Part 20
"Jadi kapan kita nikah mas?" Tanyaku kepada mss Ricky.
"Mnnn,,, setelah proyek ini. Aku akan kembali dusun untuk berbicara dengan orang tuaku." Katanya sembari mengusap rambutku.
Di ruang tamu itu, barusaja Mas Ricky menuntaskan hasratnya. Aku masih belum menemukan hal itu. Mungkin karena perasaan takut membuat puncak kesenanganku tertahan.
Aku tak pernah menuntut banyak, aku hanya ingin dinikahi oleh Mas Ricky. Hmn,,, ya, aku sudah memberikan semuanya, walau sebenarnya belum semuanya. Secepat itu aku akan menikah, walau kami hanya sebentar bertemu. Wajahku terungkap di bahu Mas Ricky. Kurasakan gerakan nafas di bahunya, kurasa ia masih terlalu lelah sehabis menuntaskan hasrat pribadinya. Dan akupun, sudah tak sabar ingin dinikahi dan menikmati pergulatan ranjang tanpa ada ketakutan.
Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki dari ruang tengah. Mamak sudah terbangun dari tidurnya lalu entah melangkah kemana. Aku dan Mas Ricky membenahi duduk kami. Kami berdua mengambil jarak agar mamak tak curiga.
"Maria, pempeknya kok nggak dimakan?" Seru mamak dari dapur.
"Yo, mak. Sudah tadi!" Seruku memberitahu mamak. Alhasil, ketika mamak terbangun berarti berakhirlah kesenangan kami. Sebenarnya aku masih ingin mas Ricky merogoh bagian dalamku. Namun itu tak mungkin sekarang.
"Oe, Maria, HaPe kau daritadi getar terus, Ado yang telpon apo!?" Seru mamak memberitahukan bahwa seseorang telah menelponku.
"Iyo apa Mak?" Tanyaku memastikan.
"Iyo, sudah dari tadi." Kata mamak menegaskan.
Aku berdiri dan ingin melangkah ke ruang tengah. Aku lupa, aku mematikan nada dering Smartphoneku sehingga tak tahu ada yang menelpon. Lagipula, aku tak pernah ditelpon seseorang kecuali kakak-kakakku. Namun ketika aku ingin melangkah, suara sepeda motor terdengar memasuki halaman rumah. Aku melihat dari sela jendela ruang tamu yang tertutup gorden transparan. Ada dua motor yang meraung tergesa di sana. Satu motor ditunggangi boncengan dan satu lagi aku kenal orangnya, yaitu Mang Soni, ia teman bapak di perkebunan.
Wajah mereka tergesa dan ingin segera menemui kami. Eh bukan! Mereka tentu ingin menemui bapak yang telah pergi kondangan duluan. Tapi hari sudah terlalu siang untuk menyusul jikalau mereka mau ikut berdendang di Orkes Organ Tunggal.
"Yuk Tini, Mariaaa!" Teriak Mang Soni tak sabar sehingga ia hampir terjatuh dari motor karena kakinya tersangkut. Martini adalah nama mamak.
"Ado apo mang? Bapak ke kondangannyo mang Yasir." Ucapku seraya membuka pintu. Lalu aku menatap kedua pria yang tak dikenal itu. Mereka berbadan tegap dan berambut cepak.
Mang Soni gelagapan ketika di depanku. Lalu ia berucap, "kamu kutelpon beberapa kali kok nggak diangkat!"
"HaPe-nya lagi Di charge mang!" Kataku kepada mang Soni yang ngos-ngosan. Suaranya berat dan nafasnya berbau alkohol. Tapi aku tahu mang Soni tidak sedang mabuk.
"Ado apo Son, kok teriak-teriak gitu!" Ucap mamak yang keluar dari ruang tengah.
"Yuk, mang Hari yuk. Dia bebala sama budak Mudo. Terus budak itu,,," Ungkap Mang Soni secara terpaksa, namun perkataan terpotong oleh sesuatu. [Mbak, pak Hari mbak. Dia berkelahi dengan anak muda. Terus anak itu,,,]
"Terus bapak dimana mang?" Sahutku.
"Budak itu ngeluarke lading, terus Mang Hari ditujahnyo!" Ucap Mang Soni dengan getaran suara yang tak biasanya. Perangainya selalu berkelakar, namun kini ia sangat serius. [Anak itu mengeluarkan pisau, terus kak Hari ditusuk olehnya.]
"Astaghfirullah, terus bapak cakmano?" Kataku meminta penjelasan dari mang Soni.
"Kami dari kepolisian Mbak, Bu." Ucap salah seorang dari pria yang mendekati kami. "Jenasah Pak Hari sedang menuju kemari. Kami turut berbela sungkawa."
Lalu, tubuhku serasa berhenti bergerak. Nafasku tercekat dan kepalaku berat. Entah, suara sirine dari kejauhan itu membuat tubuhku terhenyak. Lututku tertekuk tak sanggup menerima semua ini. Wajahku tertutup oleh tangan dan air mata mengalir mengikuti sela jemariku.
"Bapaaaakkkk!" Teriakku ketika mobil ambulance itu menanjak memasuki halaman rumah kami. Para tetangga dan rekan bapak juga mengikuti dari belakang.
Aku sudah tak tahu lagi harus berbuat apa. Sekarang bapak sudah tiada dan semuanya nampak berakhir begitu saja.
Prolog,,, End.
==============================
Bukan ceritanya yang selesei. Ini baru bagian pembukaannya saja. Doakan agar nggak stuck ceritanya yaaaaa....Salam
Aryan Asmaradana

KAMU SEDANG MEMBACA
Mandul
Romance21+ Khusus dewasa. Cerita tentang seorang wanita bernama Mariana. Sungguh menyedihkan hidupnya?