Part 26

19.5K 278 8
                                    

Part 26

"Auhhhh,,," Rasa itu kembali menghampiriku. Rasa pedih di dinding rahim karena mas Ricky mencoba memasukkan batang kemaluannya di liang senggamaku.

"Wuihhh! Sempit banget dek." Puji mas Ricky seraya mencium bibirku. Aku tak membalasnya, aku hanya terfokus pada rasa sakitku itu. Tetapi aku mengerti kenapa mas Ricky mencium bibirku.

Perlahan mas Ricky menariknya, lalu memasukannya kembali dengan perlahan. Bibirnya tetap di bibirku sembari menjulurkan lidahnya berharap aku membalas lumatan bibirnya. Aku tahu, ia sedang mengalihkan rasa sakitku.

Lalu,

Pedih itu lama-lama menghilang dan berubah menjadi rasa gatal. Rasa gatal yang sama seperti luka yang akan mengering. Ingin kugaruk rasa gatal itu tetapi berada di dalam, alhasil batang kejantanan Mas Ricky-lah yang membantuku.

Aku melumat bibir mas Ricky dan menghisap bibir bagian bawahnya. Lama-kelamaan rasa birahi itu bangkit. Kulepaskan sejenak ciuman itu dan melihat batang kejantanan Mas Ricky telah dipenuhi cairan putih, bukan darah perawanku lagi yang hinggap, melainkan cairan birahiku yang merembes melalui bibir kewanitaanku.

"Enak nggak? Atau,,, masih sakit?" Tanya mas Ricky padaku.

"Perih mas," keluhku seraya mengernyitkan dahi.

"Yuk mandi dulu," ajak Mas Ricky.

"Lho,,, barusan sudah."

"Ah,,, nggak masalah mau mandi berapa kali." Ajak mas Ricky yang memperlakukanku layaknya tuan putri.

Tubuhku diguyur oleh air dingin yang menyegarkan. Aroma sabun mandi semerbak membuat hidungku nyaman. Namun aku masih merasakan pedih di selangkanganku. Rasanya ada yang mengganjal begitu saja. Mas Ricky mematikan showernya dan mengusapkan sabun ke seluruh tubuhku. Terutama bagian buah dadaku yang selalu menjadi mainkan kesukaannya. Wajahku kembali meremang ketika jemari kekarnya melentik memainkan puting susuku. Sesaat ia menyentil puting susuku dan sesaat ia meremasnya kuat. Detakan jantungku semakin tak terkendali ketika aku merasakan batang keras mas Ricky menempel dibelahan pantatku.

"Besar banget teteknya," puji mas Ricky dengan bisikan lembut di telingaku. Aku hampir merasakan desauan nafasnya menyentuh belakang daun telingaku.

"Mnnn, mas suka?" Tanyaku.

"Banget," wajahnya menelisik di balik leherku dan aku sengaja memiringkan wajahku. Bibir kami bertemu dalam kehangatan yang sendu.

"Yuk, sudah." Ajak Mas Ricky sembari memutar shower. Seketika busa sabun menghilang dari tubuhku. Kukeringkan badanku dengan handuk yang tersedia.

Lalu,

"Ehhhh," aku terkejut ketika mas Ricky dengan gagahnya menggendong tubuhku. Handuk yang melilit di tubuhku terlepas lalu ia melempar tubuhku ke ranjang.

"Ihhh,,, mas rambutku masih basah." Kataku dengan penuh permohonan.

Mas Ricky berada di puncak birahinya. Ia membuka kedua kakiku dan berjongkok di bawah ranjang. Aku kebingungan dengan apa yang dilakukannya. Lalu, aku merasakan sentilan dari liang kewanitaanku. Lidah itu kembali mengoral bagian sensitifku. Rasa geli kembali terasa dan tubuhku meronta. Puting susuku kembali mengeras karena perlakuan suamiku ini. Gerakan yang ringan namun membuatku kelabakan.

"Ssshhhh,,, ahhhh." Aku tak sanggup lagi membendung desahan ini. Desahan yang selalu ingin kulontarkan ketika mas Ricky mengerjaiku. Wajahnya terbenam di selangkanganku dan lidahnya bermain disana.

"Hehehe,,, sudah becek aja nih." Ujar Mas Ricky yang bangkit dari bersiap menindihku.

"Ihhh,,, habisnya enak sih." Aku menggodanya seraya menariknya. Namun Mas Ricky menahan tubuhnya.

"Masukin nggak?" Tanyanya penuh goda. Aku merasakan ujung tumpul kepala kemaluannya menempel di bibir kewanitaanku.

"Mmnnn,,, sakit sayang!" Keluhku manja.

"Pelan-pelan aja ya?" Mas Ricky memohon, namun belum sempat aku menjawab permohonannya. Aku merasakan sesuatu merangsek melalui liang kewanitaanku itu. Benda keras itu begitu perlahan memasukinya. Aku hanya dapat meringis merasakan perih.

"Nah, udah masuk nih." Ungkap Mas Ricky bahagia seraya mencium bibirku. Kulingkarkan tanganku ke lehernya dan menikmati ciuman itu.

Lalu,

"Aaawww!" Mas Ricky menghentakkan pinggulnya. Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat kontraksi janggal di liang senggamaku.

Perlahan mas Ricky menariknya. Aku merasakan dinding rahimku bergesek dengan batang kejantanannya. Rasa sesak itu berkurang karena batang kejantanan Mas Ricky sudah hampir terlepas.

Lalu,,,

"Aaaaaahhhhhh!!!" Aku berteriak sekuat tenaga karena Mas Ricky menusukan batang kejantanan itu dengan cepat. "Sakit mass,,, ahhh!" Aku menepuk pundak Mas Ricky.

"Hehehe,,, bentar lagi enak kok!" Mas Ricky merubah posisinya. Ia setengah duduk dengan tangan bertumpu di buah dadaku. Kedua tangannya meremas buah dadaku sembari sesekali mencubit puting susuku.

Mas Ricky mulai beraksi, ia menggoyangkan pinggulnya secara pelan. Namun masih terasa sakit karena aku belum terbiasa. Namun lama kelamaan, rasa gatal itu muncul. Rasa yang muncul dari dalam tubuhku. Wajahku tertekuk menatap kedua tangan mas Ricky meremas buah dadaku. Aku juga melihat pinggul mas Ricky maju dan mundur. Seakan memompa tubuhku.

Lalu Mas Ricky kembali menindihku dengan bibir mendarat di buah dadaku, tentu saja puting susuku menjadi landasannya. Dengan kuat mas Ricky menghisap puting susuku kiri dan kanan.

"Udah nggak sakitkan?" Tanyanya lagi.

"Mnnn,, masih, dikit tapi." Jawabku seadanya.

"Siap!"

"Haaa," aku tak mengerti dengan apa yang dikatakannya. Belum sempat aku mendapat jawaban. Tubuhku serasa melonjak. Gerakan Mas Ricky begitu cepat sehingga aku tak sanggup untuk menyusun nafasku. Belum lagi, tangan mas Ricky menahan pundakku dan menarik tubuhku seirama dengan genjotannya.

Plokkk! Plokkk! Plokkk! "Hiiii,,, hiiii," desah bibirku bergerak dengan sendirinya. Aku merasakan rasa gatal itu memuncak seiring dengan keringat tubuhku yang mulai merembes.

"Hmn,,, enak nggak? Enak nggak?" Mas Ricky yang kesetanan menindih tubuhku. Bibir kami bertemu sejenak lalu terlepas kembali.

"Enak banget yaaaang!" Godaku menyemangatinya.

Kembali lagi, aku merasakan tusukan cepat itu. Kulumat bibir mas Ricky dan melupakan rasa perih itu. Yang kurasakan hanyalah rasa gatal yang mengasyikkan. Setiap tusukan itu mempunyai sensasi yang berbeda. Kujulurkan lidahku dan mas Ricky menghisapnya. Rasanya sungguh berbeda, tubuhku melonjak mengikuti gerakan pinggul mas Ricky.

Rasa gatal itu semakin menjadi-jadi. Aliran udara hangat menafsihkan segala birahi yang selama ini kupendam. Mas Ricky menindih tubuhku dan berhenti sejenak menggoyang pinggulnya.

"Huuuhhh,,, enak nggak?" Tanya Mas Ricky padaku.

Aku tersadar dari lumatan birahi ini. Wajahku sayu menatap suamiku yang samar. Rasa gatal dan geli terasa begitu membaur bagai sebuah alunan lagu.

"Mau lagi!?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk seraya mendesiskan desahan tanda kenikmatanku akan dimulai.

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang