Part 15

20.5K 270 16
                                    

Part 15

"Apooo!!!" Enak terkejut menatapku. "Kau lah punyo pacar!?" [Apa! Kamu sudah punya pacar!?]

Bapak hanya terdiam melirikku seraya menyulut rokok kreteknya. Bapak memang tak pernah mencampuri urusan pribadiku. Namun aku tahu ia sedang memikirkan sesuatu.

"Iyo Mak, akukan lah tuwo!" Jawabku. [ Iya mak, akukan sudah tua!]

"Kenalkelah lanang itu samo Kito." Kata Mak yang perhatiannya teralih karena aku menceritakan bahwa aku sudah punya pacar. [Kenalin saja pria itu sama kita]

"Iyo, Mak. Besok Mas Ricky kesini!" Aku memberitahu mamak dan bapak. Mungkin mereka ada sedikit perayaan untuk menyambut mas Ricky.

"Hoh, besok yo. Aku masak pindang be yo, bikin pempek, terus apo lagi!" Kata mamak yang selalu sok sibuk. Aku tahu, bahwa akulah yang paling sibuk didapur ketika ada acara. Lalu mamak beralih ke bapak, "pak, besok cakmano!" [Pak besok gimana!]

"Orgen," gumam bapak. Entah apa yang dipikirkan kenapa ia nyeletuk seperti itu. "Ah, orgen mano yang bagus, aku tanyo Mang Surip dulu." [Orgen tunggal. Ah, orgen tunggal mana yang bagus, aku tanya apk Surip dulu!]

"Hoidah, pak, Kito ni nak Ado tamu!" Cecar mamak yang kesal dengan sikap bapak. Ya,,, Orgen tunggal adalah hal yang vital dalam setiap hajatan di dusunku. Tak peduli berapa mewah dan seenak apapun makanan sang empunya hajat. Asal Orgen Tunggalnya bagus, maka mereka akan dikenang sepanjang masa.

"Iyo, gek kau kawin harus pake Orgen. Nah, itu nak di-Depe jauh-jauh hari. Gek penuh!" Dengan santainya bapak ngomong seperti itu. Aku tak mengerti, kita baru pacaran namun bapak sudah berpikir sejauh itu.

"Ah, Ndak tahulah bapak nih!" Keluhku.

"Yo sudah, aku tanyo mang Surip dulu. Dulu dio ngantenke anaknyo bagus nian orgennyo!" Ucap bapak seraya terburu-buru keluar pintu rumah. [Ya sudah, aku tanya Kak Surip dulu. Dulu dia menikahkan anaknya, bagus banget Orgen Tunggalnya.]

Mas Ricky memaksa untuk datang ke rumah Minggu besok. Sebenarnya aku belum siap dengan tanggapan kedua orang tuaku. Orang tuaku menilai aku terlalu acuh dengan kehidupan percintaan, dan kini aku membawa kekasihku kerumah. Entah apa yang terjadi besok.

[Besok aku ke rumahku jam 10 pagi, met malem adek sayang! Muaaacchhhh]

Pesan WhatsApp itu membuatku terenyuh. Aku tak pernah dicintai seperti ini. Walau aku tak begitu mengetahui seluk beluk Mas Ricky. Ia sudah menceritakan segalanya. Ia adalah anak seorang petani di daerah Lampung. Lalu ia ikut borongan proyek agar hidupnya mandiri. Sebenarnya Mas Ricky cukup enak jika ia bersama orang tuanya. Namun ia ingin bebas dan menghasilkan uang dengan tangannya sendiri.

= = =

Esok paginya, seseorang yang ditunggu telah tiba. Suara seruan motor besar membuat jantungku meloncat. Rasa grogi membuat tubuhku menggeliat. Tentu saja dengan rasa malu atau takut mas Ricky tak enak padaku. Aku mendandani tubuhku dengan rok sepanjang dengkul dan kaus biasa. Tak enak jika mengenakan hotpants atau celana ketat. Bapak mengenakan baju batik karena ia harus kondangan. Lalu mamak tetap dirumah memasak untuk menyambut kedatangan Mas Ricky. Lagipula mamak selalu enggan untuk ikut kondangan. Ia berkata bahwa selalu mabuk dan menari dengan para biduan. Mending mamak dirumah saja.

"Masuk mas," ucapku mempersilahkan Mas Ricky memasuki rumahku.

"Eh, masuk kemana?" Ia berbisik seraya tersenyum aneh.

"Kerumahlah, awas jangan aneh-aneh!" Aku memperingatkan Mas Ricky dengan bisikan pula.

"Oh, ini cowok kau Maria." Ucap bapak menyambut Mas Ricky. "Bekerja dimana dek?"

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang