Part 7
"Mau nyium ketet lagi?" tanyaku menggoda.
"Iii- iya mau." Katanya. "Tapi,,,"
"Tapi apa?" Tanyaku penasaran.
"Buka donk, jadi langsung kena ciumannya." Pintanya.
"Ih,, nggak mau, malu dilihat orang nanti." Kataku. Jadi, jika tak ada orang, kau bisa membukanya. Begitulah kesimpulannya. Namun aku harus sedikit jual mahal. Rayulah aku lagi mas. Aku siap jika rayuannya pas.
"Kan adek pakai tanktop?" Katanya. Hmn,,, seberapa detail ia memperhatikan pakaianku.
"Iya memang aku pakai tangtop." Kataku.
"Kan mas cuma main keteknya saja." Katanya seraya ujung jemarinya memainkan kancing bajuku. Aku ingin menepisnya, namun rasa ini sungguh berbeda.
"Bener ya, keteknya aja. Dasar jorok!" Ucapku seraya melepas kancing bajuku satu persatu. Bajuku termasuk kemeja yang dapat dikancingkan atau tidak. Jika tidak dikancingkan baju ini dapat sebagai hiasan baju dalam. Dan untungnya aku terpikir untuk memakai tanktop. Sehingga mas Ricky tak dapat melihat secara langsung BeHa milikku.
Aku melihat matanya, mata seorang pria yang terpesona melihat bongkahan payudara dengan belahan hampir sempurna. Lalu aku mengejutkannya dengan mengangkat tanganku setinggi mungkin. Kutekuk lenganku agar tak kelelahan. Lalu dengan ganasnya, mas Ricky menciumi ketiakku. Aku merasakan bibirnya menyucup sehingha menghasilkan suara decapan yang khas. Aku merasakan geli yang luar biasa, dan inilah tantangannya karena aku harus menahan desisan dan desahan yang hampir keluar dari mulutku.
"Angkat lagi tangannya dek," pintanya.
"Ihhh, mas geli tauuu? udahan yuk." Pintaku. Namun permintaanku tak digubrisnya. Beberapa kali aku mengigit lidahku sendiri karena aku merasakan lidah mas Ricky menjilati ketiakku. Lidah yang kasar dan panjang itu tak melewatkan se-mili pun kulit ketiakku.
"Hmn,,, wangi." Katanya seraya menghentikan perlakuannya. Lalu ia memegang kedua pipiku. Apakah ia menciumku, ciumlah aku mas... Tetapi tidak, "kok pipi adek merah. Horny ya?"
"Ihhh, maaf saja. Geli tauuuu,,," gerutuku seraya mencubit bahunya.
"Nah, satunya." Ia beralih ke ketiak kiriku. Kali ini ia membantuku untuk mengangkat tanganku tinggi-tinggi. Lalu melipatnya ke belakang kepalaku.
Aku kembali merasakan sensasi itu. Darahku berdesir dan tubuhku memanas. Rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak karena rasa geli yang amat sangat. Sesaat aku merasakan tangan mas Ricky yang mendarat di bongkahan pantatku. Ia menekan tubuhku sehingga selangkanganku beradu dengan benda tumpul yang masih terbungkus rapi itu. Aku merasakan air liur mas Ricky membasahi bagian ketiakku. Aku tak merasakan jijik atau bagaimana, rasa itu telah membiusku. Sampai aku tak sadar salah satu tangan mas Ricky mendarat di buah dadaku. Aku merasakan remasannya, namun terasa samar karena BeHaku cukup tebal.
"Uuuhhhh,,, Tubuh adek kok panas?" Tanya seraya melepas jilatannya. Kedua tangannya meremas bongkahan pantatku dan bibirnya mendarat di belahan dadaku. Ia tak menciumnya, ia hanya menghirup aroma tubuhku.
"Mmnnn," aku hanya menggumam tanpa menjawab. Tubuhku sudah terbius karena ia mengerjaiku. Dalam posisi berhadapan, ia mengecup belahan dadaku. Aku tak menolaknya, malahan dadaku semakin membusung karena sensasi hembusan nafasnya membuat bulu kudukku merinding.
Ia lalu menghentikan perlakuannya dan tersenyum padaku. Ia menatapnya sayu seakan memintanya untuk berbuat lebih. Namun sepertinya ia lebih ahli dariku.
"Adek kedinginan nggak?" Ujarnya seraya meraih jaketku.
"Mmnnn," Aku membalikan badanku untuk menyembunyikan rona merah diwajahku. Baru pertama kali aku merasakan rasa seperti ini. Rasa dimana tubuhku ingin direngkuh. Namun egoku masih memaksa agar aku bersifat pasif.
"Nih, pakai." Ucapnya seraya memasukan tanganku ke lubang jaket.
"Ih, kebalik mas." Kataku karena mas Ricky memasangnga terbalik. Bagian depan tubuhku terpasang bagian depan jaket.
"Nggak apa-apa, biar hangat." Ucapnya merayuku. Aku-pun mengikutinya saja. "Sini nyender lagi."
Mas Ricky merengkuh perutku dan mendekatkan tubuhku ke tubuhnya. Dan saat itu aku mulai berpikir fungsi dari jaket terbalik itu, selain menahan dingin. Jaket itu menutupi tangan jahil mas Ricky yang sepertinya mengincar buah dadaku.
"Dek," panggilnya seraya mengelus perutku.
"Hmn,,," aku menjawab dengan gumaman belaka.
"Tubuh adek hangat, enak." Ucapnya sembari mengecup leherku. Kecupan sesaat itu kembali membuat bulu kudukku merinding.
Aku tak menanggapinya. Aku terfokus pada benda tumpul mas Ricky. Mas Ricky sekarang lebih leluasa menempelkan batang tumpulnya di belahan pantatku. Sesekali ia menggoyangkan tubuhku agar memberikan reaksi yang mengejutkan.
Lalu aku merasakan sesuatu. Lagi-lagi, jaket penutup yang dipasang terbalik itu berfungsi untuk menutupi pandangan orang yang lewat. Rintikan hujan itu menjadi saksi dikala tubuhku akan dijamahi.
"Dek, boleh nggak?" Bisiknya. Bisikan itu terlalu dekat dan hampir mengenai daun telingaku. Perlakuan itu membuat darahku kembali berdesir.
"Mmmnnn,,,?" Aku tak mampu berkata-kata, aku menoleh dan mulutku terkunci. Mataku sayu dan bibirku serasa lebih tebal. Aku menoleh untuk mengetahui apa yang diinginkannya.
"Boleh nggak kuremas tetek adek?" Pintanya seraya menyodorkan bibirnya ke arahku. Namun aku tak ingin terburu-buru. Aku menoleh lagi tanpa menjawab pertanyaannya. Tetapi tangan mas Ricky sudah mendarat di kedua buah dadaku. Perlahan, ia meremasnya.
"Ihh, masss, nanti orang lihaat." Protesku seraya mendesis karena remasan ringan itu membuat pikiranku melayang.
"Makanya, ditutupin." Katanya seraya mengecup leherku. Aku berpura-pura cuek ketika kuikat rambut ikalku. Dengan begitu tanganku terangkat dan dadaku membusung.
"Dek, teteknya besar banget sih." Katanya seraya menelusupkan ujung jarinya ke dalam BeHa ku. Ia cukup kesulitan karena BeHaku ketat. "Ketat banget sih?"
Aku ingin tertawa dengan kelakuan mas Ricky. Ia tak mampu menelusupkan jarinya melalui sela-sela BeHa kawat milikku.
"Aku lepas ya!" Ia menelusupkan tangannya ke punggungku.
"Ahhh, mas. Jangan dari situ." Ucapku tak sadar. Seharusnya aku bilang jangan dilepas.
"Hah, dari mana terus."
"Dari sini." Ahh, bodohnya aku. Birahi penasaran ini membuatku menunjukan bagaimana kunci pembuka itu. Aku melijhat sekitar, nampaknya jalanan tetap sepi. Lalu kuturunkan kedua kaitan BeHa kawat itu hingga menyentuh mangkuknya. Lalu, BeHaku terlihat kendor.
"Oh, sini ya." Ia tak sabar menelusupkan tangannya melalui bawah tangtopku.
"Ih, mas, nanti dilihat orang." Protesku. Mas Ricky menyingkap tangtopku sempai ke atas dan terpampanglah buah dadaku tanpa penghalang apapun.
Lalu aku merasakan tangan kasar itu meremas ringan buah dadaku. "Besar dek, anget, kenyal." Ia menghinaku, namun birahi itu menyamarkan sebuah hinaan menjadi pujian.
"Adek suka?" Tanyanya ketika ia memainkan puting susuku yang masih kecil namun keras.
"Mnnnn,,, ehhh." Aku hanya meracau karena mas Ricky mencubit puting susuku.
"Putingnya keras dek?" Ucapnya seraya mencium leherku.
Gerakan tangan itu terkadang meremas lembut, terkadang kasar memutar. Belum lagi jarinya memilin puting susuku. Ia memutarnya dan hal itu membuat pikiranku meninggi. Lalu terkadang mas Ricky membuat gerakan memutar di puting susuku dengan jarinya. Membuatku sedikit tenang. Lalu kemudian ia menyentilnya dengan jari dan hal itu membuat tubuhku geli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mandul
Romansa21+ Khusus dewasa. Cerita tentang seorang wanita bernama Mariana. Sungguh menyedihkan hidupnya?