Langkah terseok-seok menyusuri kota besar yang dipenuhi orang asing. Seorang wanita muda berjalan tanpa arah dengan sepatu lusuh yang telah terkoyak di bagian tertentu. Netra berwarna hijau bergulir ke sana kemari, merasa tak nyaman dengan tatapan orang-orang yang tertuju padanya.
Dia Haruno Sakura, perempuan yang hidupnya dihancurkan oleh seorang pria tak dikenal. Menjadi korban pemerkosaan di usia dua puluh tahun, dan tengah mengandung seorang anak. Dihempaskan dari keluarga dalam keterpurukan menjadikannya seorang tunawisma sebatang kara.
Kenapa tidak digugurkan saja? Tidak semudah itu.
Sakura bukan orang jahat yang tega melakukan kejahatan seperti itu, meski pun harus menanggung beban yang begitu berat. Ia akan tetap membiarkan anak itu lahir dengan sehat, walau pada akhirnya ia akan menitipkan sang buah hati ke panti asuhan.
Pandangan Sakura beralih ke bawah, ikatan tali sepatu yang terlepas sedikit mengganggu langkahnya. Tubuhnya membungkuk untuk mengikat kembali tali sepatunya, namun perut yang semakin membesar menghalau pergerakannya.
"Susah sekali," gumamnya.
"Biar kubantu, Nona." Sepasang tangan terulur membantu. Seorang pria menekuk sebelah lututnya di hadapan Sakura, mengikat tali sepatu dengan simpul sederhana, dan memastikan keduanya telah terikat kencang.
"T--Terima kasih."
Mereka berhadapan, saling bertemu tatap hingga Sakura memalingkan wajahnya. Netra hitam kelam milik pria itu bergerak ke atas dan ke bawah, menatap Sakura dari ujung kepala sampai ke ujung kaki secara bergantian.
Sakura mengusap tengkuknya, ia tidak berani menoleh ke arah pria di hadapannya. Terasa canggung karena keduanya tak mengangkat suara, dan rasanya agak memalukan karena pria itu menatap sepatu lusuhnya. Sedetik kemudian Sakura merasakan pergerakan di sekitarnya, pria asing itu mengikis jarak itu, dan melingkarkan sesuatu di tubuhnya.
"Cuaca sedang dingin, tidak baik bagi wanita hamil mengenakan pakaian tipis seperti ini," ujar pria itu. Ia memberikan mantel dan syalnya pada Sakura.
Manik keduanya kembali bertemu, kali ini Sakura yang menatap lebih lekat. Wanita itu menyentuh syal yang melingkar di lehernya.
"Bagaimana aku mengembalikan ini?" tanya Sakura.
"Tidak perlu dikembalikan." Pria itu melalui Sakura, dan semakin menjauh.
Terkadang rasanya aneh ketika orang asing bersikap lebih peduli dari keluarga sendiri. Hanya dengan sebuah perhatian kecil, Sakura dapat merasakan kasih sayang yang ditujukan untuknya, meski pun mereka tak saling mengenal.
Selama kehamilannya berjalan, Sakura tidak pernah mengunjungi dokter kandungan untuk melakukan pemeriksaan rutin. Selain karena masalah biaya, ia juga merasa malu untuk menunjukkan diri di dunia luar. Namun kali ini ia harus berdiri di tengah banyaknya orang untuk mencari tempat beristirahat.
Kedua kaki Sakura berhenti melangkah, tubuhnya tidak lagi tegak, sedikit membungkuk sembari mencengkeram bagian bawah perutnya. Wanita itu kehilangan tenaga untuk menopang tubuhnya ketika sesuatu yang asing seakan melilit perutnya.
"A--Auhh.." ringisnya pelan.
Tidak ada yang membantunya, semua hanya menatap dan pergi begitu saja. Sakura duduk di atas jalan beraspal dengan kedua kaki menekuk ke belakang. Ingin rasanya ia berteriak, namun napasnya tidak lagi teratur karena rasa sakit itu.
"T-Tolong, tolong aku, kumohon.." lirihnya.
Sakura tidak tahu harus apa, ia tidak mengerti dengan masalah kehamilan. Tidak ada bantuan dari siapa pun, selama ini Sakura hanya mengandalkan informasi dari internet yang tidak diketahui keakuratannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One-Shot Collection SasuSaku
FanfictionSasuke X Sakura One-Shot Collection ©Masashi Kishimoto Writer. Cherrieschic