Part 28

16.5K 238 2
                                    

Part 28

Mas Ricky menarik dan melepaskan pantatku. Gerakan itu membuatku bergerak dengan sendirinya. Aku memacu pelan pinggulku menelan dan memuntahkan batang kejantanan mas Ricky.

"Aaaaaahhhhhh!!!" Aku mengerang merasakan cairan hangat seakan menguap dari liang senggamaku. Namun tubuhku tetap tidak berhenti bergerak karena lompatan birahi yang baru awal ini.

Kulihat kelakuan suamiku yang masih sibuk dengan puting susuku. Ia mengenyot ya secara bergantian dengan meremas pantatku. Kurasakan cengkeraman kuku jemarinya yang membuatku semakin terangsang. Belum lagi, terkadang ujung jarinya menyelinap di belahan pantatku. Aku bingung harus melakukan apa? Area kotor itu menjadi objek permainannya dan aku malah menyukainya.

"Aaaaaiihhh massss, jangan situ. Geliiih!!!" Aku meracau, namun aku tetap bergoyang mengikuti alur batang kejantanan mas Ricky.

Rasanya berbeda dengan yang tadi. Aku merasa dapat melampiaskan seluruh birahi yang terpendam. Wajahku mendongak dengan mulut ternganga merasakan bibir kewanitaanku menghimpit batang kejantanan mas Ricky.

Rasa pegal melanda tubuhku. Kini gerakanku pelan karena hampir tenagaku sudah keluar. "Huuaaahhh, capek!"

"Hahahaha," mas Ricky terkekeh. Lalu mas Ricky mengangkat sedikit pantatku sehingga batang kejantanannya hampir terlepas. "Tahan disini ya?"

Aku mengikuti permintaannya. Kutahan pinggul agar memberikan ruang bagi batang kejantanan Mas Ricky.

Lalu,,,

Plooook! Plooook! Plooook! Suara tepukan pinggul kami saling beradu sama lain. Rasanya sungguh diluar dugaan.

"Aaaahhhhh,,, masss,,, aaaahhhhh!" Aku meracau tak karuan karena hantaman batang kejantanan mas Ricky begitu cepat melalui lubang senggamaku. Wajahku terlalu dengan mata tertutup dan mulut terbuka merasakan hawa hangat yang terbebas dari tubuhku.

"Sudaaah,,, maaaasss,,, maau piiipiiss!" Aku mengatakannya karena rasanya sesuatu ingin memuncrat dari liang senggamaku. Mas Ricky sontak menghentikan hentakannya dan aku langsung melompat dari ranjang. Aku tergopoh ketika jongkok di lantai toilet.

Rasanya sungguh berbeda. Air kencingku berwarna puting dan berbau amis. Getaran tubuhku menguat mengikuti setiap semburan dari liang senggamaku. Darahku memuncak seiring dengan panasnya tubuh.

"Huaaahhh," aku menguap ketika mas Ricky memasuki kamar mandi. Kulihat batang kejantanan yang masih tegang dengan lendir membasahinya.

"Hehehe,,, udah keluar ya?" Tanya mas Ricky tersengeh. Ia sepertinya belum puas denganku. Mas Ricky menyodorkan batang kejantanannya ke mulutku.

Lalu,,,

Dengan cekatan tanganku meraih batang kontol itu. Kuusap sekejap dan kujilati ujungnya. "Auuhhh,,, dek. Masukiiin!?" Pinta Mas Ricky.

Aku tak pernah menjawab lagi. Birahi sudah sampai namun belum terpuaskan. Aku menelan batang kejantanan suamiku bulat dan hampir setengahnya. Kugerakan kepala maju dan mundur untuk memberikan rasa sensasi kawin yang memuaskan. Tangan mas Ricky membelai rambut keritingku.

Lalu,,,

Ia menekan bagian belakang kepalaku. "Aaarrrrgggghhhhh!!!" Seketika aku tersedak karena ujung tumpul batang kontol mas Ricky menyentuh kerongkonganku.

"Hueeeekkss!!!" Aku hampir menumpahkan isi perutku. Liurku menetes dan menyatu dengan ujung tumpul yang telah terbasahi campuran lendir dan liur. "Uhhhhuuukkksss,,, maaasss!"

"Ayoook laggiiii!" Mas Ricky menjambak rambutku dan mengucirnya ke belakang. Ia mendongakkan wajahku dan berusaha mengawini mulutku.

Kini, tanpa ampun ia menghujami mulutku dengan batang kejantanan itu. Aku harus berkali-kali tersedak dan batuk karena sentakan kasar.

"Plaaakkk! Ayoook jangan berhenti!!!" Ucap kasar mas Ricky sembari menamparku.

"Aduuuhh Maas!" Keluhku. Entah kenapa mas Ricky bertindak kasar seperti itu. Lalu wajahku terhuyung dan berusaha meraih batang kejantanan itu lagi.

"Jilatin semuanya sayaaaang!" Ucapnya. Aku mengikuti apa kata suamiku. Kuangkat batang kejantanan mas Ricky dan mencicipi kedua buah zakarnya. Aku menjilati secara rakus seakan tak peduli lagi dengan  tingkat malu. Semua mengalir begitu saja sampai mas Ricky harus terkekeh karena rasa geli yang kuciptakan.

"Sini sayang!" Ucap mas Ricky seraya mengangkat tubuhku agar berdiri. Sekejap bibirku dilumatnya dan buah dadaku diremas. Mataku sudah gelap dan menginginkan hal lain yang lebih ganas dari sebelumnya.

Lalu,,, Mas Ricky memutar tubuhku dan mendorongku ke dinding. Seketika, buah dadaku yang mengeras terhimpit oleh dinding keramik yang dingin. Rasa itu kembali timbul ketika mas Ricky menarik pinggulku dan mendorong punggungku. Dorongan itu membuat posisi tubuhku menungging membelakanginya.

"Nungging lagi yank!" Perintahnya. Aku sudah menjadi budak nafsu suamiku. Kuangkat pantatku setinggi mungkin agar batang kejantanan mas Ricky dapat lebih mudah masuk ke dalam liang senggamaku.

Seketika, mas Ricky menusukan batang itu. Cukup sesak dan membuatku kesakitan. Namun aku tahu bahwa sebentar lagi saat yang menyenangkan akan tiba.

"Aaaaahhh,,, sempit banget!" Kata Mas Ricky yang sudah membenamkan batang kejantanan ke liang senggamaku.

Aku juga merasakan hal yang sama. Rasanya sesuatu kembali mengoyak bagian rahimku. Lama kelamaan, dinding-dinding itu melemah seiring dengan goyangan mas Ricky. Perlahan pinggul mas Ricky maju dan mundur menerpa bongkahan pantatku. Aku yang mulai memanas mengimbanginya dengan gerakan yang sama seperti mas Ricky lakukan. Tubuhku bertumpu pada dinding keramik kamar mandi.

Lalu,,,

Mas Ricky menarik kedua tanganku. Kedua tanganku ditariknya ke belakang sehingga nyaris tubuhku tertahan oleh mas Ricky.

"Siap ya?" Perkataan mas Ricky tersebut membuatku penasaran. Apa yang ingin dilakukannya padaku? Belum sempat aku menemukan jawaban itu. Mas Ricky menghujamkan batang kejantanannya ke liang senggamaku dengan cepat. Sangat cepat sehingga menghasilkan suara tamparan. Bongkahan pantatku bergetar mengenai panggulnya dan buah dadaku bergoyang tanpa penahan.

"Ahhhhh,,, ahhhhh,,, ahhhh,,, ahhhhh,,, ahhhhh!" Racauanku semakin keras terdengar menggema di ruangan sempit itu.

Lalu dalam sekejap, mas Ricky menghentikan genjotannya. Ia sepertinya ingin melihat reaksiku. Tentu saja, bongkahan pantatku tanpa sadar bergerak mengikuti alur genjotan itu.

"Hehehe,,, enak yaaa!?" Ujarnya menggodaku. Plaaakkk! Mas Ricky menampar bongkahan pantatku yang mas bergetar.

"Mmnnn,,," aku menggumam. Plaaaakkkk! "Awww!"

"Enak nggak?" Tanya mas Ricky sembari menampar bongkahan pantatku.

"Mmnnn,,,." Aku menggumam sembari mengangguk.

Plaaaakkkk! "Jawaaaab!?" Bentak mas Ricky.

"Aaauhhh,,, enak masss!" Jawabku menyisihkan rasa malu. "Ais,,, ahhhh,,, aaaahh!"

Mas Ricky menghujamkan batangnya lagi. Kali ini cukup lama ia menghujam sehingga deru desahan kami menggema di dinding kamar mandi yang dingin.

"Ahhhh,,, terusss masss,,, enaaak!" Ucapku menyemangati jagoan baruku.

Lalu,,, Mas Ricky menyentakan batang kejantanannya. Hentakan itu diiringi dengan goyangan yang menempel di bongkahan pantatku. Seketika gerakan pinggulku mengimbangi putaran itu dan aku merasakan cairan hangat menyentuh rahimku.

"Ohhh, adek sayang. Aku keluar!" Bisik Mas Ricky seraya mencium tengkukku.

Aku hanya dapat merasakan hembusan nafas itu. Sebenarnya aku masih menginginkan posisi ini lagi. Namun aku harus bersabar kali ini. Mas Ricky sudah melakukan tugasnya dengan baik. Sekarang tinggal bagaimana aku harus menjadi istri yang baik.

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang