30

1.9K 233 8
                                    

Dor! Dor!

Suara tembakan membangunkan Rion yang langsung dalam posisi waspada, mengedarkan pandangannya untuk memastikan tak ada penyusup dikamar nya.

"Wake up babe" bisik Rion ditelinga caine yang seolah tahu sinyal bahaya disekitarnya.

"What is it?" Caine beranjak dari kasur hendak berdiri sebelum dipaksa menunduk.

CRANG!

Sebuah peluru melesat diatas kepalanya dan mengenai cermin besar di kamar itu.

"Jangan membuat banyak gerakan" titah rion, pria bersurai ungu itu mengambil sebuah walkie talkie di laci nakas.

Zrrtt~

"Cek, furry" panggil Rion pada walkie talkie ditangannya.

"Arah selatan"

"Ada beberapa pria berbaju merah diluar"

"Serang dari area belakang, mereka tidak tahu ada jalan tikus disana"

"Mereka menargetkan kamar anda father" suara serak seorang pria terdengar.

"Bereskan saja didepan sana eagle. Saya bisa menjaga diri"

"Tolong jaga mama" sahut seorang perempuan dengan lirih.

"Sudah tugas saya lady"

"Semua sudah dalam posisi father" ucap seorang pria dengan Nick name lion.

"Lanjutkan"

"Yes father" ucap semuanya serempak.

"Lady?"

Rion alihkan atensinya pada caine yang nampak terkejut.

"Hm, salah satu orang dari kelompok mu"

"Akan ku jelaskan nanti, ambil ini" potong Rion saat melihat caine hendak protes, ia memberikan sebuah pistol pada pria cantik itu.

Keduanya saling memandang kemudian mengangguk setelah mendengar suara tembakan saling bersahutan diluar sana.

"Ikuti aku" titah Rion sambil mengendap-endap untuk keluar dari kamar diikuti caine dari belakang.

Mereka bersembunyi dibalik tembok dapur saat mendengar suara langkah kaki mendekat.

Dor!

CRANG!

Pecahan gelas kaca hampir membuat caine menjerit, untung saja Rion dengan gesit menutup mulut caine dengan telapak tangannya.

"Sssttt... Be quite" bisik Rion sembari menembakkan peluru, suara kencang seperti benda menghantam lantai membuat caine bingung.

Mereka kembali berjalan menuju sumber suara hantaman itu yang kemudian membuat caine sedikit terkejut. Tubuh seseorang dengan kepala hancur tergeletak mengenaskan disana.

Caine mendekati mayat itu, memandang aneh pada pergelangan tangan kanannya hingga suara bariton milik si surai ungu menyadarkannya.

"Mari" uluran tangan besar itu caine terima dengan senang hati.
Menuruni tangga dengan sedikit tergesa dan berlari menuju pintu utama.

"Jaga dirimu baik-baik"

Caine mengangguk singkat sebelum memulai aksinya.

Pintu utama terbuka lebar, pemandangan menjijikkan dengan mayat-mayat tergeletak mungkin membuat orang yang tidak terbiasa akan mual.

"Tetap dibelakang ku"

"Aku ingin berpencar" balas caine yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Rion.

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang