11

2.7K 251 16
                                    

BRAK!

Caine menutup pintu ruangan pak Joni dengan membanting pintunya.

"Kenapa?"

Caine memegang dadanya kaget, "Lo ngagetin anjir"

Caine menatap Rion yang tengah menyenderkan tubuhnya di tembok samping pintu.

"Kenapa?" Tanya Rion sekali lagi

"Kenapa apanya?" Caine menatap Rion kebingungan.

"Lehermu, kenapa?" Rion memegang leher caine dengan hati-hati.

"Ngga kena-"

"Jangan berbohong" ucap Rion dengan nada rendah

Caine menghela nafas panjang, "jangan disini"

Caine menarik tangan Rion untuk pergi dari sana.

.
.
.
.
.
.

Kedua pria berbeda postur tubuh itu tengah berdiri menatap area lapangan sekolah. Kepulan asap rokok keluar dari bibir pria yang lebih kecil, sedang pria yang lebih besar berdiri tegap dengan bersedekap dada.

"Berani sekali dia menyakitimu" ucap Rion dengan datar setelah mendengar cerita dari caine.

Caine mengusap lengan pria disampingnya dengan lembut, dia bisa merasakan kemarahan dari Rion.

"Ngga apa-apa, gw bisa bales lebih dari itu"

"Not your job" ujar Rion dingin

"Maksudnya?"

"Oh.. tidak, lupakan saja" Rion membenarkan posisi kacamatanya.

"Ayo ke kelas, sebentar lagi bel"

"Tunggu du-" ucap caine terpotong karena Rion yang sudah pergi meninggalkannya di sana.

"Apa maksudnya tadi?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Srak!

suara robekan baju terdengar di gudang kosong. Seorang pria duduk terikat pada kursi di gudang itu.

"Ssstt... d-dimana ini?" Ucap pria itu dengan mulut yang mengeluarkan desisan kecil.

"Ohh.. sudah bangun ternyata, joni"

Sring!

Pria itu menoleh kearah suara Asahan benda tajam di sudut ruangan. Dia bisa melihat pria lain di ruangan itu, dengan pakaian serba hitam dan topeng yang menutupi wajahnya.

"M-mengapa aku ada disini?, ada urusan apa dirimu denganku?"

Pria jangkung itu tak menanggapi, ia terlihat fokus pada benda di tangannya.

"Hei!"

Srett~      trangg!!

joni membeku saat pisau kecil melintas di depan wajahnya, bahkan pisau itu sedikit menggores hidungnya.

"Turunkan nada bicaramu" ucap pria misterius itu yang berjalan mendekat.

"S-siapa kau?" Tanya Joni dengan nada bergetar.

"Tidak penting"

"A-akkh! Leph-lepas!" Seru Joni saat pria itu mencekik lehernya.

Joni menggerakkan badannya memberontak.

"Percuma saja kau memberontak, tidak ada hasilnya"

"A-akkh! Lepaskan a-aku bbajingan!!" Seru  Joni

"Bagaimana rasanya? Sakit? Itulah yang dirasakan kesayanganku tadi pagi" ucap pria itu yang semakin mengeratkan cengkeraman tangannya.

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang