Part 8

27.3K 384 21
                                    

Part 8

Aku tak berani menatap matanya. Ia tahu bahwa birahiku semakin tinggi dan meninggi. Akibat perlakuan tangan jahilnya di buah dadaku. Belum lagi, ia mulai gencar mencium leherku. Dan gesekan benda tumpul itu semakin santer terasa di selangkanganku.

"Enak ndakk, dek." Tanyanya.

"Hmnnn,,, ahhhh,,, sssshhh maasss. Auuhhhh." Aku tak sanggup desahan itu. Yang aku tahu, keringatku sudah merebes melewati pori-poriku. Tubuhku memanas di hujan yang deras ini.

"Mas mau netek dek." Ucapnya terus terang ketika ia memutar tubuhku. Entah seperti apa wajahku. Ia melepas jaketku dan terpampanglah buah dada dengan puting susu berwarna kecoklatan itu mengeras. Sesaat ia meremasnya sambil melihat sekitar. Lalu mas Ricky membungkuk dan mengenyot puting susuku.

"Aaiiihhh,,, mas."

Sedotan mas Ricky sungguh diluar dugaan. Ia menyedot puting susuku dengan rakusnya. Sampai-sampai aku harus meringis kesakitan karena giginya menyentuh kulitku.

"Sssss,,, ahhhh, maasss." Aku mendesis kesakitan. Mendengarku kesakitan, ia menghentikan kenyotan itu. Lalu ia menjilati puting susuku yang sudah mengacung sempurna itu.

"Huhhh, enaknya sambil pangkuan kalau begini." Katanya seraya bangkit dari tempatnya. Ia melihat sekitar entah mencari apa. Lalu ia membuka jaketnya dan memasangnya di lantai berdebu.

Aku sibuk menutup buah dadaku dengan tangtop. Segera kukancingkan baju agar tubuh indahku tak terlihat oleh seseorang.

"Lahhh, kok ditutup sih." Protesnya seraya menarik lenganku. Mas Ricky menemukan tempat dimana selembar dinding pembatas dari rotan setinggi pinggang terpasang warung tak berpenghuni itu.

"Ihhh, massss." Aku pertanya menolak, namun Mas Ricky duduk di atas jaketnya dan menarikku ke pangkuannya. Aku ragu untuk duduk mengangkang, namun tenaga Mas Ricky memaksaku untuk membuka selangkanganku.

Kini posisiku duduk dipangkuan Mas Ricky. Yang kukhawatirkan hanya jika seseorang melihat bahwa kita berdua berbuat mesum disini. Dengan ganasnya, mas Ricky menyingkap tangtopku. Buah dadaku tersaji sempurna di hadapannya.

"Besar banget dek," pujinya seraya menjilati puting susuku dengan rakusnya.

"Mnnnn,,, hhhaaah," aku tak sadar bahwa desahanku menyelinap melalui bibirku. Wajahku merona menatap gerakan bibir Mas Ricky yang begitu terampil mengerjaiku. Untung saja, perbuatan kami ditutupi oleh dinding anyaman rotan yang sudah lapuk.

Tangan mas Ricky mulai liar. Ia menepuk bongkahan pantatku dan meremasnya. Aku tak tahu, bagian selangkanganku seraya gatal. Belum lagi, cairan lendirku mulai meremang menghangatkan bagian itu. Aku tak sadar bahwa aku menggoyang pinggulku maju dan mundur. Seakan aku ingin menemukan sebuah benda yang dapat menggaruk bagian paling rahasia itu.

Mas Ricky hanya terfokus pada kedua puting susuku yang dihisapnya bergantian. Tanganku melingkar dan mengusap rambut Mas Ricky.

"Auhhhh, maaasssss," Aku menunduk dan membisikan desahan itu. Tanganku menekan bagian belakang kepala mas Ricky sehingga wajah Mas Ricky menekan buah dadaku. Aku tak kuat menerima kenyotan mas Ricky. Ia membuka mulutnya lebar-lebar, menyedot puting susuku memasuki mulutnya, lalu yang membuatku tak tahan adalah lidahnya bergoyang menyentil puting susuku. Aku tak kuat menahan desisan serta desahan yang menyelinap melalui bibirku.

"Auhhh, ahhh,,, ihhhh," aku meracau seraya menggoyang pinggulku menggesekan bagian selangkanganku yang masih terbungkus celana jeans.

Poookkkk!!! Poookkkk!!! Pooookkk!!!

Mas Ricky mengerjaiku lagi. ia mengisap puting susuku, menariknya, dan melepaskannya begitu saja. Hal itu membuat tubuhku menggelinjang tak karuan. Setiap kali mendengar suara Plooppp itu, aku mengaduh, namun bukan kesakitan, melainkan perasaanku yang meloncat mengikuti getaran buah dadaku.

"Adek horni ya?" Ucapnya sembari menggodaku. Ia tersenyum aneh dengan kedua tangan tetap meremas buah dadaku. Jemarinya memilin puting yang tetap mengeras.

"Mmnnnn,,, nggak ah, biasa aja." Aku tetap berjual mahal walau liur Mas Ricky sudah membasahi hampir seluruh bagian buah dadaku.

"Masak sih, ini kenapa pinggulnya bergoyang terus." Godanya sembari memeluk tubuhku. Pelukan mas Ricky cukup kencang sehingga tubuh menempel di tubuhnya. Wajah Mas Rikcy terbenam di antara belahan buah dadaku.

"Mnnnn, gatel mas." Ucapku seraya membuang mukaku. Aku malu terhadap mas Ricky yang begitu lihai memainkanku.

"Mau nggak mas garukin. Hehehe." Godanya.

"Mmmnn,,, nggak mau." Kataku. Padahal aku ingin sekali merasakan hal-hal yang baru itu.

"Ayok, sini aku garukin." Ia tetap bersih keras ingin menggaruk memekku.

"Ah, nggak mau. Nakal, sini netek ajaaahhh!" Aku juga bersih keras. Kusodorkan putingku dan ia langsung melahapnya dengan rakus. Aku kembali mendesis diiringi dengan gerakan pinggulnya layaknya aku sedang mengawini Mas Ricky. Ketika Mas Ricky melepaskan puting susuku, kusodorkan yang sebelah lagi.

"Adek dah becek yahh?" Ia bertanya padaku.

"Mnnn, nggah ah," jawabku sembari menekan belakang kepala Mas Ricky sehingga mulut nakalnya kembali menancap di puting susuku.

Ia melepasnya lagi, "mmnnn, enak ya di kenyot teteknya?"

Aku seperti terhipnotis dengan permainan Mas Ricky. Ia hanya terdiam sembari menjulurkan lidahnya. Namun aku malah mengesekan puting susuku tepat di lidahnya. Bergantian kiri dan kanan. Sensasi rasa kasar itu membuat tubuhku menggelinjang.

"Pentil adek keras banget?" Ujarnya mengomentari puting susuku yang mengacung keras.

"Auhhh, maaa, massss sedot lagiihhh!" Aku membusungkan buah dadaku dan menempalkannya di bibir Mas Ricky.

Lalu,,,

"Auuukkkhh!" Mas Ricky mengigit puting susuku dengan ganasnya. "Sakit mas! Jangan di gigit."

"Oh, kalau digigit kecil-kecil kayak gini." Mas Ricky memperagakannya untukku. Ia menjepit outing susuku dengan giginya, namun tak sampai membuatku kesakitan. Lalu ia melepaskannya dengan kasar dan menggigit yang satunya lagi. Begitu terus sampai aku mendesah tak karuan.

"Iiiihhhh, Auhhhhh, massss,, ahhhhh!"

Lalu Mas Ricky melepaskan puting susuku. Wajahnya menengadah menatap wajahku. Bibirnya basah oleh liurnya. Ingin sekali aku melumatnya namun bagian itu bukanlah bagianku.

"Ayo dek, kawini aku." Aku tak mengerti apa maksudnya. Namun ia mengangkat bongkahan pantatku dan menggesekan ke pinggulnya dengan kasar. Ia melompat-lompat tak karuan. Seakan aku sedang memainkan peranku. Suara tepukan pinggul kami beradu sama lain.

"Auhhh, masss,,, sakit,,, aku nggaaakkk,,, ahahhhh, nggaaak kuat!" Aku meracau karena ujung liang senggamaku berdenyut. Darahku berdesir merasakan panasnya tubuhku. Buah dadaku bergoyang dan sesekali Mas Ricky menjilati puting susu itu. Lalu aku mengejang, Mas Ricky melepaskan tangannya di pinggangku dan membiarkanku menemui puncak birahi itu. Aku memeluk tubuh Mas Ricky. Kusembunyikan wajah di balik bahunya. Mataku terpejam dan mulutku terbuka saat pinggulku bergerak liar menggesek panggul Mas Ricky.

"Ayooo, dek, keluarin!" Kata-kata itu seperti menyemangatiku.

Lalu kejangan itu berlalu seiring dengan habisnya tenagaku.







Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang