Part 25

18.5K 283 6
                                    

Part 25

Guyuran air hangat kini berganti air dingin. Rasa dingin ini belum tentu meredakan rasa panasku. Busa sabun lama-kelamaan luntur dan mengalir ke pembuangan. Saat itulah mas Ricky mulai beralih dari bibirku.

Ia mengecup buah dadaku dan menjilati pusarku. Rasa geli itu ingin membuatku tertawa, namun aku menggantikannya dengan suara desisan yang tak lagi kutahan. Jilatan lidah itu berhenti di selangkanganku.

"Buka dikit kakinya!" Ia meminta.

"Ihhh,,, sayang mau ngapain?" Tanyaku keheranan.

"Mau jilatin memek sayang." Ujarnya terus terang.

"Jangaaannn ahhh, kotoorrr!" Aku merengek seraya menutup bagian selangkanganku dengan tangan.

Bukan Mas Ricky jika ia tak memaksaku. Ia mendekatkan hidungnya ke selangkanganku dan menghirup aroma kewanitaan itu. Pandangannya seakan tak sadar karena terbius oleh aroma itu. Aroma yang dapat membuat setiap pria gelap mata.

"Nggak apa. Baunya enak." Pujinya seraya menarik pergelangan tanganku. Lalu setelah sedikit terbuka, wajah mas Ricky menyelinap memasuki selangkangan.

Pertama, ia hanya mencium aromanya saja. Aroma yang berbau sabun bercampur dengan lendir nikmat yang tak dapat kutahan itu.

Lalu,,,

"Ssshhhhh,,, aaahhhhh!" Desahku karena lidah mas Ricky mulai bermain di bibir kewanitaanku. Gerakan lidah itu sama seperti yang ia lakukan ke puting susuku.

"Mmnnnn,,, masss,,, sayaaaang, diapain sssiiiihhhh,,," keluhku tak tertahan karena lidah itu terus mengerjai liang senggamaku.

"Dijilatinlah yang." Ungkapnya seraya menghentikan perlakuannya. Inginku berkata tolong jangan hentikan, namun aku keberanianku tak sanggup. Mas Ricky menggiringku agar aku duduk di toilet duduk. Lalu ia meregangkan kedua kakiku sehingga bagian selangkanganku terpampang mesra di hadapannya.

"Mau lagi?" Ia bertanya dengan penuh godaan.

"Mau diapain lagi akuuhhhh." Godaku seraya menatapnya penuh nafsu.

Mas Ricky tak mau berbicara lagi, bibirnya mengecup bibir bawahku. Rasa itu kembali mengguncang, bahkan yang ini membuatku terpejal. Sentilan lidah mas Ricky berhasil membuatku tunggang langgang. Bibirku terbuka lebar dengan tangan menutupi. Inginku berteriak dan tertawa terbahak karena lidah mas Ricky menemukan sebuah titik dimana kelemahan setiap wanita berada disana. Belum lagi, mas Ricky menggoyangkan kepalanya, dan terkadang menusuknya.

Aku mengangkat sedikit pinggulku agar lidah mas Ricky lebih leluasa. Tanganku membelai rambutnya dan menahannya. Kutahan agar ia tak melepaskan gerakan yang mengasyikkan ini. 

"Ahhhhh,,, masss!" Aku tak kuat menahan itu. Mulutku terbuka mengatakan sesuatu.

Lalu mas Ricky melepaskan liang senggamaku. Ia menatap cairan lendir yang sudah menguar dari liang itu. Aroma kamar mandi itu senantiasa berubah dari wangi sabun menjadi amis.

Mas Ricky menatap wajahku dengan pandangan curiga. Sepertinya kemenangan sudah dipihaknya, aku merasa kalah karena telah takluk dengan pemanasan yang ia berikan padaku.

"Mau lagi?" Tanyanya penuh goda.

"Mnnn,,," aku menggumam dan memgangguk saja.

Namun ia tak melakukan apapun. Ia hanya menjulurkan lidahnya seakan menggodaku. Ketika ia ingin menjilat, ia malah menempelkannya padaku. Perlakuan mas Ricky seakan memancingku agar aku memohon padanya.

"Iiihhh,,, mas nih!" Keluhku karena ia belum melakukan apapun. Aku lupakan rasa gengsi dan malu, "ayo jilat mass!"

Ucapan kasar kukatakan seraya menarik kepalanya. Lalu wajah suamiku terbenam di selangkangan. Aku mendongak merasakan birahi puncak. Kugerakan sedikit pinggulku mengikuti alur sentilan lidah itu. Namun aku tak pernah berhasil mengimbangi gerakan lidah itu.

Lalu,,,

"Arrrggghhhh,,, awas, mas lepasin. Adek mau pipis!"

Mas Ricky enggan untuk mengikuti perintahku. Ia malah lebih semangat menjilati itilku. Gerakan lidahnya malah semakin liar dan,,,

"Auhhh,,, mas,,, nggak, kuaaat!" Aku meracau seraya melepaskan getaran tubuhku. Aku merasakan semburan hangat keluar dari liang senggamaku. Lendir hangat dari dalam tubuhku menguap dan menjadi hidangan pembuka bagi mas Ricky.

"Huaaahhh,,," desahku panjang memandang mas Ricky yang masih jongkok di hadapanku.

"Nah, udah becek. Masukin ya?" Tanya mas Ricky.

Aku hanya menatap tubuh mas Ricky berada di hadapanku. Ia mengusap batang kejantanannya sesaat sebelum ia sentuhan di liang kewanitaanku.

"Hmn," aku hanya menggumam dan menunggu bagaimana rasanya. Sudah pasti lebih enak dari yang dilakukan mas Ricky barusan.

Aku menatap dengan jelas, batang kejantanan itu mengusap bibir liang kewanitaanku. Wajahku menunduk karena rasa penasaran yang selama ini kupendam.

Lalu,,,

"Ahhhhh!" Aku berteriak, "sakit mas."

"Iya sayang, pertama emang sakit." Katanya menenangkan. Namun Mas Ricky tak gentar sedikitpun. Ia memang mengincarku saat kita pertama kali bertemu. Lalu, perlahan ia mulai menekannya. Seakan batang kejantanan itu seperti mesin bor yang sedang melubangi sesuatu.

"Aaawwww, sakiiitt!" Aku mengeluh.

"Tahan ya, sebentar lagi." Katanya lagi.

Aku duduk di toilet itu seraya mencengkeram bahu mas Ricky. Cengkeraman itu cukup kuat sehingga menghasilkan bekas merah sebesar telapak dan jemari tanganku.

"Ihhh, mas, sakit banget! Sumpah!" Ungkapku seraya menepuk pundak mas Ricky.

"Hmn," mas Ricky menyeringai saja. "Sebentar lagi kok."

Lalu,

"Arrrggghhhh!" Aku tak kuat menahan rasa sakit ini. Mas Ricky menghentakkan pinggulnya sehingga batang kejantanannya tertelan sempurna di liang kewanitaanku itu.

"Saaaakiiiit!" Aku mengeluh lagi. Namun Mas Ricky tak menghiraukan diriku.

"Sebentar lagi enak lho." Ia kembali menyemangatiku.

Lalu,

Perlahan mas Ricky menggoyangkan pinggulnya secara berputar. Hal itu membuat liang kewanitaanku seperti terkoyak. Rasa pedih dan pegal menjulur di selangkanganku. Aku tak tahu harus bagaimana? Aku hanya duduk mengangkang menatap liang kewanitaanku yang sudah tak perawan lagi.

Perlahan mas Ricky mencabut batang kejantanannya. Sangat pelan dan perlahan. Namun bagiku rasa ini sungguh menyiksa. Rasa perih itu semakin menjadi karena gesekan di rahimku, selama ini mas Ricky hanya menggesekan kelaminnya di bibir kewanitaanku saja. Namun kali ini gesekan itu berada di dalam. Aku tak sanggup menahan rasa sakitnya sekarang.

"Auuuuuuhhhh,,,sakiiitttt maaasss!" Aku berteriak serasa ingin menangis.

Plukkkk!

Kepalaku seakan berputar ketika melihat batang kejantanan Mas Ricky yang dipenuhi oleh darah perawanku. Darah berwarna merah gelap itu hampir menutupi seluruh bagian batang itu. Dengan cepat mas Ricky menarik sebuah keran dan mencuci batang kejantanan yang sakti itu. Lalu ia juga mengguyur liang kewanitaanku. Aku tak berani untuk menatap bagaimana bentuknya. Pasti banyak darah perawanku yang masih menempel disana.

"Sakit? Nggak kan?" Godanya seraya berjongkok lagi di hadapanku. Aku merasakan batang kemaluanku menempel di titik kelemahanku itu.

"Sakit banget tauuuu!" Ucapku sembari menepuk dadanya.

"Nah, ini baru yang enak ya!"

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang