Part 17
"Mamak nggak makan?" Tanyaku sembari menarik piring Mas Ricky. Ia sudah selesei dengan makanannya.
"Nggak, sudah makan tadi." Ungkap mamak seraya kembali lagi ke kamarnya.
Aku kembali ke ruang makan dan terlihat Mas Ricky duduk disana. "Dek," panggilnya.
"Hmn," jawabku dengan menggumam.
"Mana kamar mandinya?" Ungkapnya seraya berdiri.
"Oh, disana mas." Aku menunjuk dan ia langsung melangkah kearah yang kutunjuk. Di belakang rumah terdapat sebuah pintu dengan tangga menurun.
"Sebentar, kuambil sandal." Ucapku seraya berlari ke depan untuk mengambil sandal jepit.
"Makasih," ucapnya. Ia-pun melangkah menuju kamar mandi yang letaknya agak jauh kebelakang.
Lalu aku merasakan hal yang sama. Sepertinya kandung kemihku terlalu berat. Aku mengambil sandal dan mengikuti mas Ricky yang sudah memasuki kamar mandi.
Gemuruh mendung terdengar dari kejauhan. Wajah langit menghitam mengikuti setiap desauan angin yang menderai. Daun-daun kering itu terbang dan sebagian menabrak tubuhku.
Ketika aku sampai di depan pintu Mas Ricky sudah keluar dari kamar mandi. "Lho!" Ia keheranan.
"Awas, aku mau kencing!" Kataku. Ia minggir dari hadapanku.
Dengan cepat kusingkap rokku dan kuperosotkan celana dalamku. Lalu kusampirkan celana dalamku di atas pintu. BODOHNYA AKU!!! Dalam sekejap celana dalam itu hilang ditarik oleh Mas Ricky. Pintu kamar mandi bagian atasku menganga agar ventilasi udaranya lancar. Dan menyampirkan baju disana sudah menjadi kebiasaanku.
Aku segera menyelesaikan hajatku dan mengintip keluar. Kulihat Mas Ricky sedang membawa celana dalamku yang berwarna biru. Ia tak hanya membawanya, ia menciumnya bahkan menempelkan celana dalam itu ke hidungnya.
"Heh! Mas! Sini balikin!" Ungkapku sembari mengulurkan tanganku.
Dengan mata sayu ia menatapku, lalu ia menggeleng. Aku yakin, ia sudah terbius oleh aroma kewanitaanku. Ditambah lagi dengan cairan yang menetes karena pemanasanku tadi. Aromanya sungguh membuatnya terpana. Tatapan sayu itu pernah berbohong, karena aku sudah sering membuatnya bernafsu. Matanya kini menatapku.
Lalu,,,
Cuupppp!!! Lembut bibirnya merangsangku. Namun aku mencoba untuk tetap berada di akal sehatku.
"Mmnnn,,, kembaliin?"
"Nggak mau!" Baiknya lembut.
"Ah, sudah. Nanti kelihatan orang." Ucapku sembari mendorong tubuhnya.
Aku melangkah kembali ke dalam rumah. Rasanya sungguh berbeda karena celana dalamku berada dalam penguasaan mas Ricky. Entah dimana celana dalam berwarna biru itu. Mungkin ia sudah menyimpannya di suatu tempat yang tak ketahuan olehku. Aku akan segera ke kamar untuk mengganti celana dalam, namun mas Ricky menggenggam tanganku dan mengajakku ke ruang tamu. Ahhh,,, apalagi yang akan dia lakukan terhadapku. Tubuhku serasa mengikuti setiap kehendaknya. Aku hanya terdiam dan duduk disampingnya.
Lalu, ia menciumku, cukup lama dan mendalam sehingga aku menutup setengah mataku. Rasanya aku selalu terbuai oleh perlakuannya. Perlakuan yang sebenarnya melecehkanku. Namun semua itu bagaikan angin lalu bagiku.
Aku tak sadar bahwa tangan mas Ricky meremas buah dadaku yang masih terbungkus pakaianku. Rasanya, gesekan itu membuatku memanas. Lalu aku merasakan jemarinya mengusap perutku.
Kemudian,
"Ahhh, mas, jangan!" Bisikku sembari melepaskan lekatan bibirku.
"Dek, muahhh," ia berbisik sembari menempelkan bibirnya ke bibirku. Lalu melepaskannya lagi.
"Hmn, maaassss,,," Ucapku. Entah tubuhku bergerak dengan sendirinya. Aku tak sanggup menderita seperti ini.
Lalu aku merasakan jemari Mas Ricky mengusik selangkanganku. Aku sudah cukup tinggi, namun akal sehatku masih berjalan. Kutangkupkan kedua kakiku agar jemari Mas Ricky tak leluasa mengutik selangkanganku.
"Adek, sayang." Ucapnya sembari mencium pipiku.
"Nggak mauuhhh,,, nanti ketauan mamak." Bisikku menolak sembari menggelengkan kepalaku. Namun desisan nafasku tak dapat berbohong. Desisan itu membuat tubuhku terpaku oleh rendahnya harga diriku. Mataku terlalu sayu untuk menolak dan tubuhku terlalu hangat untuk berkilah. Wajahku merona merasakan desiran birahi yang masih sangat awal.
Bukan Mas Ricky jika ia tak dapat menaklukkan tubuhku. Ia menyelipkan telapak tangannya di selangkanganku, walau hanya terhalang oleh kain rok. Namun aku yakin mas Ricky dapat merasakan bulu-bulu halus menyentuh jemarinya. Ia semakin semangat dengan menahan kepalaku dan memainkan lidahnya di bibirku. Wajahku tak sanggup menyembunyikan hal itu. Aku mendongak merasakan aliran birahi yang menjatuhkan harga diriku. Tangan Mas Ricky kini berubah. Ia mengusap pahaku sampai ke dengkul. Lalu dari sana ia mulai menyingkap rok milikku. Entah, kenapa aku memakai celana jeans untuk melindungi diriku. Aku mengenakan Rok pendek yang baru kubeli di aplikasi belanja Online. Ujungnya pun terasa longgar sehingga mudah saja Mas Ricky menyelipkan tangannya.
Aku tetap mengapitkan kakiku. Tetapi Mas Ricky mengusap lembut bagian itu. Lalu ujung jarinya sudah menyelip di bagian sensitif itu. Kau tersadar dan melepaskan ciumannya.
"Jangan ah, masss!" Ucapku kepada kekasihku yang matanya juga sayu. Ia juga terperangkap kepada birahi yang meninggi.
"Di pegang aja, boleh?" Pinta Mas Ricky membujukku agar kakiku meregang.
"Nggak boleh, nanti tangan mas Ricky nakal!" Ucapku memohon.
"Pegang aja ini." Katanya memohon. "Renggangin dikit kakinya."
"Nggak mau, nanti aku kenapa-kenapa?" Aku tak sanggup memilih kosakata yang tepat. Seharusnya nanti aku keluar atau apapun itu. Namun aku masih malu dengannya. Lagipula ia belum sepenuhnya milikku.
"Buka dikit aja. Janji cuma pegang." Ungkapnya.
"Janji ya."
"Iyah, janji." Ucapnya seraya mengecup bibirku.
Lalu aku merenggangkan kaki sedikit saja dan tiga jari Mas Ricky menempel di bagian selangkanganku. Aku tak tahu, apa enak bagi dirinya memegang bagianku itu. Tetapi yang jelas, jemari itu serasa bergerak dipikiranku. Aku hanya terdiam merasakan sesuatu.
Lalu Mas Ricky mengecup bibirku lagi. Kali ini, ia menjulurkan lidahnya ke mulutku. Aku membuka mulutku, dan lidahnya menari menyentil lidahku. Aku selalu siap siaga dengan memegang pergelangan tangan Mas Ricky. Aku tak ingin mas Ricky mengorek bagian kelaminku. Jika itu terjadi maka habislah aku.
Aku merasakan tekanan itu. Mas Ricky tak menepati janjinya. Perlahan, ia menekan-nekan jemarinya ke liang senggamaku yang masih tersegel itu.
Lalu,
Plaaakkk!!!
"Auhhh," aku menjerit pelan karena Mas Ricky menepuk selangkanganku.
"Hihihi,,, gemes banget aku." Ucapnya sembari memegang lagi liang senggamaku. Kali ini, ia menempatkan jari tengannya tepat di bibir kewanitaanku. Bahkan ia menekannya. Aku berusaha untuk tetap tenang, dan menahan pergelangan tangannya.
"Iiihhh,,, awas jarinya mas." Aku menegakkan tubuhku dan menunduk untuk memeriksan posisi tangannya. Ketika jarinya menekan bibir vagina Dengan jari tengah agak menjorok ke dalam. Aku ingin bangkit dari dudukku, namun Mas Ricky malah memeluk tubuhku.
"Mau kemana dek?" Bidiknya sembari menahan tubuhku.
Kini aku yang kesulitan, Aku duduk membelakanginya dengan posisi tangan satunya merangkul leherku. Aku seperti tercekik, namun Mas Ricky tak mungkin mencekik leherku.
"Mas, pegang aja yah." Aku memohon agar Mas Ricky tidak macam-macam dengan bibir vaginaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandul
Romance21+ Khusus dewasa. Cerita tentang seorang wanita bernama Mariana. Sungguh menyedihkan hidupnya?