Part 16
Aku melangkah menuju dapur dan mengintip ke kamar mamak. Ternyata mamak sedang tiduran di kamar seraya menonton FTV kesukaannya. Aku berpura-pura menge-charge Handphoneku di kamar mamak agar mamak tak curiga.
"Cas tempat kau dewek Sano!" Ucap mamak. ( charge ditempatmu sendiri sana!)
"Ah, rusak Cas-an aku!" Jawabku. (Ah, rusak chargeku)
Aku melirik, mata mamak sudah hampir terpejam. Seperti itulah mamak, jika ia menonton tv, ujungnya tv yang nonton mamak. Aku kembali ke ruang tamu dan melihat mas Ricky yang sudah tak sabar. Lalu, entah apa yang terjadi pada tubuhku. Aku lewat dihadapannya, tepat ditempat Mas Ricky duduk. Lalu Mas Ricky menahan tubuhku agar tak bergerak.
"Gimana?" Bisik Mas Ricky.
Aku sudah dipancing. Aku duduk dipangkuan Mas Ricky dan mencium bibirnya. Kali ini kuladeni Mas Ricky. Aku melumat bibirnya dengan ganas. Seakan tak peduli lagi dengan sekitar. Ya,,, satu Minggu lebih tubuhku tak disentuh oleh Mas Ricky.
Bibirku berpagutan mesra dengannya. Berkali-kali aku menyesap air liurnya. Rasa jijik itu berubah menjadi rasa gatal. Saking buasnya aku, aku tak sadar bahwa aku sudah menindih tubuh Mas Ricky yang kini terbaring di sofa.
Aku tersadar bahwa bisa saja terlalu jauh. Kulepaskan tindihanku dan kembali duduk di sofa.
"Ih,,, adek. Kok nafsu banget sih!" Ungkap Mas Ricky seraya terbangun dan memperbaiki posisi duduknya.
"Mnnn,,, kangen aku." Ucapku seraya memanjakan tubuhku ke bahu Mas Ricky.
"Kangen diremes-remes ya?" Katanya seraya meremas buah dadaku. Aku hanya merasakan pijatan saja karena BeHaku cukup tebal.
"Hmn, mas ahhh,"
Mas Ricky merangkul pundakku. Lalu Mas Ricky berbisik padaku, "mamak lagi apa?"
"Lagi nonton Tv sambil tiduran." Jawabku.
Ia tak meneruskan percakapannya lagi. Bibir Mas Ricky mengecup bibirku yang sudah mulai basah. Akupun tak tahan dengan godaan ini. Godaan yang selalu membuat darahku mendidih. Godaan yang menafkahi seluruh birahi yang selama ini tertahan. Aroma nafasnya, hembusan hangat itu membuat bulu kudukku bergidik. Sungguh bahagia ketikaku berada di dekatnya. Menikmati sentuhan - sentuhan nakal yang selalu kudambakan. Bibir kami saling berpagutan mengikuti dentingan nafsu yang mengalir begitu saja.
"Ah,,, mas, udah." Bisikku seraya merintih karena aku takut nafsuku tak terkendali.
"Hmn,,, kenapa?" Mas Ricky melepaskan kecupannya.
"Kenapah apanya?" Aku balik bertanya.
"Kenapa kok udahan?" Ia berbisik seraya tangan kanannya meremas buah dadaku.
"Nanti mas Ricky keluar." Kataku diiringi senyuman untuk menggodanya.
"Ah, Nggaklah. Itukan kamu adek Maria sayang?" Percakapan kami hampir sulit didengar karena kami berbisik satu sama lain.
"Ishhh,,, bukannya mas yang kelojotan." Sesantai itulah kami mengobrol tentang sesuatu yang tidak seharusnya kami lakukan. Namun untuk apa kutahan semua ini. Toh, aku mencintai Mas Ricky.
"Habisnya, kocokan adek enak sih." Ungkap Mas Ricky seraya mencium pipiku. Ia menggesekan bibirnya di pipiku. Oh,,, jangan mas. Aku tak kuat. Batinku merangsek.
"Ahhh,,, mas ini. Geli tauuu ahh?" Kataku sembari menghindar dari ciumannya. Kini aku menatap wajahnya, wajah yang biasa namun membuat tubuhku terpesona.
"Kocokin lagi dek!" Pintanya sembari menarik tubuhku agar mendekat padanya. Kurasakan geli ditelingaku karena Mas Ricky menjilati belakang telingaku.
"Ah,,, nggak mau. Nanti ketauan!" Aku berbisik. Sungguh nestapa menahan rasa ini. Sensasi birahi yang kini menyiksa diriku.
"Bentar aja," ucap Mas Ricky sembari meremas bongkahan pantatku. Ia menarik tubuhku untuk duduk di pangkuannya.
"Ih,,, tunggu dulu." Bodohnya aku ketika mengatakan itu. Aku bangkit dan melangkah ke belakang. Ya,,, aku ingin memastikan mamak sudah terlelap. Aku memasuki kamar mamak secara perlahan dan mengambil HandPhone-ku. Ternyata mamak sudah terlelap. Aku melangkah keluar dan menuju pintu. Suasana jalanan cukup sepi.
"Gimana?" Tanya Mas Ricky yang sedari tadi tersengeh menunggu kabar baik dariku. Aku melangkah mendekatinya dan berdiri di hadapannya. Lalu, Mas Ricky memeluk pinggangku dan menarikku. Akupun hanyut dalam pangkuannya.
"Buka kakinya."
Aku mengangkang di pangkuannya. dengan ototmatis, rokku tersingkap begitu saja.
"Ah, mas." Aku mendesis karena Mas Ricky dengan gencar menjilati leherku.
"Dek, buka donk?" Ucapnya sambil menyingkap bajuku. Namun aku tak mau mengambil resiko.
"Nggak bisa mas, nanti ketauan."
"Kan mamak tidur sayang."
"Mnnn,,, nggaak mauuu!" Aku tetap menolak. Namun remasan tangan mas Ricky membuat darahku berdesir nikmat. Aku merasakan setiap lembut jemarinya meremas buah dadaku yang masih terbungkus Bra. Wajahku memerah merona dan bibirku basah akibat permainan singkat itu.
"Ayooo,,, bukaaaa!" Bidiknya memaksa.
"Nggak mau! Dari luar aja yaah, mmmnnn." Ucapku sembari melumat bibirnya lagi. Mas Ricky membalas ciumanku. Seketika darahku berdesir hebat karena rengkuhan bibirnya. Entah, apa yang membuat tubuhku bernafsu saat ini. Semua tentang percintaan itu serasa berlalu digantikan oleh nafsu.
Klikkk!!!
Aku mendengar sesuatu. Seketika aku meloncat dari pangkuannya dan duduk di sofa. Mamak kelihatannya terbangun dari lelapnya dan melangkah ke kamar mandi. Jantungku berdegup karena kami melakukannya di tempat yang tak biasa. Aku berusaha setenang mungkin merapikan baju dan rambutku. Mas Ricky hanya duduk santai meredamkan birahinya.
"Maria, ajak Ricky itu makan?" Ungkap mamak dari kejauhan. "Nah, makanannya sudah kuangeti."
"Ya, Mak." Balasku, "ayo mas. Makan dulu?"
"Hmn," Mas Ricky mengangguk, lalu ia berbisik. "Habis makan lanjut lagi ya." Bisikan itu diiringi dengan rengkuhan di buah dadaku. Nafsuku sudah mulai menurun akibat kejadian barusan.
Kamipun melangkah menuju ruang makan yang dipenuhi oleh masakan mamak. "Ayo, makan yang banyak, suka makanan pedaskan?" Ujar Mamak seraya mengangkat tudung saji.
"Nggak begitu Mak, soalnya lidah Jawa." Kata Mas Ricky seraya mengambil piring untuk dirinya.
"Oe, Maria. Ambekke nasi calon laki kau ntu! Malah ngembek dewek!" Mamak membentakku karena aku duluan yang mengambil nasi untukku. [Oe, Maria. Ambilkan nasi untuk calonmu itu. Malah ambil sendiri!]
"Oh, lupo aku!" Aku langsung merebut piring milik Mas Ricky. Aku hanya tersipu malu ketika mamak mengatakan hal itu. Sungguh, aku tak menyangka keluargaku dapat sedekat ini dengannya. Mungkin mereka berharap aku dapat menikah dengan mas Ricky.
Aku melirik mas Ricky, ia terlihat terkekeh melihat tingkahku dan mamak. Kami sepertinya tak pernah berkata baik-baik. Terkadang harus saling teriak satu sama lain. Mungkin itulah yang membuatku betah disini, membuatku betah tinggal di rumah ini.
Disela-sela makanku. Aku berpikir, jika aku menikah nanti dan meninggalkan rumah ini. Bagaimana dengan bapak dan mamak. Apakah mereka akan baik-baik saja? Mengingat dusunku terlalu sempit untuk para pria pencari nafkah. Ah,,, itu nanti. Sekarang pikirkan hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mandul
Romance21+ Khusus dewasa. Cerita tentang seorang wanita bernama Mariana. Sungguh menyedihkan hidupnya?