Our Destiny

1.3K 96 1
                                    

Menjadi seorang perempuan bukanlah suatu hal yang mudah, terkadang perempuan harus bisa melakukan banyak hal sendirian untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Jika seorang perempuan melakukan kesalahan, terkadang kesalahan itu bisa menjadi aib yang harus ditanggung sendirian. Perempuan butuh sosok lelaki yang bisa menjadi tempat ternyaman untuknya, agar mereka bisa bersandar saat merasa lelah.

Saat ini angin kencang tengah menerpa kota, awan gelap perlahan bergerak menghiasi langit yang semula cerah, rintik-rintik hujan berjatuhan membasahi jalan beraspal, orang-orang yang berlalu lalang juga mulai berlarian untuk kembali ke rumah mereka, berbeda dengan wanita berbaju merah yang sedang membawa tas besar di tangannya. Wanita itu berjalan gontai dengan sebelah tangannya mengenggam tangan anak perempuan yang masih berusia empat tahun. Iris emerald-nya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong tanpa makna.

Haruno Sakura namanya.

Wanita muda yang telah mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya. Diusianya yang baru saja menginjak dua puluh empat tahun, Sakura harus menanggung beban yang sangat besar. Setelah diasingkan oleh keluarganya, kini Sakura harus bercerai dengan suaminya.

Sakura pergi tanpa persiapan apa pun, hanya berbekal sedikit uang dan beberapa pasang pakaian. Sakura berjalan tanpa arah, mencari tempat tinggal untuk menjadi rumah baginya dan sang buah hati. Rambut merah muda yang terurai panjang bergoyang ke sana kemari mengikuti arah angin bertiup. Bulu-bulu halusnya berdiri akibat udara dingin semakin menusuk bagian tubuhnya yang terekspos.

"Mama, kita mau kemana?" Tanya anak perempuan itu.

Sakura menoleh, sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman lembut untuk anak semata wayangnya. "Kita akan mencari tempat tinggal baru untuk kita berdua, Sarada."

"Aku kedinginan, Ma." Sakura membuka jaket yang ia kenakan, dan memakaikannya pada Sarada.

Zrashhh.

Hujan deras mengguyur seluruh kota Tokyo secara tiba-tiba. Sakura menggendong Sarada dan berlari mencari tempat berteduh untuk mereka. Hujan berderai seakan langit sedang ikut menangisi nasib malangnya.

"Maaf karena Mama membawamu dalam keadaan sulit, Sayang." Ujar Sakura, ia mendekap tubuh Sarada yang jauh lebih kecil darinya.

Sakura menggigit bibirnya yang bergetar untuk menahan rasa dingin. Tubuhnya basah kuyup karena menutupi Sarada dari hujan.

"Kau basah ya..." Tangan Sakura mengusap rambut Sarada yang sedikit basah.

"Mama kedinginan ya? Wajah Mama pucat." Ujar Sarada, menunjukkan raut wajah yang penuh kekhawatiran pada sang ibu.

"Mama baik-baik saja.." Baru saja Sakura selesai bicara dan mengatupkan bibirnya, wanita itu langsung jatuh pingsan di hadapan Sarada.

"Mama!!" Sarada mengguncang tubuh Sakura dengan tangan mungilnya, berusaha untuk membangunkan sang ibu yang terkapar lemah.

Karena tak kunjung sadarkan diri, Sarada berlari menerobos hujan untuk mencari bantuan. Beberapa kali Sarada memberhentikan seseorang, namun tak ada satu orang pun yang mau membantunya.

Seorang pria bertubuh tinggi menghentikan langkahnya, matanya bergulir ke arah Sarada yang sedang menarik bagian bawah mantelnya. Pria itu mengarahkan payungnya pada Sarada dan berjongkok untuk menyejajarkan tinggi mereka.

"Ada apa?" Tanya pria itu.

"Paman, tolong Mama-ku."

"Apa yang terjadi?" Sarada menunjuk tempat yang tak jauh dari mereka. Iris kelam pria itu mengikuti arah yang jari telunjuk Sarada, ia mendapati seorang wanita yang terbaring tak sadarkan diri.

One-Shot Collection SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang