Part 23

17K 277 5
                                    

Part 23

"Jalan-jalan kemana kita nanti?" Tanya mas Ricky.

"Nggak tahu mas, terserah mau kemana?"

Mas Ricky melepaskan tangannya dan ia bangkit dari tidurnya, lalu turun dari ranjang.

"Mau kemana mas?" Tanyaku sembari bangkit dari posisi berbaringku.

"Nggak, kunci pintu aja!" Ucap Mas Ricky.

"Ngapain di kunci, aku nggak pernah kunci pintu." Kataku.

"Ya,,, sekarang harus kunci pintu, nanti ada yang masuk." Kata Mas Ricky sambil kausnya. Lalu ia berbaring dan wajahnya tepat di buah dadaku.

"Ah,,, nggak ada kok yang masuk." Aku berkilah. Namun wajah Mas Ricky tepat berada di belahan dadaku.

"Dek," panggilnya lagi.

"Hmn, ada apa mas sayang?" Ucapku sembari memeluk lehernya. Posisiku tubuhku yang miring membuat belahan dadaku semakin menekan wajahnya.

"Setelah di Palembang nanti, aku harus cari kerja. Aku sudah dipesankan kontrakan oleh orang tuaku. Adek maukan tinggal di kontrakan?"

"Iya, nggak apa-apa mas. Asal sama kamu sayang." Jawabku semesta mungkin. Lalu, "auuuhhhh!"

"Hehehehe," mas Ricky tersengeh karena mengigit puting susuku yang masih terbungkus kain daster. Aku memang melepas BeHa-ku ketika tidur.

"Jangan digigit sayang, sakit." Keluhku.

"Terus diapain donk?" Mas Ricky mulai memancingku.

"Nggak, diapa-apain." Jawabku ketus.

"Kalau diginiin." Mas Ricky kembali melumat puting susuku. Kini ia menyentilkan lidahnya sehingga gesekan halal itu membuatku menggelinjang. Belum lagi, tekstur lembut dari dasterku membuat puting susuku mudah mengeras.

"Ihhh,,, tidur yuk sayang. Udah malem?" Rayuku agar mas Ricky menghentikan perlakuannya. Walau sebenarnya aku menyukainya.

"Nenen donk maaahhh!" Mas Ricky pintar merayuku. Ia merengek layaknya seorang bayi.

"Nggak!" Ucapku menolaknya.

"Aaauhhhh,,, haus banget nih." Rengeknya.

"Udah ayo tidur sayang, tadikam ngomong capek." Ucapku sembari memeluk kepalanya.

"Nggak mau, mau nenen dulu."

"Ayok, tidur." Aku tetap bersikeras. Aku takut, desahanku terdengar oleh keluargaku.

"Nenen."

"Nenen."

"Nenen."

"Ihhh,,, diem." Ujarku menghentikan rengekan.

"Nenen."

"Nenen."

"Nakal mulutnya ya." Aku merasa geli dengan perlakuan mas Ricky.

"Nenen."

"Nenen."

"Nenen."

"Nanti mama hukum lho mulutnya." Ucapku seraya melepas kancing dasterku. Aku tak tahan dengan gerakan bibirnya yang seakan ingin menelan buah dadaku. Lidah Mas Ricky bergerak menyentil puting susuku.

"Nenen."

"Nenen."

"Nenen."

"Hiiihhh, sayang nih." Gerutuku sembari mengeluarkan buah dadaku. Puting susu kecoklatan itu terlihat mulai mencuat.

Mandul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang