29

2.4K 207 11
                                    

Di halaman belakang, dua orang pria duduk di gazebo dengan minuman dingin yang menemani panasnya hari ini.

"Cantik banget ya" ujar yang lebih kecil sambil memandang rimbunnya pepohonan dengan beberapa bunga-bunga indah yang memanjakan mata.

"Iya cantik banget" balas si surai abu-abu sambil menatap dirinya intens yang membuat dia alihkan pandangan menatap pria itu.

"Apa sih!" Dorongan ia berikan pada bahu pria itu yang hanya tertawa kecil.

"Beneran Jak, cantik banget"

"Krow!" Pekik jaki yang setelahnya tak ada obrolan hingga membuat mereka dilanda keheningan.

"Jadi pacar gw ya?" Ucap krow tiba-tiba membuat suasana sekitar sedikit canggung.

"Ha?" Tatapan tak percaya jaki berikan.

"Gimana?"

"Iya"

"Iya apa?" Goda krow.

Cup

"Jadi pacar Lo"

Krow tersenyum tipis mendengar jawaban jaki, apalagi pria cantik itu bahkan berikan kecupan pada bibirnya.

"Udah berani ya sekarang"

"Emang kenapa, sama pacar sendiri juga" gaya bet Lo, baru juga jadian.

"Ga kenapa-napa sayang..."

"Ha? Ap-apa?"

"Sayang"

"Okeh stop"

"Sayang ku, cintaku- mpt" ucapan krow terpotong saat jaki menutup mulut krow dengan keduanya tangannya.

......

Echi tersentak kaget saat melihat seorang pria bersurai coklat tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

Gerakan tangannya yang hendak menutup pintu kembali ditahan oleh pria itu.

"Lepas"

"Aku mau ngobrol"

"Ga, lagi sibuk"

"Please, aku mau jelasin sesuatu"

Tak ada jawaban beberapa saat sebelum sentakan echi membuat genggaman tangannya lepas. Pintu kayu itu dengan segera di tutup rapat oleh pemilik kamar.

Keduanya menyenderkan punggung mereka pada daun pintu dengan pandangan kosong.

"Kamu salah paham, bukan dia orang yang ku maksud. Bukan dia orang yang bawa pergi hatiku, bukan dia yang selalu ada dipikiran ku..."

"Tapi kamu.. kamu orang itu" suaranya sedikit bergetar, bayangan bagaimana ia ditinggalkan menghantuinya. Bagaimana jika itu kembali terulang?

Sedangkan yang didalam kamar sedikit bergetar, menundukkan wajahnya hingga sebuah bercak darah ditangan membuat ia tersentak kaget. Mengangkat tangannya untuk melihat lebih jelas, darah siapa ini?

"Gin?" Pikirnya.

Ia dengan cepat membuka pintu kamarnya yang membuat gin yang hendak berlalu kembali pada posisi tepat didepannya.

Memancarkan sedikit senyum tipis sebelum suara khawatir milik echi membuat gin bingung.

"Kamu kenapa sampai berdarah?"

"Ah.. bukan darahku"

"Beneran?"

"Em!" Gin mengangguk sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang berlumuran darah.

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang