Part 19

21.6K 298 13
                                    

Part 19

Aku merasakan sesuatu yang menyelip diantara selangkanganku. Sesuatu benda yang keras nan pejal. Rasanya sungguh berbeda dengan gelitikan jemari Mas Ricky tadi. Sekarang sangat nikmat sehingga membuatku ingin menekuk lututku. Wajahku mendongak menatap wajah Mas Ricky yang dipenuhi raut nafsu. Sensasi rasa itu sungguh diluar dugaan. Berkali-kali Mas Ricky memperingatiku agar tak mendesah. Namun bibirku tetap mendesis kan nafas kenikmatan.

Situasinya sungguh berbeda ketika berada dirumah. Jantungku berdegup kencang memberikan rasa tak aman dan takut ketahuan. Namun semuanya mengalir begitu saja.

Gerakan pinggul Mas Ricky menghenjut sehingga menciptakan gesekan yang tak biasanya. Aku hanya bisa tersengal menerima setiap gesekan itu. Tubuh Mas Ricky sedikit lebih tinggi dariku, sehingga ia harus menekuk lututnya ketika menggerakkan pinggulnya. Gerakannya semakin cepat dan lancar karena liang kewanitaanku semakin gencar mengeluarkan cairan.

"Massss,, ishhh." Aku tak sanggup menerima semua ini. Rasa gatal itu menghenjut di bagian selangkanganku. Gesekan batang kejantanan Mas Ricky serasa obat yang menggaruk rasa gatal itu. Wajahku cukup dekat sehingga nafas hangatnya menerpa pipiku.

"Dek, ganti posisi." Ia menarik batang kejantanannya yang sudah basah akibat cairanku yang menetes keluar dari celah sempit itu.

Ia lalu memutar tubuhku. "Mnnn,,, gimanahhh!" Ungkapku penuh dengan rasa penasaran. Mau diapakan lagi tubuhkku ini?

Ia lalu menyingkap rokku sehingga bongkahan pantatku terlihat olehnya. Lalu aku merasakan sebuah tekanan dari belahan pantatku. Tangannya menyelip di belahan, lalu menariknya ke atas. Perlakuan itu membuatku harus menungging.

"Nah, tahan seperti ini." Mas Ricky menyelipkan batang kejantanannya lagi.

Lalu,,,

Plokkk!!! Mas Ricky menghujamkan pinggulnya sekali.

"Aurgh!" Aku mengejang.

Lalu,,,

Plok! Plok! Plok!

Aaauhhhh,,, rasanya sungguh diluar dugaan. Gesekan itu semakin cepat menerjang bagian kewanitaanku. Apalagi kini Mas Ricky menarik tanganku ke belakang. Tubuhku terasa terikat oleh cengkeraman di pergelangan tanganku.

Ayo mas, kawini aku! Batinku berteriak lantang.

Gerakan Mas Ricky semakin cepat saja menggesekan bagian kewanitaanku. Aku harus berusaha sekuat mungkin untuk tidak mendesah. Gerakan itu, membuat pinggulku mengikuti jalur gesekan itu. Tak terasa, aku juga ikut menggoyangkan pantat. Mas Ricky menghentikan hentakannya, namun aku tidak denganku. Aku malah menggerakkan pinggangku menekan batang kemaluan itu.

"Mmnnn,,, adek sayang pinter banget goyangnya." Pujinya padaku. Lalu ia menarik lagi batang kelaminnya dari selangkanganku. "Mas nggak kuat dek!"

Aku hanya terdiam melihat batang kejantanan Mas Ricky yang sangat tegang. Ukurannya juga lebih besar dari yang kuduga. Aku tak sanggup membayangkan jika benda sebesar itu ditelan oleh liang senggamaku.

"Sini dek," ajak Mas Ricky. Akupun selalu merindukan gaya-gaya baru yang selalu membuatku penasaran. Mas Ricky duduk di kursi sofa, lalu ia menarikku untuk duduk di pangkuannya. Kali ini aku memunggunginya. Entah, apa yang ingin ia lakukan padaku. Sebelum duduk, ia menyibakkan rokku agar bibir kewanitaanku tetap menyentuh bibir kewanitaannya.

Sebelum mendudukanku, ia mengarahkan batang kejantanannya tepat ke liang kewanitaanku.

Lalu,,,

"Aaauuuhhh!" Aku menjerit, namun tak panjang. Aku segera menutup mulutku dengan telapak tanganku. Untung saja, aku tak langsung duduk di pangkuan Mas Ricky. Rasanya sungguh aneh ketika ujung tumpul itu hampir mengoyak selaput daraku.

"Hihihi,,," Mas Ricky terkekeh melihat aku hampir kebobolan. Lalu Mas Ricky mengusap bongkahan pantatku sehingga dan membelah belahan itu. Ia menyelipkan jemarinya, dan mengutiknya lagi.

"Iiihhh,,, mas nih!" Keluhku karena aku tak tahu harus berbuat apa.

"Sini, duduk." Ucapnya.

"Nggak mau!"

"Ayo, sini, pelan."

"Nggak ah," namun aku tetap berada di hadapannya. Bongkahan pantatku tepat di wajahnya, dan ia tak merasa jijik untuk menciumnya.

"Yaudah, sini, di gesek ajah!" Ujar Mas Ricky.

Aku kembali duduk dengan hati-hati. Sungguh pelan, sehingga aku menemukan batang kejantanan itu telah tertindih oleh belahan selangkanganku. Batang itu seakan mencari celah diantara lekukan selangkanganku itu.

Lalu,,,

Mas Ricky mulai mendorong pinggangku. Maju dan mundur mengikuti irama goyangan itu. "Ayo dek, goyang donk!" Ucapan itu seakan menyemangatiku.

Rasanya sungguh berbeda, gesekan secara langsung ini membuat gerakan pinggulku semakin menggelinjang. Berkali-kali aku harus menahan desahan itu. Belum lagi, tangan Mas Ricky meremas kedua buah dadaku.

"Adek sayang, sering nonton dangdut ya?" Tanyanya.

Aku masih terfokus pada goyanganku, sehingga aku tak begitu mendengar perkataan mas Ricky. "Hmn,,,"

"Suka nggak?"

Aku hanya menggelengkan kepala tanda aku tak begitu peduli dengan perkataannya. Yang jelas, aku sudah sangat bernafsu ingin menuntaskan birahiku.

"Kok pinter goyang sih." Ucapnya.

Ya,,, tubuh begitu lincah bergerak menggesek maju dan mundur. Malah terkadang kuputar pinggangku untuk memperoleh kenikmatan lebih.

"Dek," ucapnya sembari memegang pergelangan tanganku. Lalu mas Ricky mengarahkan tangannya ke selangkanganku. "Elus-elus bijinya dek."

Ya, aku menemukan dua buah zakar yang tak berbulu itu. Buah itu cukup kenyal dengan kulit keriput kehitaman. Aku mengelusnya dengan lembut seperti seekor anak kucing yang halus akan belaian. Aku mendengar reaksi Mas Ricky. Ia begitu gencar menyuruhku bergoyang.

Aku hanya dapat mendesis dan mendongak ke udara. Seakan aku mendapat hukuman atas birahi yang selalu menghantuiku. Wajahku merona merah dengan bibir yang mulai menebal. Sungguh, rasa ini tak pernah menanggalkan setiap ilusi jiwaku.

"Terus adek sayang,,, ahhh!" Ucapan Mas Ricky memperdayaku. Apalagi, tangan mas Ricky mulai menyingkap bajuku dan meremas buah dadaku yang masih terbungkus BeHa. Aku tak peduli lagi, ketika jemari Mas Ricky menyelinap di celah BeHa yang elastis. Ujung jari yang beruntung itu menemukan puting susuku yang mencuat. Mencuat menginginkan sebuah perlakuan yang kasar.

"Dek, Buka BeHa-nya." Ungkap Mas Ricky. Aku tak sanggup menjawab, tubuhku terhempas ke belakang dan bersandarkan tubuh Mas Ricky.

"Auhhh,,, mas. Jangaaan!" Ucapanku tak pernah sesuai dengan gerakan tubuhku. Aku malah membusungkan dadaku ketika Mas Ricky kini menyingkap BeHa-ku.

Ia tak pernah ragu Untuk memilin puting susuku. Kulihat jarinya begitu terampil mempermainkan puting susuku. Terkadang gerakannya memutar, terkadang mencubit, dan terkadang hanya menyentil. Daya pertahananku hampir hilang ketika Mas Ricky meremas buah dadaku. Remasan itu membuatku terhenjut dan mendesiskan sebuah kata kekalahan.

Lalu, aku merasakan sesuatu dibawah sana. Sebuah getaran yang tak berasal dari batang kejantanan Mas Ricky. Batang itu berkedut ketika aku masih mengonyangnya maju dan mundur. Aku merasakan sesuatu yang berbeda dari tubuh Mas Ricky. Ia meremas buah dadaku lebih kencang dari sebelumnya. Bahkan ia menekan kedua buah dadaku seakan ingin menggabungkan kedua puting susuku. Aku seharusnya kesakitan dengan upaya itu, namun birahiku semakin memuncak mendapati serangan itu.

"Dek," ujarnya. "Ambilin tissue!"

Aku langsung bangkit dan menatap batang kejantanan Mas Ricky yang dipenuhi cairan. Cairan berlendir berwarna putih yang kental. Aku langsung meraih tissue yang berada di meja, menariknya beberapa lembar, dan memberikannya ke Mas Ricky. Aku terpana menatap batang kejantanan itu, masih tetap tegang walau sudah keluar. Lalu aku menatap wajah Mas Ricky. Wajahnya merah merona serta keringat membasahi lehernya.

"Udah ya?" Tanyaku sembari membenahi pakaian dan rambutku.

"Hmn," gumamnya.

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang