Suara nyaring antara dua benda yang saling berdentingan sejenak memenuhi ruangan. Diletakkannya sendok pengaduk teh itu ke dalam tempat cucian piring.
"Usia kandunganmu sudah masuk delapan bulan ya, Sakura?" tanya Sasuke, membawa segelas teh yang baru saja ia buat dan memberikannya pada Sakura.
"Terima kasih, Sasuke-kun," Wanita musim semi itu menerima tehnya dengan senyuman manis, "benar, usia kandunganku sudah masuk delapan bulan," lanjutnya.
Jawaban yang dilontarkan hanya dihadiahi sebuah anggukan kecil dari Sasuke. Pria itu mendudukkan diri di hadapan Sakura dengan sebelah tangan yang menopang dagunya.
Bukankah mereka terlihat akrab?
Tentu saja, sudah dua bulan berlalu sejak pertama kali mereka bertemu. Dalam kata lain, sudah dua bulan Sasuke menampung Sakura dan membiayai kehidupannya. Sasuke tidak pernah mengungkit perihal uangnya yang terus terkuras untuk kebutuhan Sakura, bahkan tak pernah lupa untuk memastikan wanita itu untuk tinggal dengan tenang dan aman.
Selayaknya pasangan suami istri, terkadang mereka saling melengkapi satu sama lain. Bahkan kedua orang tua Sasuke telah mengetahui perihal Sakura, dan ikut serta untuk membantu. Sering kali Sasuke menemani Sakura pergi ke dokter kandungan, merasa senang kala melihat janin di dalam perut itu tumbuh dengan sehat.
"Sasuke-kun, setelah anak ini lahir.. apakah kau mau mengasuhnya?" tanya Sakura.
Sasuke mengernyit, ia tidak mengerti maksud dari ucapan wanita di hadapannya. Melihat raut wajah Sasuke yang tampak bingung, segera Sakura melanjutkan ucapannya.
"Begini.. seperti yang kau tahu, aku tidak punya rumah, tidak punya uang, tidak punya pekerjaan, dan tidak punya keluarga. Akan sulit bagiku untuk mencari pekerjaan sembari mengasuh anak ini karena dia masih terlalu kecil. Jika kau tidak keberatan, bisakah kau mengasuhnya sampai aku bisa melunasi hutang-hutangku padamu?" Sedikit tersentak dengan permintaan Sakura, membuat Sasuke menajamkan matanya.
"Apa maksud dari permintaanmu itu? Kau menukar anakmu?"
"Bukan!" elak Sakura cepat.
"Tentu saja bukan seperti itu maksudku. Aku bicara seperti ini karena aku percaya padamu. Jika anak ini ikut bersamaku, kehidupannya tidak akan terjamin. Namun jika bersamamu, aku bisa yakin kalau dia baik-baik saja. Aku akan berkunjung setiap hari dan memberi persediaan asi untuknya. Hanya sampai aku bisa membayar seluruh hutangku padamu, Sasuke-kun, setelahnya aku akan membawanya pergi dari sini," jelas Sakura.
Sasuke menimang sejenak dengan iris yang menatap lekat wanita di hadapannya.
"Baiklah," ujar Sasuke setuju.
Senyum Sakura mengembang, kedua tangannya meraih tangan Sasuke dan menggenggamnya erat, "Terima kasih banyak, Sasuke-kun."
"Tetapi kau harus tetap tinggal di sini," kata Sasuke.
"Jika aku tetap tinggal di sini, hutangku tidak akan terbayar dengan cepat."
"Lalu di mana kau akan tinggal?" tanya Sasuke.
"Aku akan mencari tempat tinggal yang murah untuk sementara waktu," jawab Sakura.
"Apa bedanya dengan kau tinggal di sini? Justru kau akan menghemat lebih banyak uang dengan menetap."
"Kau tidak mengerti. Biaya listrik akan lebih besar jika aku di sini, sedangkan kau jarang berada di apartemenmu."
"Aku lebih sering menginap di rumah sakit, Sakura, terutama jika ada banyak pasien yang harus kutangani. Namun ibu juga akan ikut membantu jika aku sedang tidak bisa melakukannya, beliau sudah memikirkan hal ini sejak lama. Jadi tidak perlu khawatir dan jangan memikirkan perihal listrik, itu bukan tanggung jawabmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
One-Shot Collection SasuSaku
FanfictionSasuke X Sakura One-Shot Collection ©Masashi Kishimoto Writer. Cherrieschic