Schizophrenia

2K 133 7
                                    

Terlahir dari sebuah keluarga sempurna, bukan berarti memiliki hidup yang sempurna pula. Terkadang kesempurnaan itu justru menjadi alasan untuk membenci.

Uchiha Sasuke, meski pun ia terlahir dari keluarga ternama, hidupnya tidaklah bahagia. Hidup bersama seorang ibu yang membenci dirinya, ayah yang pilih kasih, dan kakak yang selalu dicintai banyak orang, Sasuke hanyalah bagian kecil dari kebahagiaan mereka. Tidak terlihat dan tidak berpengaruh.

Sasuke memutuskan untuk menempati sebuah apartemen kecil di pinggir kota untuk menjauh dari keluarganya. Bukan tanpa alasan, Sasuke tidak ingin menjadi penggangu di dalam keluarga yang bahagia, ia masih mampu hidup dengan kedua kakinya sendiri.

Sasuke menjadi seorang penulis sejak berusia dua puluh tiga tahun. Sudah terhitung empat tahun sejak pertama ia memulai karirnya. Beberapa buku telah diterbitkan, namun penjualannya menurun karena dikalahkan oleh terbitan novel-novel baru.

Tidak berhenti sampai di situ. Sasuke masih mencoba untuk menerbitkan karya barunya. Ada banyak naskah yang tertolak oleh pihak penerbit. Mereka berkata bahwa cerita yang Sasuke buat sangat sederhana dan kurang menarik.

Di balik setiap kesulitannya, masih ada seorang teman yang bersedia untuk mendukungnya. Tidak mudah bagi Sasuke untuk melupakan gadis yang ia cintai.

Haruno Sakura, gadis yang sempat ia sebut sebagai sahabatnya, kini pergi meninggalkan dirinya karena hasutan kedua orang tuanya. Perasaan Sakura hanya untuk Itachi, Sasuke tidak dapat memilikinya.

Selama lebih dari lima tahun, Sasuke menyimpan perasaan pada gadis yang ia temui saat di perguruan tinggi. Setelah hampir menyatakan perasaannya, Sasuke baru mengetahui bahwa Sakura memiliki perasaan pada Itachi.

Hancur, Sasuke hancur untuk kesekian kalinya. Namun ia tidak mengungkapkannya. Sasuke hanya tersenyum dan mendukung Sakura.

Perasaan itu tak kunjung musnah meski pun Sasuke telah menguburnya sedalam mungkin. Nama Sakura masih terukir di dalam hatinya, tidak seorang pun dapat menggantikan gadis itu.

"Sasuke." Sang pemilik nama menoleh dengan tatapan datar.

"Ada apa?"

"Kau terlihat tidak sehat." Naruto menunjukkan raut wajah khawatir pada sahabatnya.

"Aku baik-baik saja," Sasuke bangkit dari duduknya, "bisakah kau pulang? Aku ingin tidur."

"Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu."

Sasuke mendengus pelan, ia masuk ke dalam kamarnya dengan tetap membiarkan Naruto berada di sana.

Naruto menggeledah dapur apartemen Sasuke, mencari makanan untuk mengisi perutnya. Secarik kertas yang ada di dalam tempat sampah menarik perhatian Naruto, ia mengambil kertas itu dan membacanya.

"Skizofrenia? Sasuke mengidap gangguan jiwa?" gumam Naruto, meremas kertas itu.

Naruto merasakan sakit di bagian dadanya. Segala rasa sakit Sasuke, cerita kehidupan dan pengorbanannya, Naruto tahu semua itu. Perasaan tidak terima membuatnya emosinya meluap. Merasa marah pada dirinya sendiri karena tidak mampu menjaga sahabatnya dengan baik, dan merasa marah pada orang-orang yang menyakiti Sasuke.

Naruto begitu menyayangi Sasuke, seperti sepasang saudara yang saling mengasihi. Hanya Sasuke yang menemaninya ketika semua orang pergi dan membencinya. Namun ketika Sasuke membutuhkan banyak dukungan, kenapa Naruto lalai?

Naruto meninggalkan pesan sebelum pergi meninggalkan rumah Sasuke. Ia akan membuat perhitungan pada Sakura dan keluarga Uchiha.

Di dalam kamar yang gelap, Sasuke sedang memikirkan ide untuk cerita barunya. Kali ini ia harus membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian orang-orang.

One-Shot Collection SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang