma kejantanan yang penuh dengan godaan itu terhirup oleh hidungku. Rasanya sungguh nyaman berada di dekat Mas Ricky selama ini.

"Mamak tidur nggak?" Bisik Mas Ricky.

"Mmmnnn,,, Nggak tahu!" Jawabku sembari menggelengkan leherku. Lalu kepalaku bangkit dan bibir kami sejajar. Aku berharap ia melumatku dan menindihku di bangku itu.

"Coba lihat dulu sana!" Perintahnya.

"Untuk apa?"

"Cepat, lihat dulu." Ia bersikeras memaksaku untuk melihat keadaan mamak di kamar.

"Ih,,, tunggu." Aku bangkit dan berjalan terhuyun ke ruang tengah dan mengintip mamak yang sudah ngorok di depan televisi. Suara televisi yang sedikit menyamarkan desisan kami tadi.

Ketika aku kembali, aku melihat Mas Ricky mengintip dari dalam jendela rumah. Lalu ia menutup pintu sepekan mungkin. Mas Ricky berdiri di belakang pintu untuk menunggu kabar dariku.

"Gimana?" Tanyanya.

"Tidur."

"Sip, sini adek sayang!" Ucapnya sembari mengulurkan kedua tangannya kepadaku.

Aku seperti terbius oleh pesonanya. Aku melangkah menuju kekasihku yang berdiri di belakang pintu. Lalu ia menarikku ke pelukannya. Entah apa yang ingin ia lakukan padaku di belakang pintu itu.

"Mnnn,, mas mau apa?" Tanyaku mendesis.

Ia tak berkata lagi. Bibirnya langsung melumatku dan tangannya memeluk erat tubuhku. Belum lagi, tangan nakalnya menyelip di belahan pantatku dan menekan lubang anusku. Aku hanya bisa terdiam merasakan durasi birahi yang semakin meninggi. Dadaku membusung menempel kencang ke dadanya yang cukup bidang.

Ia membalik tubuhku. Dalam posisi berdiri, mas Ricky menghimpit ku ke dinding. Kaki Mas Ricky sedikit mengangkang dan menempelkan posisi batang kejantanannya ke liang kewanitaanku.

"Mas jangan mas, nggak mau ah," aku menolak karena Mas Ricky sedang sibuk membuka resleting celananya.

"Nggak dimasuki, digesek aja di memek kamu!" Ucap Mas Ricky yang menyodorkan batang kemaluanku yang sudah menegang. Aku tak yakin, namun aku penasaran dengan apa yang akan diperbuat oleh Mas Ricky.

"Mnnn,, masss!" Bisikku karena Mas Ricky menyingkap Rokku dan terlihatlah liang senggamaku di matanya.

"Buka sedikit kakinya," Bisik Mas Ricky.

Lalu,,,

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang