missing part 1

2.3K 12 0
                                    

Terjadi Jump part di Bagian Karyakarsa bagian 36 ke 37...

Ini part 37 nya.

"Nah sudah selesei. Ini mau dilanjut besok apa hari ini?" Tanya Fei kepadaku. Akupun bingung, barusaja kita beradu nafsu, namun sekarang ia malah menanyakan hal pekerjaan padaku.

"Mmnnn,,, terserah Koko aja." Ucapku seraya duduk disampingnya.

"Besok ajalah, kamu capekkan? Yok, kuanter pulang." Ujarnya.

Kamipun menutup toko dan berjalan keluar. Aku masih diam seribu bahasa ketika memasuki mobil Nissan Joox milik Fei. Tak lama setelah kami memasuki mobil, hujan turun dengan lebatnya. Aku duduk di samping Fei tanpa berani meliriknya. Alunan musik dari Radio membuatku mengantuk. Mobil kami terhenti di tengah lampu merah dan padatnya jalanan malam kota Jakarta.

Lalu,,,

"Pakai sabuk pengamannya!" Kata Fei seraya menyilangkan tangannya ke arahku. Ia ingin menarik sabuk pengaman itu. Namun ia sengaja berlama karena lengannya menyentuh buah dadaku.

"Ihhhh,,, biar aku saja ko." Kataku seraya menarik dan memasang sabuk pengaman melingkar ditubuhku. Namun tangan Fei tetap berada di buah dadaku. Bahkan ia meremasnya pelan-pelan. "Awas koooohh, ini tangannya."

"Hehehe,,, enakkan diremes kayak gini." Katanya tersengeh.

"Nanti kelihatan orang!" Aku menepisnya, namun tangan nakal itu kembali lagi.

"Nggak lah, kacanya diriben, jadi nggak bakal kelihatan." Kata Fei dengan santainya. Tak hanya itu, lampu merah yang cukup panjang membuatnya jemarinya melepas beberapa kancing bajuku dan dengan cepat jemarinya menyentil-nyentil puting susuku.

"Auhhhh,,, Kohhhh, jangan koohhh!" Pernyataan ku tak sepaham dengan desisanku. Aku tak pernah merasakan sensasi ini. Berkali-kali aku harus menoleh memperhatikan para pengendara motor yang menerobos hujan—apakah mereka memperhatikan kami yang melaju pelan di tepian jalan.

"Kamu kocokin aku donk!" Pintanya seraya menarik tanganku kearah selangkangannya. Fei berusaha keras membuat sedikit celananya dan mengeluarkan batang kejantanannya yang tak bisa kulihat karena keadaan gelap.

"Ihhh,, apaan sih! Nanti dilihat orang koooh!" Aku menolak, namun tanganku ditarik kearah batang kejantanannya.

Astaga! Apa ini! Batinku melonjak.

Aku tak pernah merasakan yang seperti ini. Teksturnya halus dan ujungnya tumpul masih tertutup kulit. Kuberanikan diri untuk meliriknya, ternyata Fei belum disunat. Aduh! Aku lupa bahwa tidak semua pria disunat. Ada beberapa kaum tertentu yang tidak disunat. Aku hanya memegangnya saja tanpa menggerakkan jemariku.

"Ayo donk, kocokin! Nanti nggak kuantar pulang lho!" Ancamnya. Aku yang penasaran mulai menggerakkan tanganku ke atas dan kebawah. Lucu sekali ketika aku harus memegang kulit yang mulus namun masih keras itu, serasa ia memakai kondom dari kulit manusia.

"Auhhh,,, enak banget sih! Sering ngocokin juga ya!" Hinaan itu sekarang menjadi senjata baginya untuk membuatku marah. Aku mencengkeram buah zakarnya karena kesal.

"Auhhh,, sakit! Gila kau!" Umpatnya. Aku hanya tertawa dalam hati.

"Ayok, cepet keluarin! Sudah mau sampai." Ucapku kesal.

"Emut donk! Biar mau keluar!" Fei memakirkan mobilnya ditepian jalan yang cukup sepi.

"Nggak ah, nanti dilihat orang." Aku menolak seraya melepaskan tanganku dari kontolnya. Ia memang tak bisa ditolak, Fei melepaskan kaitan sabuk pengamanku dan menarik tubuhku kearahnya. Kepalaku dipaksa untuk menelan batang kejantanan yang cukup besar dan panjang itu.

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang