missing part 3

1.5K 11 0
                                    

Ini part 39

"Eh, kamu tau nggak gosip terbaru!" Seperti biasa, Indah mengajakku makan bakso di tepat langganan kami dan seperti biasa pula ia pasti mendengar kabar baru dari seantero pasar.

"Hmn,,, gosip apalagi sih?" Ujarku.

"Ssttttt,,, jangan keras-keras." Indah memperingatkanku, "Itu si Endang, ternyata eh ternyata! Bukan sama bosnya aja dia main selingkuh. Dengan tetangganya juga. Sekarang katanya dia nge-kos karena di usir sama suaminya."

"Haaa,,, masa' sih." Kataku terkejut. Padahal aku tak peduli dengan masalah orang.

"Iya, aku baru tahu kalau dia itu sudah lama tinggal di kos karena diusir. Eh, ternyata si bosnya itu malah sering main ke kosan. Semalam kena grebek katanya."  Ungkap Indah kepadaku.

Sesekali aku berpikir bahwa hal yang sama telah kulakukan. Bahkan aku merasa Indah sedang membicarakan diriku dan tepat dihadapanku. "Yuk sudah yuk, sudah siang." Aku berusaha untuk menghindari pembicaraan itu.

Siang itu aku kembali ke toko dengan tertunduk lesu. Kini aku bertahan ditepian jurang yang bisa saja membuatku terjatuh ke dalam. Mungkin dengan Fei sudah cukup membuatku binal, namun kini Kak Panji ikut-ikutan menjamah diriku. Sebenarnya aku malu dan ingin mengakhiri semuanya. Namun setiap sentuhan itu membuat bulu kudukku merinding.

"Mariaaa!" Panggil Fei dari ruangan belakang.

"Ah,,, apa koh?" Jawabku tergesa seraya mendatanginya.

"Sini kamu!" Panggilnya seraya menunjukan sesuatu padaku. "Kamu install yang ini ya!" Pinta Fei kepadaku.

Aku hanya berdiri disampingnya, Fei tidak segera beranjak dan malah menyenderkan tubuhnya di kursi kerjanya. Ia meraih HaPe dan memainkannya seakan ia lupa dengan apa yang diperintahkan untukku tadi.

"Awas, minggir koh!" Usirku karena aku tidak bisa bekerja jika ia tak minggir.

"Oh, sini aja! Duduk sini." Ucapnya sembari menunjuk pangkuannya.

"Ishh,,," aku enggan duduk di pangkuannya itu. Sekilas aku melirik bagian tonjolan yang masih tertutup oleh celana kolor itu.

"Ayohhh,, nggak apa, nggak usah malu." Ucapnya seraya menarik tanganku. Akupun hanya dapat menuruti apa permintaan bosku itu.

Baru sesaat aku duduk, aku merasakan tonjolan diantara belahan pantatku itu mulai mengeras. Aku juga merasakan desisan ringan dari Fei dibelakang sana. Lalu tangan Fei yang nakal sudah mulai menggerayangi buah dadaku. "Aaaaahhhh,,," desahku serasa ringan menguar melalui bibirku.

"Kohhhh,,," rengekku karena kedua tangan Fei menelusup melalui bawah bajuku, lalu menyingkap BeHa milikku.

"Hmnnn,,, putingnya kok tegang sih." ujarnya seraya memilin puting susuku. Jemarinya begitu tega mencubit dan memutar bagian sensitifku. Wajahku temaram dan tak fokus dengan pekerjaan yang sedang kulakukan. Kini aku harus menjadi objek pelampiasan Fei yang setia kapan saja memainkanku.

"Eh, nanti malam nginep lagi yuk!" Ajak Fei.

"Ih,,, nggak mau ahh, nanti dimarahi ibuku." Jawabku dengan rengekan manja.

"Makanya, kamu nge-kos dong! Biar nggak ketahuan." Ucapan Fei membuat pikiranku terbuka. "Sini, hadap sini!"

Akupun berdiri dan kini duduk mengangkangi Fei. Ia langsung melumat kedua puting susuku. Namun pikiranku bukanlah itu. Mungkin dengan kepindahanku dari rumah Yuk Dewi—aku dapat lepas dari cengkeram nafsu kak Panji. Aku tak ingin merusak rumah tangga kakak Perempuanku. Cukup diriku saja yang rusak.

"Hmn,,, kalau kokoh mau bayarin, boleh-boleh aja ah, hahahaha!" Ujarku dengan nada bercanda.

Fei lalu melepaskan kenyotannya dan menatapku. "Carilah kos-kosan. Kalau bisa yang bebas!" Lalu Fei kembali menghisap puting susuku dengan keras.

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang